Sabtu, 07 Mei 2011

PERADABAN CINA

Negeri Cina menjadi salah satu pusat peradaban tertua di dunia. Sisa peradaban itu ditemukan di lembah Sungai Kuning (Huangho), Sungai Yangtze, dan Sungai Huai. Ketiga lembah sungai itu sering dilanda banjir. Endapan lumpur membuat daerah itu menjadi subur. Di tempat itulah manusia tinggal.


Sungai Kuning (Huang Ho – China)
Sumber : Microsoft Encarta Ensyclopedia, 2006

Peradaban Cina lahir sejak Zaman dinasti yang pertama yaitu dinasti Shang. Sepanjang sejarah Cina sejak awal perkembangan peradaban Cina pada zaman dinasti Chou (1027-256-221 SM), suku-suku bangsa dari daerah padang rumput sebelah utara dan barat Laut merupakan musuh-musuh besar Cina. Peradaban Cina yang lahir di dataran daerah Sungai Kuning dan Sungai Wei adalah peradaban yang tumbuh atas dasar perekonomian dari masyarakat agraris. Perekonomian agraris ini didukung dengan sistem pengairan yang sudah sangat maju. Pada perkembangan selanjutnya, bangsa Cina melakukan ekspansi kolonisasi pertanian. Para petani menjadi barisan perintis dalam perluasan daerah peradaban Cina. Dengan demikian, pada hakikatnya sejarah ekspansi Cina Asli adalah ekspansi tanah pertanian. Bahkan kolonisasi pertanian pada masa Chou dilakukan secara terorganisir di bawah pimpinan pemerintah.
Pada awalnya masyarakat Cina terbentuk dikelilingi masyarakat bukan Cina. Apa yang tumbuh di Cina Utara adalah peradaban Cina dengan bahasa, isi kerohanian dan organisasi kemasyarakatannya diibaratkan sebagai pulau di tengah laut anasir-anasir bukan Cina. Apa yang bercorak Cina dan jadi sifat Cina ialah segala anasir yang ada dan dapat menyesuaikan diri dengan organisasi pertanian intensif dengan teknik pengairannya dan dengan demikian dalam politik dan ideologi menerima pimpinan dari pemerintah pusat. Anasir-anasir yang tidak dapat menyesuaikan diri ditolak dan anasir-anasir yang demikian itu terdapat pada apa yang lazimnya oleh bangsa Cina disebut “suku barbar” untuk membedakan dengan peradaban Cina. Suku-suku barbar tersebut tinggal di Utara dan barat laut terutama suku-suku nomad peternak. Inti dari peradaban Cina kuno terletak di dataran Sungai Kuning, tanah luas di daerah itu sangat subur, tetapi memerlukan air. Sejak dahulu dibuat terusan-terusan dan bendungan-bendungan untuk mengatur irigasi. Pengontrolan air menuntut adanya organisasi, pimpinan organisasi ada ditangan negara. Cina pada masa Chou terdiri dari negara-negara federal di bawah pimpinan raja pusat. Negara menarik pajak yang dibayar dengan hasil pertanian, yaitu gandum. Untuk menyimpan gandum banyak didirikan lumbung yang untuk pengamannya didirikan tembok-tembok, maka dengan demikian berdiri kota-kota berdinding tembok. Tiap kota yang dikelilingi tembok dan daerah pertanian di sekitarnya disebut negara kota. Lambat laun daerahnya meluas dan lambat laun terbentuk kesatuan negara yang lebih besar.
Tanah sangat berharga dalam kehidupan Cina, dalam kehidupan Cina tidak ada tempat untuk berburu, beternak dan pertanian yang ekstensif. Pada masa Chou musuh-musuh besar Cina datang dari suku-suku Jung dan Ti, suku nomad peternak kuda yang tinggal di daratan Shensi sekarang. Mereka dapat dianggap sebagai pendahulu dari bangsa Hsiungnu (Huna), yang mungkin berasal dari pencampuran keturunan suku-suku Jung dan Ti dengan suku-suku Proto-Turki dan Proto Mongolia. Sebenarnya semua suku barbar nomad dari daerah padang rumput oleh Bangsa Cina disebut dengan istilah umum Hsiungnu. Menurut teori Wolfram Eberhard (dalam bukunya A History of Cina) serbuan-serbuan mereka ke kerajaan Chou merupakan akibat dari ekspansi kolonisasi pertanian Cina. Mulanya mereka di samping beternak juga melakukan pertanian ekstensif, tetapi karena perampasan tanah mereka oleh petani-petani Cina, mereka kemudian menjadi suku nomad sempurna. Pada masa Chou Timur (772-256 SM) mereka menjadi ancaman besar bagi dinasti ini, sehingga pada masa Chou barat (1027-772 SM) pemerintah bersikap ofensif terhadap mereka dan bersikap defensif pada masa Chou Timur. Sekitar 500 SM dibangun tembok besar di sebelah Utara dan Barat Laut di tempat-tempat yang terancam bahaya. Pada kira-kira waktu itu dimulai kehadiran bangsa Hsiungnu dalam sejarah Cina. Serangan-serangan mereka itu makin membahayakan Cina , sehingga kaisar Shih Huang Ti (221-209 SM) dari dinasti Chin (221-207 SM) yang melakukan unifikasi Cina mendirikan “Dinding Tembok Besar Cina”. Dinding tembok itu bagi dinasti chin mempunyai tiga fungsi yaitu:
1. sebagai batas tegas yang memisahkan daerah Cina dan daerah nomad.
2. sebagai benteng pertahanan dan
3. sebagai lambang kebesaran dari kebesaran kekuasaan Chin yang pertama.

Tetapi tujuan utamanya adalah untuk menahan serbuan bangsa Hsiungnu. Dinding tembok besar Cina itu sebenarnya penyempurnaan dari dinding tembok yang sudah dibangun pada masa Chou Timur. Dinding tembok yang sudah ada disambung jadi satu, diperkuat dan diperpanjang. Pada akhir abad kedua SM dinding tembok itu diperpanjang lagi, tetapi bentuk dan keadaannya sekarang merupakan peninggalan dari hasil pekerjaan penyempurnaan masa Ming (1368-1644 M). Bangunan raksasa ini panjangnya kira-kira 2500 KM, memanjang dari Shanhaikuan di pantai Timur Laut Liaotung ke Asia Tengah melalui tanah tandus di atas punggung pegunungan-pegunungan. Tingginya antara 6 dan 8 M, lebar alasnya 8 M dan lebar di atasnya 5 M. Dinding tembok ini mematung kedua belokan sungai kuning sehingga daerah padang rumput Ordos di antara kedua belokan sungi itu ada di sebelah luar tembok. Pada jarak-jarak yang tidak teratur sama jauhnya ada kubu-kubu dengan menara-menara, semuanya ada 40.000 menara, tetapi yang masih agak utuh (sekarang) ada kurang lebih 20.000. dinding itu berakhir di Tunghuang di propinsi Kansu, sebelah barat dekat perbatasan dengan provinsi Sinkiang di Asia tengah. Di lintasan dengan jurang-jurang yang dilalui oleh kafilah ada pintu gerbang dan pada lintasan dengan jalan-jalan penting dibuat beberapa tembok. Bangunan raksasa ini dibuat dari tanah yang ditumbuk padat dengan diberi kerangka dari kayu atau bambu dan diluarnya diperkuat dengan batu-batu besar. Sekarang sudah banyak yang rusak, terutama bagian-bagian yang dibuat dari tanah saja, sekarang tinggal puing-puing saja.


Arti Zaman Klasik Cina
Zaman Chou Timur (771-256 SM) dan kelanjutannya sampai berdirinya dinasti Chin (221-207 SM) adalah zaman klasik Cina. Pergolakan sosial dan politik menimbulkan banyak masalah untuk dipecahkan. Hal itu merupakan dorongan untuk mengadakan pemikiran, bagaimana mengatasi krisis-krisis moral dan politik, yang timbul di zaman itu. Maka lahirlah berbagai ajaran filsafat. Di zaman itu juga dimulai perkembangan kesusasteraan yang menghasilkan kitab-kitab mengenai filsafat, sejarah, adat-istiadat dan pemerintahan. Sekumpulan buku-buku dijadikan buku-buku klasik oleh bangsa Cina berikutnya dan dimuliakan sebagai buku-buku suci, yang merupakan pegangan dalam hidup dan pemerintahan. Dua macam buku-buku klasik disebut Wu ching atau lima (buku) klasik dan Sze Shu atau Empat Kitab. Buku-buku ini dengan buku-buku tafsirannya sejak zaman Han (206-220 M) sampai permulaan abad ke-20 merupakan buku-buku tuntunan bagi kaum literati .
Wu ching terdiri dari:
1. Shu Ching (buku sejarah, The Book of History)
2. Shih Ching (buku syair, The book of Songs)
3. I Chi (buku tentang upacara-upacara, The book of Rites)
4. Ch’un Ch’iu (buku catatan musim semi dan musim gugur, The annals of spring and autumn)
Yang disebut Sze Shu ialah:
1. Lun Yu (annalects atau kumpulan percakapan-percakapan dari Confusius)
2. Neng Tzu Shu (The Mencius atau buku Neng Tzu)
3. Chung Yung (ajaran jalan tengah yang tepat, The Doctrine of the Mean).

Ajaran-ajaran filsafat itu berkembang, terutama di zaman Chang Kuo (480-221 SM) mempunyai pengaruh yang sangat penting dan fundamentil kepada pembentukan mentalitas Cina sampai pada akhir abad ke-19, karena banyak sekali timbul ajaran filsafat, yang bersaingan berebut pengaruh, maka dipakai sebutan “seratus Ajaran Filsafat”. Kegiatan intelektual di zaman klasik itu melahirkan berbagai pemikiran mengenai moral dan politik. Masalah terbesar bagi kebanyakan ahli pikir di zaman itu ialah penyelamatan masyarakat yang sedang ada dalam krisis. Banyak pemikir dari zaman itu yang tidak diketahui nama yang sebenarnya.
Kebudayaan Cina lahir dan tumbuh di Cina Utara di daerah aliran sungai Kuning dan anak sungainya. Kira-kira ½ juta tahun yang lau didaerah itu hidup manusia Peking. Mereka hidup dari berburu dan tinggal di gua-gua. Bekas-bekas mereka menunjukan bahwa mereka hidup pada zaman neolitikum. Kehidupan di Cina dari melinium ketiga atau kedua sebelum masehi sampai berkembangnya kebudayaan zaman neolitikum di Cina Utara tidak banyak yang diketahui. Pada zaman neolitikum nenek moyang bangsa Cina hidup dalam masyarakat pertanian. Dalam buku-buku Cina kuno terdapat cerita tokoh-tokoh mitologi dan legendaris dari zaman ini, yang paling terkenal adalah cerita Huang dan Wuti ( tiga raja dan lima kaisar) yang berlanjut sampai zaman Hsia. Menurut cerita Cina kuno, dinasti yang pertama didirikan adalah Dinasti Hsia ( menurut tarikh panjang memerintah tahun 2205-1766 SM, menurut tarikh pendek tahun 1989-1558 SM). Kebanyakan para sarjana barat menganggap cerita tersebut hanya dongeng. Tidak ditemukan bekas-bekas peninggalan dari dinasti Hsia, tetapi para sarjana Cina tidak menyangsikan Historisitas atau nila sejarah dinasti ini memerintah pada zaman pra-sejarah.
Pada zaman neolitikum di Cina, pada awalnya hidup masyarakat komunal, secara bertahap menjadi masyarakat berburu dan pengumpul, dan beralih menjadi masyarakat setengah petani dan setengah peternak (semipagtoralagricultural life). Dengan bertahap pula timbul kepemilikan pribadi dan terjadi perbedaan antara orang kaya dan orang miskin. Kekayaan dan harta benda dijadikan dasar kekuasaan. Pada zaman Hsia mulai terbentuk masyarakat yang mengadakan produksi atas dasar perbudakan. Pertanian dikerjakan oleh budak untuk para bangsawan yang menguasai tanah dan penduduknya. Golongan bangsawan mempunyai organisasi kekerabatan berdasarkan sistem clan, tiap clan menguasai daerah tertentu dengan tanah dan penduduknya. Kerajaan Hsia merupakan kerajaan federasi dari clan-clan dan rajanya harus dianggap sebagai Primus Inter Pares. Wilayah kerajaan meliputi daerah aliran sungai Kuning. Ditengah-tengah masyarakat yang berkebudayaan neolitik itu tumbuh masyarakat yang berkebudayaan perunggu, yang menghasilkan barang-barang ukiran dan pahatan yang bernilai seni tinggi, menemukan sistem tulisan dan menggunakan kereta kuda (pada masa dinasti Shang). Menurut cerita tradisi, raja terakhir dinasti Hsia bernama Chieh, dia dikalahkan oleh Chen Tang (pemimpin Shang) (Dasuki dan Rochiati, :30).
Catatan tertua mengenai sejarah Cina berasal dari Dinasti Shang. Catatan itu ditulis di atas bejana perunggu, tempurung kura-kura, dan tulang binatang. Pusat pemerintahannya berada di lembah Sungai Huangho.
Wilayah kerajaan Shang diperluas ke sebelah Timur sampai Hilir Sungai Kuning dan Ke Barat sampai kedaerah yang sekarang menjadi propinsi Shensi. Raja yang meninggal digantikan oleh saudara atau anak laki-lakinya. Menurut Wolfram Eberhard sistem kekerabatan bangsawan Shang berdasarkan sistem Clan Matrilineal. Selama ± 300 tahun setelah dinasti itu berdiri ibukotanya dipindahkan sampai lima kali. Pemindahan ibukota itu disebabkan oleh banjir, pemindahan ibukota terakhir terjadi pada masa raja Pang Keng (pada abad ke 14/13 SM), yaitu dari Po ke Yin. Kerajaan itu wilayahnya diperluas membentang dari kaki gunung Shansi ke dataran rendah Shantung yang meliputi Shansi Timur, Honan Utara, Hopei dan Shantung.
Benda-benda perunggu yang dihasilkan pada zaman Shang adalah peninggalan yang paling bagus di Cina. Kebudayaan perunggu hanya dimiliki oleh para bangsawan, petani masih menggunakan alat-alat dari zaman batu neolitikum sampai ± tahun 500 SM (Ketika zaman berperunggu beralih kezaman besi). Pada zaman Shang sudah terdapat banyak kota, yang menjadi pusat kehidupan aristokrat. Di kota-kota sudah terdapat industri kerajinan tangan, yang melayani kebutuhan hidup rumah tangga penguasa (raja dan bangsawan). Untuk keperluan tersebut terjadi perdagangan barang-barang mewah dan pemakaian tenaga budak untuk produksi. Tenaga kerja pertanian dan buruh industri diambil dari budak-budak raja dan bangsawan. Di ibukota Yin, istana raja dan rumah para bangsawan terletak ditengah kota dan dikelilingi oleh para tukang dan para petani tinggal di pinggiran kota. Rakyat berstatus sebagai budak. Kota dikelilingi oleh tembok dari tanah yang ditumbuk padat, diluarnya terdapat sawah dan tegalan. Pada musim dingin petani tinggal di pinggiran kota (dalam tembok). Pada awal musim semi mereka pindah keluar dan tinggal diluar untuk mengolah tanah, mereka tinggal disana sampai musim panen. Para petani menanam gandum dan pohon kertau (murbai/kebesaran) untuk memelihara ulat sutera, juga memelihara sapi, babi, biri-biri dan kuda. Kain sutra ditenun untuk pakaian bangsawan, sedangkan rakyat berpakaian dari bahan kasar yang di tenun dari urat tumbuhan. Teknik menenun sudah maju, industri kerajinan juga sudah maju, hasilnya sudah mendekati keramik porselen. Keramik dipakai dalam kehidupan sehari-hari sedangkan perunggu dipakai untuk upacara-upacara keagamaan. Perunggu juga merupakan harta kekayaaan yang hanya dimiliki oleh bangsawan. Bahan pembuatan perunggu sangat terbatas dan hanya terdapat di Cina Utara. Industri keramik di zaman Shang bermutu tinggi sehingga di Cina diperoleh kepandaian untuk membuat barang-barang porselain.

Peralatan Perunggu Jaman Dinasti Shang
Sumber : microsoft Encarta, 2006

Peradaban Shang dan penerusnya merupakan peletak dasar perkembangan peradaban Cina yang agraris dengan sistem pengairan. Kebudayaannya dibangun dari hasil kerja petani. Dalam kehidupan agraris itu berkembang peradaban dan masyarakat yang menganut sistem clan dan berkembang sampai abad ke-20. Pada zaman Shang diadakan pemujaaan terhadap dewa-dewa kesuburan dan hal ini dipelihara terus di kerajaan Cina. Pada dasarnya kultus kesuburan itu sesuai dengan kehidupan agraris dari masyarakat petani. Pada zaman Shang digunakan penanggalan untuk keperluan pertanian. Dari bangsa Proto Turki, kerajaan Shang meniru penggunaan kereta perang beroda yang ditarik oleh kuda. Ekspansi kekuasaan dilakukan sampai ke Shensi, tetapi pada tahun 1028 SM dinasti ini dihancurkan oleh satu serangan dari lembah sungai Wei di Shensi (Dasuki dan Rochiati, :31-32). Tahun 1122 SM, Dinasti Shang dihancurkan oleh Dinasti Chou yang menguasai wilayah barat Cina, di lembah Sungai yangtze.
DINASTI CHOU ( 1027-256 SM )
Suku bangsa yang menghancurkan dinasti Shang, mendirikan dinasti Chou. Mereka mula-mula hidup sebagai bangsa semi nomad yang lebih mengutamakan peternakan tapi juga sudah mengenal pertanian. Sistem pembagian tanah sumur-tegalan (sistem Ching Tien) di Cina berasal dari zaman Chou. Menurut Wolfram Eberhard bangsa Chou berasal dari percampuran suku proto Turki dan proto-Tibet dan kebudayaan mereka adalah kebudayaan Yangshao. Mereka datang dari daerah Shensi di Barat Chou Yuan atau dataran Chou di propinsi Shensi sekarang. Dinasti Chou menetapkan hukum warisan berdasarkan keturunan laki-laki sehingga di zaman ini terbentuk masyarakat Cina yang terdiri dari keluarga-keluarga Patrichal. Anak laki-laki tertua menggantikan kedudukan ayah sebagai raja ataupun kepala keluarga. Semua anggota keluarga harus taat kepada Peter Pamilies (kepala keluarga), yang dalam keluarga mempunyai kekuasaan sangat besar mempunyai berbagai fungsi ( fungsi politik, yuridis, ekonomis, sakral dll ). Keluarga itu adalah keluarga besar, beranggotakan ratusan orang, terdiri dari sejumlah soamah (ayah, ibu plus anak) Dalam satu keluarga besar itu hidup bersama dalam satu organisasi rumah tangga seperti kakek, nenek, ayah. Ibu, anak dan cucu. Anggota keluarga laki-laki tertua menjadi kepala keluarga. Hubungan antar keluarga atau kekerabatan diatur menurut sistem Clan Patrilical. Keluarga dalam kerajaan Cina dahulu merupakan satuan inti dari negara, karena itu dipakai istilah “ kerajaan dari keluarga seratus “ (seratus disini artinya banyak) (Dasuki dan Rochiati, :32).
Pada zaman Chou terjadi sinkretisme agama, terjadi penggabungan pemujaan terhadap nenek moyang, yang menjadi dasarnya dan disatukan dengan kultus kesuburan pemujaan langit. Di langit bersemayam Shang Ti, yaitu dewa tertinggi. Dalam kerajaan Cina, sejak zaman Chou kultus langit adalah agama negara. Pemujaan langit dilakukan di bawah pimpinan “ Putera Langit “ (T’ien Tzu), sebutan untuk kaisar-kaisar Cina. Pemerintahan menganut sistem feodalisme zaman Shang yang disempurnakan pada zaman ini. Konsolidasi kekuasaan pada zaman Chou dilakukan berkat bantuan saudara Wu Wang, yang menjadi penasehatnya, yang bernama Tan. Dalam sejarah Cina ia terkenal dengan sebutan Chou Kung (Duke of Chou).
Chou Kung dianggap sebagai konseptor ideologi kerajaan Cina. Dasar fundamental dari ideologi itu ialah doktrin T’ien Ming, yaitu teori tentang mandat dari langit ( The teory of the Decree of Heaven ) dan jadi sumber otoritas bagi pemerintahan. Menurut teori ini penguasa tertinggi di bumi (raja/kaisar Cina) mengemban amanat dari dewa tertinggi di langit. Ia adalah manusia pilihan T’ien Hsia (dibawah langit artinya dunia). Sebagai wakil dari langit ia diberi gelar T’ien Tzu (putera langit/Son of Heaven). Selama raja-raja dari suatu dinasti yang memerintah di Cina dipercaya masih mengemban mandat dari langit, maka dinasti itu akan terus berdiri. Tetapi bila kelaliman merajalela di kerajaan, mandat tersebut dicabut dan dipindahkan pada orang lain. Tanda-tanda pencabutan T’ien Ming itu bermanifestasi kedalam gejala-gejala dan peristiwa yang menunjukan keruntuhan dinasti. T’ien Ming dipindahkan kepada pemimpin pemerintahan yang berhasil mendirikan dinasti baru. Pada zaman ini timbul ajaran filsafat dan mulai berkembang kesusastraan Cina.
Ajaran-ajaran filsafat itu, diantaranya adalah:
CONFUCIANISME
Filsuf Cina dari zaman klasik yang paling mashur namanya ialah K’ung Tzu atau K’ung Fu-Tzu (confucius). Nama yang sebenarnya ialah K’ung Chung-ni, ia diberi julukan Fu Tzu, yang artinya pujangga besar. Ia termasuk ke dalam golongan pemikir yang di zamannya sendiri tidak mendapat penghargaan. Ia berasal dari negara Lu (terletak di Shantung), keturunan bangsawan tidak mampu, mungkin masih keturunan bangsawan-bangsawan dari zaman Shang. Tempat kelahirannya ialah Chu-Fu, menurut keterangan dari cerita tradisi ia hidup di masa tahun 551-479 SM. Ajarannya merupakan reaksi terhadap krisis moral dan politik yang terjadi di dalam masyarakat di zamannya. Dalam usaha dan tujuannya menyelamatkan masyarakat dari krisis-krisis itu ia berpaling kebelakang, yaitu meninjau zaman-zaman yang sudah silam. Ia mempelajari sejarah, ia bercermin kepada zaman-zaman yang lampau atau kepada sejarah. Ia bercita-citakan suatu masyarakat yang ideal. Ia tidak membanggakan dirinya sebagai pemikir yang melahirkan gagasan baru, melainkan ia mengaku sebagai penghubung atau penyambung dari zaman yang lampau. Gagasan-gaagasannya sudah ada sejak permulaan zaman Chou, yaitu konsepsi mengenai masyarakat, terutama tentang keluarga, negara dan pemerintahan. Yang dianggap sebagai pendiri dari tradisi pemikiran “Confucianis” ialah Chou kung. Confucianis hanya melanjutkan dan memelihara tradisi pemikiran itu. Ia membela dasar-dasar masyarakat feodal, ajarannya tentang moral adalah untuk golongan atas yang memerintah. Dalam pandangannya, rakyat biasa hanya berfungsi untuk mengabdi belaka. Ia meyakini bahwa hidup dan mati dari golongannya terikat bersama-sama dengan sistem feodalisme, karena itu ia berusaha untuk mempertahankan sistem pemerintahan feodalisme. Chou yang harus mempunyai pemerintahan pusat yang kuat dan ditaati.

Confucius
Sumber : Microsoft Encarta, 2006

Dintara pengikut-pengikut dari pemikiran confosius, yang biasanya disebut sebagia murid-muridnya, ada dua orang yang sangat terkemuka, Ia adalah Meng Tzu alias K’o dan Hsun Tzu atau Hsun K’uang. Menurut keterangan dari tradisi Meng’Tzu (Mencius) hidup dimasa tahun 372-268 B.C. Pendapat Mencius mengenai pemerintahan terkenal dalam ungkapannya “Min Wei Kuei” atau “Rakyatlah Yang Terutama”, maksudnya : “Dalam pemerintahan suara rakyatlah yang menentukan dan harus didengar. Tetapi sebenarnya Mencius bukanlah pendekar untuk demokrasi, karena yang disebutkan rakyat dalam pemerintahan itu masih golongan lapisan atas dalam masyarakat. Ia dengan tegas membenarkan berdasarkan teori T’ien Ming hak rakyat untuk memberontak terhadap pemerintahan yang lalim. Sangat penting pendapatnya mengenai pembawaan manusia dengan tesisnya, bahwa manusia dilahirkan dengan bakat baik. Buah pikirannya dibuat dalam Meng Tzu atau buku Mencius, terdiri dari tujuh buku.
Bertentangan dengan pendapat Mencius mengenai bakat manusia ialah Hsun Tzu, bahwa bakat manusia itu jahat, tetapi dapat diperbaiki dengan peradaban melalui pendidikan. Barangkali ia hidup di masa tahun 300-233 SM.
Confucianisme itu disebut oleh orang Cina sendiri Ju-Chiau atau agama kaum terpelajar, tetapi sebenarnya bukan agama, melainkan suatu ajaran filsafat tentang moral, walaupun ada juga mengandung dengan terang unsur-unsur keagamaan. Di dalamnya ada anasir-anasir dari kultus astral zaman Chou yaitu kultus pemujaan langit. Dasar dari ajarannya ialah konsepsi tentang Tao, yang boleh dianggap sebagai hukum universal. Ialah konsepsi. Langit adalah manifestasi atau perwujudan dari sistem yang sah berdasarkan konsepsi itu. Semua benda dilangit dan dibumi ada dalam harmoni dengan Tao. Manusia perseorangan harus berkelakuan dalam harmoni dengan masyarakat yang berintikan keluarga Patriarchi. Negara itu tersusun dari keluarga-keluarga demikian . Ikatan-ikatan dalam keluarga semacam itu bersifat unilateral (kesatu pihak) ; ikatan ayah dengan anak, dimana anak itu tanpa bersyarat harus patuh kepada ayah dan mempunyai hak-hak sendiri, ikatan suami dengan istri (tanpa hak-hak sendiri dari istri), ikatan saudara (laki-laki) dengan saudara lebih muda dan seterusnya. Diluar keluarga ada hubungan antara kawan-kawan yang disesuaikan dengan ikatan antara saudara-saudara. Akhirnya diatas keluarga ada satu-satunya ikatan, yang mempersatukan semua keluarga dalam negara, yaitu hubungan raja (pemerintah) dengan rakyat. Hubungan-hubungan dalam negara adalah replika atau tiruan dari hubungan-hubungan dalam keluarga. Raja (kaisar) adalah kepala dari “keluarga seratus” dipikul oleh kaisar (Raja). Kerajaan Cina dulu itu adalah suatu negara patrimonial dengan raja (kaisar) sebagai bapak patriarciah. Raja itu juga berfungsi sebagai pendeta tertinggi dalam kebaktian kepada Hou t’ien Shang ti (atau Shangti dilangit yang tinggi). Ia disebut T’ien Tzu (Putera langit). Dalam confusianisme itu dipadukan jadi satu kultus pemujaan langit, sistem keluarga dan negara. Di atas dasar konsepsi tentang Tao diletakan prinsip-prinsip sosial untuk membina masyarakat dan negara. Dalam konsepsi itu masyarakat dan negara diletakan dalam hubungan sebagai satu bagian dari kosmos. Dalam Confusianisme ketertiban hubungan sosial dibagi ke dalam lima hubungan yang disebut Wu Lun :
• Hubungan antara raja atau pemerintah dengan rakyat;
• Ayah-Anak
• Suami-Istri
• Abang-Adik, dan
• Kawan-kawan.
Pemerintahan yang baik dirumuskan oleh confusius dalam ungkapan : “Chun-chun, Chen-chen, Tzu-tzu” yang maksudnya : “raja hendaknya berlaku sebagai raja, menteri sebagai menteri, ayah sebagai ayah, dan anak sebagai anak.
Jon, I, Li, Shin, Chih merupakan lima prinsip dasar lima sila dari Confusiunisme. Di atas dasar itu harus dipelihara lima hubungan sosial, yang bukan hanya semata-mata merupakan ketertiban sosial, tetapi merupakan sebagian dari akibat dari tata tertib agung dalam kosmos yaitu ketertiban kosmis yang suci. Melalui susunan sosial yang berharmoni dengan Tao. Susunan keluarga itu juga suci, karena sebagai inti dari masyarakat adalah juga sebagian dari kosmos. Memelihara dan menghormati ketertiban susunan keluarga berarti pula memelihara dan menghormati susunan kosmis yang suci. Ke dalam konsepsi keluarga itu juga termasuk leluhur yang sudah meninggal. Hubungan dengan leluhur tidak boleh terputus dan karena itu adalah tugas kewajiban suci memelihara kelangsungan hidup tidak terputus dengan jalan mengadakan keturunan. Kepada keturunan laki-laki dipikulkan tugas menyelenggarakan kebaktian memuja nenek moyang, karena itu anak laki-laki dianggap sebagai kurnia paling berharga. Kebaktian anak disebut Hsiao dan meliputi kasih sayang dan hormat kepada orang tua dengan segala ketulusan hati. Hsiao dianggap sebagai akar dari segala kebajikan.
Dalam negara yang ideal meenurut yang dicita-citakan oleh confusius pegawai-pegawai pemerintahan harus mempunyai budi luhur, yang bertingkah laku dan berbuat sebagai bangsawan sejati dalam arti yang sedalam-dalamnya “yaitu bangsawan bukan karena keturunan darah melainkan karena kemuliaan budinya. Mereka itu disebut “Chun-Tzu”. Teori T’ien Ming menurut anggapan adalah suatu konsepsi hasil gagasan dari Chou Kung. Nama Chou Kung sangat dimuliakan sebagai tokoh sejarah Cina, karena menurut anggapan yang ditradisikan daripadanya berasal gagasan-gagasan tertentu yang fundamentil dalam tradisi pemikiran Confusianis. Menurut hipotesa dari H.G.Greal teori T’ien Ming atau teori mandat dari langit (The theory of the Decree of Heaven) diciptakan dalam kebutuhan dinasti Chou untuk mengkonsolidasikan perampasan kekuasaan oleh Chou dari Shang. T’ien Ming dipindahkan dari Shang kepada Chou karena raja Shang terakhir tidak berkelakuan seperti putera langit.
Di dalam konsepsi kosmis-religio-magis susunan masyarakat dan negara posisi kaisar Cina bersifat universalitis. Ia adalah satu-satunya penguasa di dunia dengan gelar T’ien Tzu sebagai wakil dari langit. Susunan negara dan masyarakat merupakan replika atau tiruan susunan di langit. Shang Ti bersemayam di pusat langit (bintang kutub) dan T’ien Tzu bersemayam di Chung Kuo.
Confusius mempunyai cita-cita sosial yang disebut Ta Tung (persamaan luhur), suatu utopia tentang altruisme sedunia yaitu dunia yang merupakan rumah tangga besar dimana orang-orang pandai dan bijaksana bekerjasama untuk merealisasikan kesejahteraan dan kasih sayang bagi segenap umat manusia.
Di jaman Chin (221-207 SM) dialami bencana paling besar oleh Confusianisme, dimana ajaran tersebut dilarang dan bahkan buku-buku tentang Confucianisme dibakar. Tetapi pada jaman Han (206 SM- 220 M) dicapai kemenangan oleh Confusianisme. Pada dinasti Han Confusianisme dijadikan sebagai ideologi negara dan berlaku sampai tahun 1912. Sampai tahun 1912 semangat ajaran Confusianisme meresapi kitab-kitab filsafat, kesusastraan dan hukum dalam kerajaan Cina. Dalam jaman Sung (960-1280) Confusianisme mengalami pembaharuan atas usaha pemikir-pemikir besar dari jaman itu. Setelah disistematisasikan pembaharuan itu oleh Chu Hsi ( 1130-1200) hasilnya terkenal dengan sebutan neo Confusianisme atau sebagai Confusianisme tafsiran Chu Hsi tetapi orang Cina menyebutnya Mazhab Li.
Confusianisme juga mengandung unsur-unsur keagamaan tetapi yang diutamakan ialah hubungan tata tertib antara manusia. Hubungan itu merupakan bagian dari tata tertib agung dalam kosmos. Ketertiban dalam masyarakat bukan hanya semata-mata ketertiban sosial, tetapi ketertiban kosmis yang suci. Di atas dasar konsep tentang Tao diletakan prinsip-prinsip sosial. Dengan menyempurnakan tingkah lakunya manusia memberi sumbangan kepada susunan sosial dan Tao. Keluarga juga merupakan susunan kosmis yang suci. Hubungan dengan leluhur tidak boleh putus dan dipelihara melalui pemujaan nenek moyang. Sejak jaman Han Confusianisme dijadikan agama negara dalam bentuk pemujaan langit. Bangunan suci terpenting ialah altar langit tempat menjadikan kurban dalam upacara kebaktian memuja langit.
TAOISME
Sebagai pendirinya disebut Lao Tzu ( Laocius) sebuah kitab yang menurut tradisi karangan dari Lao Tzu bernama Tao Tee Ching atau buku tentang Tao dan T intisari dari ajaran Lao Tzu bertujuan memelihara harmoni antara kehidupan manusia didunia dengan hukum universal alam jagat raya yaitu Tao. Ajarannya terutama mendapat pengikut dikalangan orang-orang yang dikecewakan dalam hidup di masyarakat ramai yang muak terhadap ekses-ekses kebendaan duniawiah dan sebagai reaksinya mencari keheningan atau kesunyian yang tenang dengan cara hidup seperti dalam askese atau tapa. Pada mistikus yang telah mencapai penyatuan dengan Tao timbul suatu kesadaran yang tidak mengenal kontradiksi-kontradiksi. Di kalangan orang-orang yang demikian itulah rupanya dihasilkan Tao Tee Ching dengan kekuatan mistik diadakan renungan mengenai penyatuan dengan Tao. Sebagai kristalisasi dari perenungan itu dilahirkan doktrin Wu Wei : “berbuat segalanya tanpa perbuatan apa-apa”. Kedengarannya sangat paradoksal tetapi yang dimaksudkan bahwa segala sesuatu akan berjalan beres dengan sendirinya, asal tidak berbuat apa-apa yang bertentangan dengan Tao itu.
Menurut anggapan Lao Tzu apabila doktrin Wu Wei dipraktekan dalam pemerintahan, akan tercipta suatu keadaan ideal dalam masyarakat. Ajaran Lao Tzu dilanjutkan oleh Chuan Tzu yang disebut juga Chuang Chou baik Lao Tzu maupun Kung Tzu memaknai konsepi tentang Tao. Mereka bermaksud mancari harmoni atau keselarasan dengan Tao, tetapi cara-cara penyelesaian mereka berbeda. Tetapi dalam Taoisme pemikiran dipusatkan kepada hubungan antara manusia dengan pencipta. Hakekat dari Tao itu diselami oleh Lao Tzu dengan jalan mistik dicari persatuan dengan Tao sebagai kekuatan yang mencipta (atau kekeuatan dari pencipta), sehingga ajarannya lebih bersifat agama. Ia mencari lebih dalam mengenai hakekat Tao dan mencari hubungan dengan pencipta. Tao itulah satu-satunya yang ada,ialah harmoni yang sempurna dan kesatuan yang abadi. Kearifan tertinggi ialah mengenali diri dengan Tao, mencapai Tao dengan membebaskan diri dan melalui askese bersatu dengan Tao.

MOHISME
Tidak lama sepeninggal Confusius dilahirkan seorang ahli pikir bernama Mo Li atau Mo Tzu ( Mocius ) ajarannya disebut mohisme, Ia mempunyai pandangan revolusioner mengenai susunan masyarakat, sehingga ia kontras dengan Confusius yang konservatif. Ia mau merubah susunan masyarakat, menghapuskan perbedaan-perbedaan azasi antara golongan-golongan dan mengamati prinsip-prinsip fundamental dalam masyarakat dari zamannya. Mo Tzu mengajarkan prinsip-prinsip dari You dan I juga dipakai konsepsi dari Tao yang dimaknakan sebagai sifat kepribadian dari sang pencipta yang baik dan tanpa batas. Berdasarkan konsepsi Tao yang bercorak atheisme itu diajarkan etika sosial. Tuhan pencipta segenap manusia, semua manusia adalah sama dan harus sayang menyayangi. Ia juga menganut utilitarisme, yaitu teori mengenai prinsip-prinsip kegunaan atau kefaedahan. Ia mencela keborosan, juga menentang perang, karena bertentangan dengan prinsip-prinsip kasih sayang umum diantara sesama manusia. Tetapi dibenarkannya perang untuk membela diri. Hidup sederhana, hemat dan cermat jadi motto ajarannya. Penganut-penganut mohisme melakukan cara hidup dalam semacam masyarakat pertapaan dengan disiplin keras dan kepatuhan kepada pemimpin.
Dinasti Chou memerintah Cina sampai tahun 256 SM. Selama masa pemerintahan Dinasti Chou, seni dan sastra. Cina berkembang pesat. Pemikir besar seperti Kong Hu cu (konfusious) dan Laotse, meletakkan dasar filsafat Cina yang berpengaruh di Asia Timur. Sejak awal pemerintahannya, Dinasti Chou hanya menguasai wilayah utara Cina. Pemerintahan wilayah timur diserahkan kepada beberapa pengikutnya yang setia. Mereka mencoba melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Chou. Dinasti Chou terpaksa meninggalkan ibukota pada tahun 771 SM. Pada umumnya ajaran-ajaran filsafat itu bertujuan mencari jalan untuk mengatasi krisis dalam masyarakat.

Pada awalnya Ch’in adalah negara kecil yang terbentuk sekitar tahun 900 SM sebagai negara Wei Kuo dalam kerajaan Chou letaknya. Tahun 221 SM, penguasa Chin dari wilayah timur berhasil mengalahkan semua saingannya. Dinasti Chin berkuasa sampai tahun 202 SM. Kaisar Chin pertama adalah Shi Huang Ti. Ia membangun sistem pemerintahan terpusat. Shi Huang Ti, melakukan penetapan atau pedoman ukuran dan sistem penulisan. Ia memerintahkan pembangunan Tembok Besar Cina sepanjang 6400 km. Tembok itu didirikan untuk mencegah masuknya bangsa Mongol dari wilayah barat.

Tembok Besar Cina
Sumber : Microsoft Encarta, 2006

Untuk membiayai angkatan perangnya, Shi Huang Ti membebani rakyatnya dengan pajak tinggi. Akibatnya, timbul pemberontakan yang membuat kekuasaan Dinasti Chin menjadi lemah. Sebelum meninggal, Shi Huang Ti memerintahkan para seniman membuat 8000 buah patung tentara serta sejumlah patung kuda dan kereta dari terakota (tanah liat yang dibakar).
Patung tentara itu tingginya rata-rata 190 sentimeter. Ada yang membawa panah, tombak, dan pedang. Sebagian lagi dalam sikap siaga dengan gaya silat tangan kosong. Semua patung terakota itu ditemukan di dekat makam kaisar Shi Huang Ti. Makam itu berbentuk bukit setinggi 46 meter. Luasnya tidak kurang dari 250.000 meter persegi.

Patung tentara terracota peninggalan dinasti chin
Sumber : Microsoft Encarta, 2006

Pada tahun 359 SM, pada masa pemerintahan Hsiao dilakukan perubahan besar dalam organisasi sosial dan politik, yang dilakukan oleh perdana menteri Shan Yang (359-338 SM). Sistem pembagian tanah Ching Tien dihapuskan dan diganti dengan pemilikan tanah oleh petani. Organisasi yang dilaksanakan Shang Yang di Chin disusun menjadi negara militer, dengan tujuan untuk menguasai seluruh Cina. Setelah selesai menyatukan Cina dalam satu kerajaan, Yin Cheng memakai gelar Shih-Huang Ti atau lengkapnya Ch’in Shih Huang Ti (221-209 SM) artinya kaisar agung pertama dari dinasti Ch’in (Shih artinya yang pertama).
Kaisar berkuasa mutlak, penasihat dan pembantunya yang pertama ialah Li Szu. Perubahan penting pertama dalam revolusi Chin adalah penghancuran feodalisme, artinya kekuasaan bangsawan di daerah-daerah dihapuskan, tanah milik mereka disita oleh negara dan dibagikan pada petani. Disusun sistem pemerintahan sentralisasi. Pada tahun 221 SM dikeluarkan dekrit, bahwa kerajaan dibagi dalam 26 Chun (teritorium), kemudian jumlah Chun ditambah menjadi 42 masing-masing Chun terbagi atas Hsien (distrik).
Peristiwa penting ketiga yang terjadi pada masa Chin adalah pembangunan “ Tembok Besar Cina “ yang dimulai pada tahun 220 SM. Pekerjaan ini merupakan penyelesaian dan penyempurnaan dari tembok yang sudah ada dijadikan satu, tembok ini memanjang dari Sanhaikuan (pantai pulau Liaotum) sampai kedaerah ordos, kemudian diperpanjang sampai ke Tunghuang di Khansu. Panjang seluruhnya kira-kira 2500 SM. Dinding tembok ini merupakan batas Cina asli dengan daerah suku-suku nomad di Padang rumput sebelah utara dan barat laut. Pembuatan tembok ini diselesaikan dibawah pengawasan panglima perang yang bernama jenderal Meng Tien.Shing Huang Ti oleh Otto perangke digolongkan sebagai “empire builders” atau pendir kerajaan-kerajaan besar (Otto, perangke, Gescehitedes Chehinessischan Reiches, jilis satu tahun 1930), dua tahun 1936, tiga tahun 1937). Dia dididik dalam ideologi legalisme, setiap hari membaca 120 pon surat (pada waktu itu surat ditulis dalam kepingan bambu atau kayu. Shih Huang Ti memerintah dengan tangan besi, setiap oposisi ditindas dengan kejam, senjata ditangan rakyat harus diserahkan dan bekas bangsawan diperintahkan untuk tinggal di Hsien Yang. Semua jalan kecuali legalisme dilarang, orang-orang confusianis ditindak pada tahun 213 SM atas anjuran Li Szu dilakukan pembakaran buku-buku, dikeluarkan larangan menyimpan buku yang memuat ajaran filsafat terlarang. Semua anal harus diserahkan dan dibakar, kecuali anal dari Chin, buku-buku legalisme, buku tentang teknologi pertanian, obat-obatan dan pernujuman yang dianggap berguna untuk dinasti Chin. Orang yang melanggar dihukum mati tetapi ada sejumlah buku yang disembunyikan
Di bekas ibukota Hsien didirikan ibukota baru, bernama Chang-an. Pada masa ini timbul golongan tuan tanah yang bercorak baru yang kemudian mempunyai pengaruh besar dalam pemerintahan, golongan ini disebut kaum Gentry. Zaman Han terbagi dua oleh interregnum dari dinasti Hsin, seorang kaisar bernama Wangmang (8-14 M). Dengan demikian ada dua dinasti Han : Hsia han atau Han Barat (206SM) dan Tung Han atau Hang Timur (25-220M).
Unifikasi Cina oleh Chin sejalan dengan kemajuan dalam perdagangan. Banyak saudagar kaya sejak awal abad ke-5 SM posisi para saudagar makin kuat, sedang para bangsawan mengalami kemunduran. Pada masa Chin kaum bangsawan tuan tanah telah lenyap. Pemilikan tanah jadi bebas, sehingga tanah boleh diperjualbelikan. Banyak saudagar kaya membeli tanah yang luas ada juga petani yang beruntung mendapat tanah luas sebagai warisan melalui perkawinan atau pengangkatan anak atau juga membuka lahan baru. Maka timbul tuan-tuan tanah bercorak baru dan di jaman Han kedudukan mereka makin kuat.
Orang-orang terpelajar yang pandai dalam pengetahuan buku-buku klasik diangkat menjadi pejabat pemerintah, mereka umumnya berasal dari kaum gentry, karena merekalah yang pada umumnya mempunyai biaya dan waktu yang cukup untuk belajar. Pada jabatan pemerintahan sipil (Civil service examination) dan didirikan akademi Confusianisme. Dari lulusan civil itu dihasilkan suatu golongan yang membentuk kaum literate confusianis atau para sarjana sastra confusianis. Mereka membentuk kelas baru dalam masyarakat yang memonopoli jabatan-jabatan birokrasi dalam administrasi pemerintahan Cina. Umumnya mereka berasal dari keluarga tuan tanah. Melalui Confusianisme Cina dijaman Han terbentuk kelas gentry terpelajar atau scholar gentry (Shen Shi).
Pada masa Han Wu Ti di Cina terbentuk dari negara gentry. Kaum gentry merupakan kelas feodal yang menggantikan kaum bangsawan jaman Chou. Ideologi Confusianisme dijadikan dasar ideologi kerajaan Cina. Kaisar pertama Han Timur terkenal dengan nama kuil Kuang Wu Ti (25-57M). Pada zaman Han terjadi kegiatan ilmiah . Beberapa sarjana melakukan penelitian bumi dan alam, diciptakan seismograf yang pertama, yaitu alat pencatat gempa, dibuat genomon atau alat penunjuk kedudukan matahari untuk menentukan waktu. Berdasarkan genomon dibuat alat penunjuk waktu. Penemuan yang sangat penting adalah kepandaian membuat kertas (tahun 105 SM).

Wilayah Kekuasaan dinasti Han
Sumber : Microsoft Encarta, 2006


Zaman Enam Dinasti.
Yang pertama menggantikan dinasti Han adalah dinasti Wei (220-265 SM) dengan ibukota di Lo Yang, tetapi disaingi oleh Wu (220-280 M) dengan ibukota di Nanking (ibukota selatan) dan oleh Shu (220-265 M) dengan ibukota di Ch’eng Tu. Zaman tiga kerajaan atau jaman Sankuo ini (220-265 M) merupakan bagian dari jaman enam dinasti. Sejak kehancuran dinasti Han seluruhnya ada enam dinasti Cina yang dianggap sah memerintah, karena jaman itu disebut jaman enam dinasti. Keenam dinasti itu adalah Wei 9220-265 M), Ts’in (265-420 M), Liu Sung (420-477 M), Chi (479-502 M), Liang (502-556 M) dan Chen (557-589 M)
Ditinjau secara sosiologis dijaman ini terjadi persaingan antara kaum gentry Cina dengan kaum bangsawan nomad dari Utara. Di Cina selatan mereka tetap berkuasa tetapi mendapat corak sebagai golongan penjajah, menjadi tuan tanah yang menguasai tanah-tanah yang luas.
Dinasti Han menggantikan Dinasti Chin. Ajaran Kong Hucu dijadikan dasar pemerintahan. Untuk pengangkatan pejabat pemerintahan, diadakan sistem ujian. Ujian itu dapat dikuti oleh semua lapisan masyarakat.
Hubungan dagang dengan Eropa dilakukan melalui jalan darat. Kesenian, pendidikan, dan ilmu pengetahuan maju pesat. Pada tahun 150, bangsa Cina menemukan cara membuat kertas. Agama Buddha masuk ke Cina dari India.
Akhir masa pemerintahan Dinasti Han diwarnai dengan pemberontakan dan kecurangan dalam administrasi. Pejabat wilayah mulai tidak setia kepada kaisar. Dinasti Han runtuh tahun 220. Setelah itu, Cina terpecah-pecah selama beberapa abad.

Zaman Dinasti Sui dan Tang (589-906 M).
Dinasti Sui berhasil menyatukan Cina kembali. Dinasti Sui membangun kanal besar yang menghubungkan lembah Sungai Yangtze dengan wilayah utara. Penggantinya adalah Dinasti Tang, memerintah Cina hampir 300 tahun lamanya. Pada zaman itu, Cina mengalami kemakmuran. Kebudayaan berkembang dengan pesat. Akan tetapi, pemberontakan menjadikan Dinasti Tang lemah. Tahun 907, Dinasti Tang runtuh. Setelah itu, terjadi perebutan kekuasaan antara lima dinasti dan sepuluh kerajaan. Tahun 960 Dinasti Sung dapat mempersatukan kembali wilayah Cina. Selain itu, banyak penemuan penting pada zaman itu, seperti magnet dan alat cetak. Seni pembuatan porselen dan seni lukis pemandangan berkembang baik pula.
Tahun 1126 bangsa Mongol, di bawah pimpinan Kubilai khan, merebut wilayah utara Cina. Ibu kota kekaisaran Sung dipindahkan dari Kaipeng ke Hangchou di lembah sungai Yangtze yang subur. Dinasti ini kemudian dikenal sebagai Dinasti Sung Selatan.
Sekitar tahun 1200 bangsa Mongol memperluas wilayahnya di Cina Utara. Kubilai Khan lalu mendirikan Dinasti Yuan. Pada masa itu Cina untuk pertama kalinya diperintah oleh bangsa asing. Kubilai Khan memperluas kekuasaannya ke seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Dinasti Sui (589-906 M) mempersatukan kembali Cina mempelopori dinasti tim yang lebih besar, yaitu Tang (618-906 M).
Puncak kejayaan jaman Tang dicapai pada masa pemerintahan cucu Kao Tsung, yaitu Ming Huang (712-756 M). Pada masa ini Cina mencapai wilayah yang luas, di Barat berbatasan dengan kejayaan Abasiah, dialami masa keemasan kesenian Cina, terutama puisi. Pada masa ini hidup penyair-penyair mashur seperti LI Po atau Li tai Po Tu Pu, dll. Sesudah masa Ninghuan masih ada seorang penyair yang dapat digolongkan dengan Li Po dan Tu Pu, yaitu Po Chu I (772-846 M). Seni lukis dan bangunan-bangunan mengahasilkan karya-karya indah. Pada bagian terakhir masa pemerintahan Ming Huang terjadi pemberontakan (755-757 M) dari seorang jenderal bernama An Lushan. Pemberontakan itu hampir merubuhkan dinasti Tang.
Selama berdirinya tiga abad dinasti Tang mempunyai 21 kaisar tetapi sesudah Ming Huang mengalami kemunduran. Cina selatan seluruhnya dimasukkan ke dalam kebudayaan Cina. Orang Cina Selatan dan perantauan di Asia Tenggara membanggakan diri dengan sebutan Tang Lang atau orang Tang. Pada jaman ini dimulai perkembangan percetakan dan mungkin sudah ada percobaannya di jaman Sui. Untuk pertama kalinya digunakan uang kertas. Agama Budha mencapai klimaks kemajuan, rahib-rahib Budha yang terkenal ialah Hsuantsang dan I Tsing, yang mengadakan perjalanan ziarah ke India. Ke Cina juga masuk agama asing lain. Seperti Kristen, Nestorianisme. Agama Budha pengaruhnya dikalangan rakyat dapat pulih kembali karena sudah berurat berakar dalam kehidupan rakyat Cina. Keselarasan terjadi antara confusianisme, Taoisme dan Budhisme sehingga ada ungkapan “tiga Agama satu Agama”.

Zaman Lima Dinasti dan Shung (907-1280 M).
Di Cina Utara terjadi pergantian pemerintahan lima dinasti, Sedang Cina Selatan terpecah-pecah dalam kerajaan-kerajaan kecil. Nama dinasti dipakai berdasarkan situasi politik di Cina Utara. Cina diserang oleh bangsa Mongolia, dan kemudian dapat dipersatukan oleh dinasti Shung (907-1227 M), tetapi tidak seluas Cina asli, bahkan makin susut oleh suku Tangut dari Tibet.
Meskipun pada masa Shung lemah dalam bidang politik dan wilayah kekuasaanya kecil tetapi mencapai kegemilangan dalam bidang kebudayaan. Percetakan yang sudah dimulai pada masa Tang, semakin berkembang pada masa lima dinasti. Buku-buku banyak dicetak pada jaman Sung, sehingga kesempatan belajar bagi rakyat makin luas, karena harga buku menjadi murah. Seni lukis mencapai jaman keemasan. Di Zaman Tang telah sampai puncaknya pada masa Sung. Barang-barang porselin dibuat dengan mutu yang sangat tinggi dan keindahan yang membuktikan keahlian yang sangat matang dan selera yang halus. Confusianisme dari Chu-His atau dari Mazhab Li berkembang.
Di zaman Sung terjadi pemilikan tanah besar-besaran oleh tuan tanah dari kaum gentry. Hal ini sangat merugikan petani kecil, karena dua hal yaitu : 1) Para pegawai diberikan pengahasilan tambahan dari tanah dan dibebaskan pajaknya dan mereka berusaha memiliki tanah sebanyak-banyaknya. 2) Sistem pajak disederhanakan dan hanya berdasarkan luas tanah tetapi dalam prakteknya pajak itu dibebankan pada petani kecil. Keuangan negara makin buruk, penggelapan pajak oleh pemilik tanah makin merajalela. Terjadi krisis ekonomi untuk mengatasinya diangkat Wang An Shih (1021-1086 M) sebagai menteri keuangan tahun 1056 M. Ia berasal dari keluarga gentry yang miskin di Kiang Shi, ia pembela petani kecil dan pedagang kecil. Ia membuat rencana pembaharuan politik ekonomi yang terdiri dari : 1) Merubah ekonomi pengangkutan . 2) Mengadakan monopoli perdagangan dan pengangkutan oleh negara . 3) Mendirikan bank petani untuk memberikan pinjaman kepada petani kecil. 4) Mengganti sitempajak dan mengahapuskan pembebasan pajak tanah dan mengajukan gaji pegawai. 5) Memperbaharui sistem ujian dan 6) Melakukan milisi rakyat. Untuk melaksanakan pembaharuan politik ekonomi itu diangkat seorang istimewa dalam urusan keuangan dan dibentuk suatu “brain trust”. Spekulasi dan penimbunan barang oleh pedagang besar tidak dimungkinkan. Pemberian kredit oleh bank pada petani kecil diatur oleh “Peraturan Tunas Hijau”. Petani bisa meminjam dan hutang dibayar sehabis panen dengan bunga rendah. Juga dibentuk semacam “dewan pengawasan keuangan” dan “bori ekonomi”.
Menurut Wang An Shih kelemahan negara disebabkan oleh pendidikan para pegawai yang kurang sempurna. Pembaharuan Wang An Shih ditentang oleh berbagai golongan yaitu kaum gentry dan pedagang. Tahun 1076 Ia harus mengundurkan diri dan tahun 1086 peraturan pembaharuannya dihapuskan.

Zaman Kekuasaan Mongolia (1260-1368 M).
Pada abad ke-12 bangsa Mongolia masih merupakan suku-suku yang tercerai-berai. Kemudian dipersatukan oleh Yusigei yang mendirikan pusat kekuasaan di sungai Onon. Untuk pertama kalinya seluruh Cina diperintah oleh dinasti asing, dengan Khubilai Khan sebagai kaisar pertamanya (1260-1294 M). Didirikan ibukota baru bernama Khabalik (kota Khan), letaknya dibekas kota Yen King, dulunya ibukota kerajaan chin dan sekarang menjadi kota Peking. Kekuasaan bangsa Mongolia sampai pada puncak kebesarannya.

Zaman Dinasti Ming ( 1368-1644 M).
Pada pertengahan abad ke-13 bangsa Mongol berhasil diusir dari Cina oleh Dinasti Ming. Pada saat itu Cina mencapai puncak kejayaannya. Pengaruhnya sampai ke Asia Timur. Kaisar Ming mengirim ekspedisi maritim ke Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur pada abad ke-15. Bangsa Eropa mengenal Cina dari pedagang Venesia, terutama Marcopolo. Menurut laporan Marcopolo, di daerah Timur ada negara yang berkebudayaan tinggi, yang disebut Chathay. Pada abad ke-16 dan 17, Cina mulai dikunjungi pedagang Eropa Barat. Tahun 1581, Diansti Ming digantikan oleh Dinasti Ching.
Chu Yuan Chang mendirikan dinasti Ming dan Ia sebagai kaisar pertamanya, terkenal dengan nama Hung Wu (1368-1398 M). Pada zaman ini terdapat gejala-gejala baru yang menurut wolfram Eberhard menandakan dimulainya zaman modern dalam sejarah Cina. Dalam perkembangan masyarakat dimulai pembentukan golongan kaum gentry masih tetap sebagai kelas yang memerintah, tetapi dengan semakin majunya industri kerajinan tangan, terutama porselen, perdagangan teh (mulai zaman Chang), pertambangan, penanaman kapas (untuk pertama kali secara besar-besaran pada zaman Yuan) dan makin majunya perdagangan dengan luar negeri, maka golongan perdagangan dan pengusaha kerajinan mencapai kedudukan kuat dan menjadi kelas menengah borjuis.
Kaisar terbesar dinasti Ming adalah kaisar ketiga yaitu kaisar Yung Lo (1403-1424 M). Ia merampas kekuasaan dari Hui Ti (1398-1403 M). Dimasa pemerintahannya dilakukan ekspedisi pelayaran besar-besaran mulai tahun 1405 di bawah pimpinan Cheng Ho. Disamping itu juga diperbaharui hubungan perdagangan Cheng Ho mengunjungi Indonesia, Malaka, Srilangka, India, Persia, Tanah Arab, dan Afrika Timur.

Zaman Dinasti Manchu (1644-1912 M).
Untuk kedua kalinya pemerintah Cina diperintah oleh diansti asing. Bangsa Manchu adalah lanjutan dari bangsa Jurchid yang setelah dikalahkan bangsa Mongol tahun 1234 mundur ke Utara sungai Amur. Di bawah pimpinan Nurchi (1559-1626 M) mereka menjadi kuat. Pada masa pemerintahan kaisar kedua, yaitu kang Hsi (1662-1722 M) dan cucunya kaisar keempat yaitu Chien Liung, dinasti ini mencapai masa kejayaan. Seluruh asia tengah ditaklukan termasuk Tibet, selain itu Korea Indo Cina, Burma, Bhatan, Sikim dan Neval mengakuinya sebagai negara Vazal. Para pedagang asing dilarang mengadakan hubungan langsung dengan rakyat, tetapi harus melalui perantara saudagar Kehong, yaitu golongan saudagar Cina tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah mengurus perdagangan dengan orang asing.


Rangkuman
Cina seperti Eropa sebelum dan setelah puncak kejayaan kekaisaran Romawi, adalah sebuah gabungan dari negara-negara kota bercirikan feodalisme yang diperintah oleh para jenderal perang yang saling berseteru. Negara-negara ini hanya bersatu di bawah sebuah kebudayaan bersama yang muncul selama dinasti Chou, yang berpusat di sungai Yangtze setelah tahun 770 SM dan memancarkan pengaruh kebudayaan, jika bukan politik, ke seluruh daratan Cina.
Barangkali pengaruh terbesar atas kebudayaan Cina selama periode ini dan mungkin bahkan selamanya adalah tulisan-tulisan dari filsuf Kung Fu tze (551-479 SM), yang lebih dikenal dengan nama latinnya, yaitu Confucius. Filosofinya, yang masih dianut sebagai agama oleh sekitar 5,2 juta orang, menekankan pentingnya ketertiban sosial yang harmonis di tingkat nasional maupun pribadi.
Setelah kematiannya, Cina terpecah secara politis selama masa peperangan antar negara (sekitar 403-221 SM). Periode ini berakhir dengan munculnya dinasti Chin (221-210 SM), pada saat mana kaisar Shih Huang Ti (259-210 SM) dikenal sebagai “kaisar pertama” berhasil menyatukan Cina untuk pertamakalinya dalam sejarah. Ia memperkenalkan pemerintahan terpusat, melaksanakan sensus penduduk dan membakukan mata uang negara, bahasa tertulis, UU, dan timbangan serta ukuran. Ia juga mengawali pembuatan Tembok Besar Cina, proyek rekayasa terbesar yang pernah dikerjakan oleh tangan manusia sebelum pertengahan abad ke-19. namun pada sisi buruknya, Shih Huang Ti dianggap sebagai seorang despot otoriter yang melakukan upaya terencana untuk menghapuskan Konfusianisme, sebuah usaha yang hanya sebagian saja yang berhasil.
Pemerintahan shih Huang Ti kemudian digantikan oleh dinasti Han, yang diuntungkan oleh sistem sentralisasinya, namun yang secara bertahap menghidupkan kembali Konfusianisme. Dinasti Han juga membentuk sistem sosial dan politik Mandarin, yang tetap bertahap sebagai dasar masyarakat Cina bahkan di bawah dinasti Ching (Manchu) (1644-1922) sampai kaum komunis merebut kekuasaan pada tahun 1949. dinasti Han itu sendiri berlangsung selama lebih dari 400 tahun, hingga tahun 220. Selama masa ini, kesenian dan ilmu pengetahuan dari sastra dan melukis, hingga astronomi dan matematik berkembang pesat.

Tidak ada komentar: