Oleh: Didi Sopyan S
(Sejarah UPI)
Dahulu kala di sebuah Kabupaten yang bernama
Subang ada seorang gadis cantik yang tinggal di sebuah pemukiman tersembunyi di
dalam hutan bernama Sari. Gadis ini sangat terkenal akan kecantikannya. Siapa
yang memandangnya pasti akan terpesona melihatnya.
Sari selain memiliki paras yang cantik juga
memiliki kepribadian yang baik dan ia dikenal oleh masyarakat di desa tersebut
sebagai sosok wanita penjaga kelestarian hutan. Desa yang ditinggali oleh Sari
selintas tidak seperti desa pada umumnya. Desa ini persis seperti wilayah yang
tak berpenghuni, karena wilayah tersebut hanya di diami oleh segerombolan
monyet-monyet hutan yang berkeliaran di dalamnya.
Pada suatu hari datanglah segerombolan orang yang
tidak dikenal memasuki desa dan hutan tempat Sari tinggal. Mereka mulai membuka
lahan baru, membakar, menebang pohon dan merusak hutan yang ditinggali oleh
Sari dan kawanan monyetnya. Sari pun marah dan berbicara dengan seorang
pemimpin dari gerombolan itu.
“Siapa kalian?” Sari bertanya.
Seorang laki-laki yaitu pemimpin gerombolan itu
kemudian menghampiri Sari dan menjawab pertanyaan Sari “Kami adalah gerombolan
penjarah yang akan mengambil alih hutan di sini”. Kemudian Sari pun bertanya kembali
“Mengapa kalian merusak hutan tempat kami
tinggal?” pemimpin dari gerombolan mereka pun menjawab kembali pertanyaan dari
Sari “Hutan ini bukan milikmu, hutan ini milik semua orang. Jadi semua berhak
tinggal di sini.” Kemudian Sari pun menyanggah jawaban seorang pemimpin
gerombolan itu
“Memang benar, semua orang berhak tinggal di hutan
ini, akan tetapi tidak harus merusak hutan seperti yang kalian lakukan saat
ini”. Pemimpin itu pun marah dan bertanya dengan rasa kesal
“Terus apa mau kamu?” Tanya seorang pemimpin
gerombolan itu. Sari pun menjawabnya.
“Kalian boleh tinggal di hutan ini, tapi dengan
satu syarat”
“Apa syaratnya?” Tanya mereka.
“Syaratnya adalah kalian harus memberbaiki
kerusakan hutan ini dengan waktu 40 Hari. Apabila kalian tidak bisa
menyelesaikannya maka kalian harus pergi dari hutan ini”.
“Setuju” Kata pemimpin gerombolan itu. Kemudian ia
pun mengajukan satu permintaan. Pemimpin gerombolan itu berkata dengan tegas.
“Apabila kami berhasil memperbaiki kerusakan hutan
ini, maka kau harus bersedia menikah dengan ku dan tinggal bersama ku di hutan
ini, apabila kau tidak setuju maka aku tidak akan bersedia memperbaiki hutan
ini”. Sari pun terkejut dengan permintaannya itu, dengan pikiran yang penuh
dilematis pada akhirnya Sari pun menyanggupinya dan berkata.
“Baiklah jika itu mau mu, tapi apabila kamu gagal
maka kamu akan menanggung semua dosa dan kutukan dari hutan ini, aku hitung
dari hari ini sampai 39 hari ke depan”. Kemudian Sari pun pergi dan Pemimpin
gerombolan itu sibuk memerintahkan rombongannya untuk bergegas memperbaiki
kerusakan hutan yang telah diperbuatnya.
Waktu semakin berlalu, hari
demi hari telah dilalui. Sari pun merasa ketakutan dan was-was karena takut
diperistri oleh pemimpin gerombolan yang jahat itu. Pagi itu Sari pergi ke
sungai untuk mencuci pakaiannya.
Setelah Sari pergi, Monyet tua dan seekor tikus
itu kemudian merencanakan sesuatu. Sementara di lain tempat pemimpin gerombolan
itu tampak senang dan tersenyum optimis usahanya selama 38 hari ini sudah hampir
berhasil.
Pada malam hari ke 38 itu, monyet dan tikus
membuat rencana untuk bersama-sama menghancurkan tanaman gerombolan itu. Dan
saat pagi datang, pemimpin gerombolan itu bersiap-siap dan berdandan untuk
menyambut calon istrinya itu. Namun ketika ia akan menunjukan hasil usahanya
selama 40 hari itu, tiba-tiba ia terkejut dengan melihat tanaman yang ia tanam
hancur dan rusak tak tersisa. Ia pun teriak.
Ia pun mengamuk dan kemudian secara perahan-lahan
tubuhnya dipenuhi dengan bulu, dan jadilah ia seekor monyet besar. Kemudian
Sari pun menemuinya dan berpesan kepadanya agar senantiasa selalu menjaga hutan
tempat ia tinggal. Kemudian Sari memberikan sebuah nama kepada monyet besar itu
dengan nama “Wana”, kemudian hutan tersebut menjadi sebuah pemukiman yang besar
dan asri dengan masyarakatnya yang hidup tentram dan makmur dengan sebuah nama
Desa “Wanasari”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar