Selasa, 27 September 2011

"KTD" MERAJALELA DI KOTA MAUPUN DI DESA

Carut marut akhlak kaum muda mencerminkan rusaknya pendidikan moral terhadap generasi muda, baik yang dewasa maupun yang masih remaja. Bagaimana tidak akhir-akhir ini kita sering mendengar kasus mengenai "Hamil Diluar Nikah" atau lebih populer KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan). Dulu hal ini terjadi hanya dilingkungan perkotaan saja akan tetapi sekarang sudah merambah kewilayah perdesaan sampai desa yang terkecil sekalipun. Seperti halnya yang terjadi di Bali, dalm sebulan, 41 Kasus Hamil di Luar Nikah terjadi di Bali
Kasus ini sering menimpa para gadis usia sekolah tingkat menengah pertama dan menengah atas, bahkan yang sudah berada di pendidikan tinggi. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor diantaranya:
1. Kurangnya kontrol dari peran orang tua terhadap anak gadisnya, yaitu ketika orang tua sudah tidak lagi memperdulikan anaknya bergaul dan bermain dengan teman-temannya.
2. Rasa ingin tahu seorang anak akan hal-hal negatif, biasanya mereka terpengaruhi oleh media film atau tayangan forno di ponsel atau media lainnya, bahkan karena teman laki-lakinya.
3. Pengaruh teman sebaya, pergaulan dengan teman atau sahabatnya yang "nakal" akan menjerumuskan anak tersebut kedalam perangkap nafsu syetan.
4. Pengaruh dari pacar, atau teman spesial anak tersebut. Anak sekarang berbeda dengan anak jaman dulu, anak sekarang tidak pernah mengenal kata "pamali" dan sering kali mengakali orang tuanya untuk bisa berdua'an bersama pujaan hatinya.
5. Aturan mengenai tamu wajib lapor 24 Jam atau ronda tidak lagi di aktifkan, hal ini dimaksudkan kepedulian para tetangga yang melihat dan mementingkan nilai-nilai norma di dalam masyarakat.
6. Penjualan bebas alat kontrasepsi, yaitu mudahnya penjaga apotek memberikan alat kontrasepsi kepada pembeli yang dibawah umur atau yang tidak layak.
7. Pendidikan, Hal ini merupakan hal terpenting karena bersangkutan langsung dengan mereka para remaja maupun dewasa. Pendidikan agama yang sekarang kurang digalakan dan pendidikan sekolah yang hanya disampaikan mengenai aspek kognitif terus.

Dengan demikian ada beberapa cara untuk mengatasinya, diantaranya adalah:

1. Menanamkan nilai-nilai norma agama terhadap anak dengan cara mengajak anak perempuan untuk sholat berjamaah dengan ibu atau bapaknya. Seusai sholat biasakan anak kita beri kuliah tujuh menit (kultum).
2. Sayangilah anak kita dengan kasih sayang yang baik, jangan biarkan suasana rumah penuh dengan kebosanan atau jenuh bahkan terjadi pertengkaran antara ibu dan bapak atau janganlah sampai kita memarahi anak dengan cara berlebihan.
3. Sering mengontrol alat komunikasi anak, kalau perlu jangan diberikan dulu alat komunikasi (hp) sebelum anak tersebut bisa atau menjaga alat tersebut, dan waspadalah jika ada no hp atau sms yang mencurigakan.
4. Seringlah menyapa dan menanyakan kepada anak ketika pulang sekolah atau akan berangkat bermain, dengan siapa dan apa saja kegiatannya terus pulang jam berapa.
5. Aktifkan kembali pos siskamling dan saling memperdulikan keselamatan tetangga dan diri sendiri dan berdayakanlah para pemuda karang taruna desa untuk mengikuti kegiatan siskamling tersebut.
6. Jangan sekali-sekali mengijinkan anak perempuan kita jalan keluar malam atau siang dengan pacar atau teman laki-lakinya dan janganlah membiarkan anak kita pergi sendirian.
7. Buatlah pendidikan agama menjadi menyenangkan, atau membuat kesibukan sendiri di rumah dengan melibatkan anak seperti mengajar adiknya mengaji atau belajar masak dan sesekali kita harus memuji kebaikan anak kita. semoga bermanfaat... dan tetap waspada

Senin, 26 September 2011

Dari Anak Kecil sampai Orang Jompo Kenal Eep Hidayat

Masyarakat di Kabupaten Subang pasti pernah mendengar nama EEP Hidayat atau sering kita kenal dengan sebutan “Mang Eep” bupati Kabupaten Subang ini memang sangat dekat sekali dengan bawahan-bawahannya, Eep Hidayat sangat menghargai bawahannya terutama kepala desa yang ada di seluruh kabupaten subang terbukti ketika adanya undangan acara kegiatan di desa bahkan sampai pesta hajatan Mang Eep jika tidak ada kesibukan lain ia datang.
Kedekatan Mang Eep dengan kepala desa ini berdampak terhadap pamor nama "Mang Eep" berdasarkan hasil survey bersekala kecil dimulai dari anak-anak usia kelas 1 SD sampai nenek-nenek jompo mengenal nama "Mang Eep" sebagai Bupati Subang. Hal ini menunjukan dari keberhasilan politik dan memimpin masyarakat Subang. Pamornya nama Mang Eep tidak terlepas dari peran seorang kepala desa, begitu gencarnya kepala desa menjalankan pembangunan yang ada di desanya dan tidak lupa sebelum membangun seorang kepala desa menyampaikan sepata dua pata kata dalam pidatonya menyebutkan nama "Mang Eep" sehingga nama "Mang Eep" menjadi terkenal. Program Kerja Pemerintah Kabupaten Subang yang dijalankan oleh Mang Eep Hidayat dan Ojang Sohandi yaitu DMGR juga memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi pembangunan masyarakat Subang. Hanya saja pembangunan yang sampai ke desa, terutama desa kami diutamakan pembangunan fisik seperti jalan, irigasi, dan yang lainnya. Padahal pembangunan non fisik seperti SDM atau keterampilan kurang begitu digerakan, terlebih khusus pendidikan untuk para pemuda yang ada di desa. Tekanan ekonomi yang terasa sangat keras membuat para pemuda melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang manfaat seperti berjudi dan berkelahi. Belum lagi pendidikan moral yang begitu rendah sehingga banyak pemuda dan pemudi yang terjerat dengan pergaulan bebas.
(Sumber Gambar: Yanu Endar Prasetyo,MTB, Hal 97) Program yang baik dari pemerintah kabupaten Subang seharusnya menjadi acuan dalam bersama-sama dalam membangun masyarakat Subang yang lebih baik. Bukan sebatas pemerintah desa sibuk dengan persiapan yang dadakan dan mengada-ngada seolah-olah program pemerintah subang telah dijalankan dengan baik dengan cara membuat dan membersihkan jalan ketika ada kunjungan dari "Mang Eep" atau Ojang Sohandi bahkan dari tim evaluasi kinerja pemerintahan saja. Baik dan Tidaknya program pemerintah juga tergantung dari ujung tombak dari pemerintahan yaitu desa sebagai penggerak masyarakat dalam membangun kearah yang lebih baik. Bukan bergotong-royong untuk kemewahan seorang kepala desa sementara rakyat kecil hanya bisa gigit jari, ikut menyaksikan "Pak Kuwu" hidup mewah sementara rakyat sengsara. Sebaiknya "Mang Eep" dan Ojang Sohandi meninjau kembali program kerja DMGR yang telah dijalankan pemerintahan desa, apakah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Sebagai generasi muda kami hanya ingin teman-teman kami memiliki keterampilan dan mampu mandiri dengan usia mudanya untuk semangat bekerja dan menata kembali masa depannya seusai tamat sekolah baik tingkat dasar maupun menengah, karena kami merasa sangat berat sekali membangun generasi muda secara bersama-sama tanpa adanya bantuan dan bimbingan terutama informasi atau ilmu membangun dengan baik dari penentu kebijakan dan instansi terkait.