Sabtu, 14 Mei 2011

MATERI SEJARAH SMA KELAS XI

SEMESTER I

BAB I
PENGARUH PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU – BUDHA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA

A.Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu – Budha di Kepulauan Indonesia
1.Hipotesa Waysa
2.Hipotesa Brahmana
3.Hipotesa Ksatria
B.Pengaruh Perkembangan Tradisi Hindu – Budha Terhadap Perubahan Struktur Sosial Masyarakat Pada Masa Kerajaan-kerajaan Hindu – Budha di Indonesia

C.Pengaruh Perkembangan Tradisi Hindu – Budha Terhadap Pendidikan Pada Masa Kerajaan-kerajaan Hindu – Budha di Indonesia

D.Pengaruh Perkembangan Tradisi Hindu – Budha Terhadap Kesenian Pada Masa Kerajaan-kerajaan Hindu – Budha di Indonesia

E.Pengaruh Perkembangan Tradisi Hindu – Budha Terhadap Teknologi Pada Masa Kerajaan-kerajaan Hindu – Budha di Indonesia

F.Bukti-bukti Terjadinya Proses Interaksi Masyarakat di Berbagai Daerah Indonesia Dengan Tradisi Hindu – Budha

1.Bidang Agama

2.Bidang Sosial

3.Bidang Arsitektur


BAB II
PERKEMBANGAN KEHIDUPAN NEGARA-NEGARA KERAJAAN HINDU – BUDHA DI INDONESIA

A.Muncul dan Berkembangnya Negara-negara Kerajaan Hindu – Budha di Indonesia
1.Kerajaan Kutai
2.Kerajaan Tarumanegara
3.Kerajaan Kanjuruhan
5.Kerajaan Mataram Hindu atau Mataram Lama di Jawa Tengah
6.Kerajaan Mataram di Jawa Timur
7.Kerajaan Kediri
8.Kerajaan Singasari
9.Kerajaan Majapahit

B.Kondisi Kehidupan Negara-negara Kerajaan Dalam Berbagai Bidang
1.Sistem dan Struktur Birokrasi (Pemerintahan)
2.Sistem dan Struktur Sosial Masyarakat
3.Sistem dan Struktur Ekonomi Masyarakat
a.Perdagangan
b.Tenaga Kerja
c.Pola Penguasaan Tanah
d.Pajak
e.Transportasi

C.Runtuhnya Negara-negara Kerajaan Hindu – Budha di Indonesia

D.Tradisi Hindu – Budha Dalam Kehidupan Masyarakat di Indonesia Pasca Runtuhnya Kerajaan Hindu – Budha


BAB III
PENGARUH PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI INDONESIA

A.Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia
1.Teori Gujarat (India)
2.Teori Mekah (Arab)
3.Teori Persia

B.Tempat dan Bukti-bukti Penyebaran Islam di Indonesia

C.Perkembangan Tradisi Islam di Berbagai Daerah Dari Abad ke-15 Hingga Abad ke-18

D.Perkembangan Pendidikan, Kesenian dan Kesusastraan di Kerajaan-kerajaan Bercorak Islam di Indonesia

E.Sistem dan Struktur Sosial Masyarakat di Kerajaan-kerajaan Bercorak Islam di Indonesia

F.Pola Penyebaran Agama Islam Hubungannya Dengan Pertumbuhan Kota dan Terbentuknya Jaringan Ekonomi dan Intelektual di Indonesia


BAB IV
PERKEMBANGAN KEHIDUPAN NEGARA-NEGARA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

A.Latar Belakang dan Proses Munculnya Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

B.Struktur Birokrasi, Hubungan Pusat – Daerah, dan Hukum di Kerajaan-kerajaan Bercorak Islam di Indonesia

C.Membandingkan Konsep Kekuasaan Pada Kerajaan-kerajaan Bercorak Islam Dengan Kerajaan-kerajaan Hindu – Budha


BAB V
PROSES INTERAKSI ANTARA TRADISI LOKAL, TRADISI HINDU – BUDHA, DAN TRADISI ISLAM DI INDONESIA

A.Perpaduan Antara Tradisi Lokal, Tradisi Hindu – Budha, dan Tradisi Islam Dalam Institusi Sosial Masyarakat di Indonesia
B.Perpaduan Kepercayaan Lokal, Kepercayaan Hindu – Budha, dan Kepercayaan Islam Dalam Kehidupan Keagamaan Masyarakat di Indonesia
C.Perpaduan Arsitektur Lokal, Arsitektur Bergaya Hindu – Budha dan Arsitektur Bergaya Islam Dalam Bidang Seni Rancang Bangun di Indonesia



SEMESTER II

BAB I
PERKEMBANGAN PENGARUH BARAT DI INDONESIA

A.Paham-paham dan Peristiwa-peristiwa Penting di Eropa Pada Masa Imperialisme Kuno Hingga Awal Perkembangan Imperialisme Modern
B.Hubungan Merkantilisme, Revolusi Industri dan Kapitalisme di Eropa Dengan Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

BAB II
PERKEMBANGAN PAHAM-PAHAM BARU DAN TRANSFORMASI DUNIA HUBUNGANNYA DENGAN MUNCULNYA KESADARAN DAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

A.Muncul dan Berkembangnya Paham-paham Baru di Dunia
1.Liberalisme
2.Sosialisme
3.Pan Islamisme
4.Demokrasi
5.Nasionalisme

B.Hubungan Antara Berkembangnya Paham-paham Baru Dunia Dengan Munculnya Nasionalisme di Asia, Afrika dan Secara Khusus di Indonesia

C.Hubungan Pola Kehidupan Kekotaan Dengan Munculnya Pergerakan Kebangsaan Indonesia

D.Proses Terbentuknya Transformasi Etnik dan Berkembangnya Identitas Kebangsaan di Indonesia

E.Keragaman Ideologi Hubungannya Dengan Perbedaan Strategi Organisasi Pergerakan Kebangsaan di Indonesia

F.Terjadinya Peristiwa-peristiwa Penting di Indonesia Hubungannya Dengan Munculnya Kebijakan Garis Keras Pemerintah Hindia Belanda Terhadap Pergerakan Kebangsaan di Indonesia


BAB III
PENGARUH REVOLUSI PRANCIS, REVOLUSI AMERIKA, DAN REVOLUSI RUSIA TERHADAP PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA

A.Pengaruh Revolusi Prancis Terhadap Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia
B.Pengaruh Revolusi Amerika Terhadap Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia
C.Pengaruh Revolusi Rusia Terhadap Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia
D.Perbedaan Pengaruh Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia Terhadap Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia
E.Ideologi-ideologi yang Berkembang pada Masa Pergerakan Nasional Indonesia Sebagai Pengaruh Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia


BAB IV
PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI DI EROPA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL, EKONOMI DAN POLITIK DI INDONESIA

A.Perkembangan Ekonomi dan Demografi di Indonesia Masa Kolonial

B.Kegagalan Proses Industrialisasi di Indonesia Masa Kolonial

C.Hubungan Antara Perkembangan Transportasi Darat dan Air Sejak Abad ke-19 Dengan Aktivitas Perdagangan dan Integrasi Ekonomi di Indonesia

D.Pertumbuhan, Mobilitas, dan Persebaran Penduduk di Berbagai Daerah Abad ke-19 dan ke-20

E.Kebijakan Pemerintah Kolonial di Indonesia Abad ke-19 Hingga Awal abad ke-20

F.Perkembangan Sistem Pemerintahan, Struktur Birokrasi dan system Hukum Pada Masa Kolonial

G.Perluasan Aktivitas Ekonomi Pemerintah Kolonial, Swasta Asing dan Masyarakat di Berbagai Daerah Sejak Tahun 1830

H.Hubungan Komersialisasi Ekonomi, Monetisasi dan Industrialisasi Dengan Perubahan di Pedesaan dan Proses Pengkotaan

I.Pertumbuhan dan Mobilitas Penduduk Pada Abad ke-19 Dengan Awal Abad ke-20

J.Hubungan Perubahan Politik, Ekonomi dan Pendidikan Dengan Mobilitas Sosial di Indonesia

K.Kebijakan Pemerintah Kolonial Dalam Bidang Keagamaan dan Dampaknya Terhadap hubungan Antar Masyarakat

L.Kedudukan dan Peran Perempuan Dalam Kehidupan Masyarakat Pada Masa Kolonial


BAB V
PROSES INTERAKSI INDONESIA – JEPANG DAN DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA

A.Bentuk-bentuk Interaksi Indonesia – Jepang Pada Masa Kolonial Belanda

B.Interaksi Indonesia – Jepang Pengaruhnya Terhadap Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia

C.Bentuk-bentuk Interaksi Indonesia – Jepang Pada Masa Pendudukan Militer Jepang di Indonesia

D.Dampak Kebijakan Imperialisme Jepang di Indonesia
1.Bidang Militer
2.Bidang Ekonomi
3.Bidang Sosial – Budaya
4.Bidang Politik

Sabtu, 07 Mei 2011

PERADABAN CINA

Negeri Cina menjadi salah satu pusat peradaban tertua di dunia. Sisa peradaban itu ditemukan di lembah Sungai Kuning (Huangho), Sungai Yangtze, dan Sungai Huai. Ketiga lembah sungai itu sering dilanda banjir. Endapan lumpur membuat daerah itu menjadi subur. Di tempat itulah manusia tinggal.


Sungai Kuning (Huang Ho – China)
Sumber : Microsoft Encarta Ensyclopedia, 2006

Peradaban Cina lahir sejak Zaman dinasti yang pertama yaitu dinasti Shang. Sepanjang sejarah Cina sejak awal perkembangan peradaban Cina pada zaman dinasti Chou (1027-256-221 SM), suku-suku bangsa dari daerah padang rumput sebelah utara dan barat Laut merupakan musuh-musuh besar Cina. Peradaban Cina yang lahir di dataran daerah Sungai Kuning dan Sungai Wei adalah peradaban yang tumbuh atas dasar perekonomian dari masyarakat agraris. Perekonomian agraris ini didukung dengan sistem pengairan yang sudah sangat maju. Pada perkembangan selanjutnya, bangsa Cina melakukan ekspansi kolonisasi pertanian. Para petani menjadi barisan perintis dalam perluasan daerah peradaban Cina. Dengan demikian, pada hakikatnya sejarah ekspansi Cina Asli adalah ekspansi tanah pertanian. Bahkan kolonisasi pertanian pada masa Chou dilakukan secara terorganisir di bawah pimpinan pemerintah.
Pada awalnya masyarakat Cina terbentuk dikelilingi masyarakat bukan Cina. Apa yang tumbuh di Cina Utara adalah peradaban Cina dengan bahasa, isi kerohanian dan organisasi kemasyarakatannya diibaratkan sebagai pulau di tengah laut anasir-anasir bukan Cina. Apa yang bercorak Cina dan jadi sifat Cina ialah segala anasir yang ada dan dapat menyesuaikan diri dengan organisasi pertanian intensif dengan teknik pengairannya dan dengan demikian dalam politik dan ideologi menerima pimpinan dari pemerintah pusat. Anasir-anasir yang tidak dapat menyesuaikan diri ditolak dan anasir-anasir yang demikian itu terdapat pada apa yang lazimnya oleh bangsa Cina disebut “suku barbar” untuk membedakan dengan peradaban Cina. Suku-suku barbar tersebut tinggal di Utara dan barat laut terutama suku-suku nomad peternak. Inti dari peradaban Cina kuno terletak di dataran Sungai Kuning, tanah luas di daerah itu sangat subur, tetapi memerlukan air. Sejak dahulu dibuat terusan-terusan dan bendungan-bendungan untuk mengatur irigasi. Pengontrolan air menuntut adanya organisasi, pimpinan organisasi ada ditangan negara. Cina pada masa Chou terdiri dari negara-negara federal di bawah pimpinan raja pusat. Negara menarik pajak yang dibayar dengan hasil pertanian, yaitu gandum. Untuk menyimpan gandum banyak didirikan lumbung yang untuk pengamannya didirikan tembok-tembok, maka dengan demikian berdiri kota-kota berdinding tembok. Tiap kota yang dikelilingi tembok dan daerah pertanian di sekitarnya disebut negara kota. Lambat laun daerahnya meluas dan lambat laun terbentuk kesatuan negara yang lebih besar.
Tanah sangat berharga dalam kehidupan Cina, dalam kehidupan Cina tidak ada tempat untuk berburu, beternak dan pertanian yang ekstensif. Pada masa Chou musuh-musuh besar Cina datang dari suku-suku Jung dan Ti, suku nomad peternak kuda yang tinggal di daratan Shensi sekarang. Mereka dapat dianggap sebagai pendahulu dari bangsa Hsiungnu (Huna), yang mungkin berasal dari pencampuran keturunan suku-suku Jung dan Ti dengan suku-suku Proto-Turki dan Proto Mongolia. Sebenarnya semua suku barbar nomad dari daerah padang rumput oleh Bangsa Cina disebut dengan istilah umum Hsiungnu. Menurut teori Wolfram Eberhard (dalam bukunya A History of Cina) serbuan-serbuan mereka ke kerajaan Chou merupakan akibat dari ekspansi kolonisasi pertanian Cina. Mulanya mereka di samping beternak juga melakukan pertanian ekstensif, tetapi karena perampasan tanah mereka oleh petani-petani Cina, mereka kemudian menjadi suku nomad sempurna. Pada masa Chou Timur (772-256 SM) mereka menjadi ancaman besar bagi dinasti ini, sehingga pada masa Chou barat (1027-772 SM) pemerintah bersikap ofensif terhadap mereka dan bersikap defensif pada masa Chou Timur. Sekitar 500 SM dibangun tembok besar di sebelah Utara dan Barat Laut di tempat-tempat yang terancam bahaya. Pada kira-kira waktu itu dimulai kehadiran bangsa Hsiungnu dalam sejarah Cina. Serangan-serangan mereka itu makin membahayakan Cina , sehingga kaisar Shih Huang Ti (221-209 SM) dari dinasti Chin (221-207 SM) yang melakukan unifikasi Cina mendirikan “Dinding Tembok Besar Cina”. Dinding tembok itu bagi dinasti chin mempunyai tiga fungsi yaitu:
1. sebagai batas tegas yang memisahkan daerah Cina dan daerah nomad.
2. sebagai benteng pertahanan dan
3. sebagai lambang kebesaran dari kebesaran kekuasaan Chin yang pertama.

Tetapi tujuan utamanya adalah untuk menahan serbuan bangsa Hsiungnu. Dinding tembok besar Cina itu sebenarnya penyempurnaan dari dinding tembok yang sudah dibangun pada masa Chou Timur. Dinding tembok yang sudah ada disambung jadi satu, diperkuat dan diperpanjang. Pada akhir abad kedua SM dinding tembok itu diperpanjang lagi, tetapi bentuk dan keadaannya sekarang merupakan peninggalan dari hasil pekerjaan penyempurnaan masa Ming (1368-1644 M). Bangunan raksasa ini panjangnya kira-kira 2500 KM, memanjang dari Shanhaikuan di pantai Timur Laut Liaotung ke Asia Tengah melalui tanah tandus di atas punggung pegunungan-pegunungan. Tingginya antara 6 dan 8 M, lebar alasnya 8 M dan lebar di atasnya 5 M. Dinding tembok ini mematung kedua belokan sungai kuning sehingga daerah padang rumput Ordos di antara kedua belokan sungi itu ada di sebelah luar tembok. Pada jarak-jarak yang tidak teratur sama jauhnya ada kubu-kubu dengan menara-menara, semuanya ada 40.000 menara, tetapi yang masih agak utuh (sekarang) ada kurang lebih 20.000. dinding itu berakhir di Tunghuang di propinsi Kansu, sebelah barat dekat perbatasan dengan provinsi Sinkiang di Asia tengah. Di lintasan dengan jurang-jurang yang dilalui oleh kafilah ada pintu gerbang dan pada lintasan dengan jalan-jalan penting dibuat beberapa tembok. Bangunan raksasa ini dibuat dari tanah yang ditumbuk padat dengan diberi kerangka dari kayu atau bambu dan diluarnya diperkuat dengan batu-batu besar. Sekarang sudah banyak yang rusak, terutama bagian-bagian yang dibuat dari tanah saja, sekarang tinggal puing-puing saja.


Arti Zaman Klasik Cina
Zaman Chou Timur (771-256 SM) dan kelanjutannya sampai berdirinya dinasti Chin (221-207 SM) adalah zaman klasik Cina. Pergolakan sosial dan politik menimbulkan banyak masalah untuk dipecahkan. Hal itu merupakan dorongan untuk mengadakan pemikiran, bagaimana mengatasi krisis-krisis moral dan politik, yang timbul di zaman itu. Maka lahirlah berbagai ajaran filsafat. Di zaman itu juga dimulai perkembangan kesusasteraan yang menghasilkan kitab-kitab mengenai filsafat, sejarah, adat-istiadat dan pemerintahan. Sekumpulan buku-buku dijadikan buku-buku klasik oleh bangsa Cina berikutnya dan dimuliakan sebagai buku-buku suci, yang merupakan pegangan dalam hidup dan pemerintahan. Dua macam buku-buku klasik disebut Wu ching atau lima (buku) klasik dan Sze Shu atau Empat Kitab. Buku-buku ini dengan buku-buku tafsirannya sejak zaman Han (206-220 M) sampai permulaan abad ke-20 merupakan buku-buku tuntunan bagi kaum literati .
Wu ching terdiri dari:
1. Shu Ching (buku sejarah, The Book of History)
2. Shih Ching (buku syair, The book of Songs)
3. I Chi (buku tentang upacara-upacara, The book of Rites)
4. Ch’un Ch’iu (buku catatan musim semi dan musim gugur, The annals of spring and autumn)
Yang disebut Sze Shu ialah:
1. Lun Yu (annalects atau kumpulan percakapan-percakapan dari Confusius)
2. Neng Tzu Shu (The Mencius atau buku Neng Tzu)
3. Chung Yung (ajaran jalan tengah yang tepat, The Doctrine of the Mean).

Ajaran-ajaran filsafat itu berkembang, terutama di zaman Chang Kuo (480-221 SM) mempunyai pengaruh yang sangat penting dan fundamentil kepada pembentukan mentalitas Cina sampai pada akhir abad ke-19, karena banyak sekali timbul ajaran filsafat, yang bersaingan berebut pengaruh, maka dipakai sebutan “seratus Ajaran Filsafat”. Kegiatan intelektual di zaman klasik itu melahirkan berbagai pemikiran mengenai moral dan politik. Masalah terbesar bagi kebanyakan ahli pikir di zaman itu ialah penyelamatan masyarakat yang sedang ada dalam krisis. Banyak pemikir dari zaman itu yang tidak diketahui nama yang sebenarnya.
Kebudayaan Cina lahir dan tumbuh di Cina Utara di daerah aliran sungai Kuning dan anak sungainya. Kira-kira ½ juta tahun yang lau didaerah itu hidup manusia Peking. Mereka hidup dari berburu dan tinggal di gua-gua. Bekas-bekas mereka menunjukan bahwa mereka hidup pada zaman neolitikum. Kehidupan di Cina dari melinium ketiga atau kedua sebelum masehi sampai berkembangnya kebudayaan zaman neolitikum di Cina Utara tidak banyak yang diketahui. Pada zaman neolitikum nenek moyang bangsa Cina hidup dalam masyarakat pertanian. Dalam buku-buku Cina kuno terdapat cerita tokoh-tokoh mitologi dan legendaris dari zaman ini, yang paling terkenal adalah cerita Huang dan Wuti ( tiga raja dan lima kaisar) yang berlanjut sampai zaman Hsia. Menurut cerita Cina kuno, dinasti yang pertama didirikan adalah Dinasti Hsia ( menurut tarikh panjang memerintah tahun 2205-1766 SM, menurut tarikh pendek tahun 1989-1558 SM). Kebanyakan para sarjana barat menganggap cerita tersebut hanya dongeng. Tidak ditemukan bekas-bekas peninggalan dari dinasti Hsia, tetapi para sarjana Cina tidak menyangsikan Historisitas atau nila sejarah dinasti ini memerintah pada zaman pra-sejarah.
Pada zaman neolitikum di Cina, pada awalnya hidup masyarakat komunal, secara bertahap menjadi masyarakat berburu dan pengumpul, dan beralih menjadi masyarakat setengah petani dan setengah peternak (semipagtoralagricultural life). Dengan bertahap pula timbul kepemilikan pribadi dan terjadi perbedaan antara orang kaya dan orang miskin. Kekayaan dan harta benda dijadikan dasar kekuasaan. Pada zaman Hsia mulai terbentuk masyarakat yang mengadakan produksi atas dasar perbudakan. Pertanian dikerjakan oleh budak untuk para bangsawan yang menguasai tanah dan penduduknya. Golongan bangsawan mempunyai organisasi kekerabatan berdasarkan sistem clan, tiap clan menguasai daerah tertentu dengan tanah dan penduduknya. Kerajaan Hsia merupakan kerajaan federasi dari clan-clan dan rajanya harus dianggap sebagai Primus Inter Pares. Wilayah kerajaan meliputi daerah aliran sungai Kuning. Ditengah-tengah masyarakat yang berkebudayaan neolitik itu tumbuh masyarakat yang berkebudayaan perunggu, yang menghasilkan barang-barang ukiran dan pahatan yang bernilai seni tinggi, menemukan sistem tulisan dan menggunakan kereta kuda (pada masa dinasti Shang). Menurut cerita tradisi, raja terakhir dinasti Hsia bernama Chieh, dia dikalahkan oleh Chen Tang (pemimpin Shang) (Dasuki dan Rochiati, :30).
Catatan tertua mengenai sejarah Cina berasal dari Dinasti Shang. Catatan itu ditulis di atas bejana perunggu, tempurung kura-kura, dan tulang binatang. Pusat pemerintahannya berada di lembah Sungai Huangho.
Wilayah kerajaan Shang diperluas ke sebelah Timur sampai Hilir Sungai Kuning dan Ke Barat sampai kedaerah yang sekarang menjadi propinsi Shensi. Raja yang meninggal digantikan oleh saudara atau anak laki-lakinya. Menurut Wolfram Eberhard sistem kekerabatan bangsawan Shang berdasarkan sistem Clan Matrilineal. Selama ± 300 tahun setelah dinasti itu berdiri ibukotanya dipindahkan sampai lima kali. Pemindahan ibukota itu disebabkan oleh banjir, pemindahan ibukota terakhir terjadi pada masa raja Pang Keng (pada abad ke 14/13 SM), yaitu dari Po ke Yin. Kerajaan itu wilayahnya diperluas membentang dari kaki gunung Shansi ke dataran rendah Shantung yang meliputi Shansi Timur, Honan Utara, Hopei dan Shantung.
Benda-benda perunggu yang dihasilkan pada zaman Shang adalah peninggalan yang paling bagus di Cina. Kebudayaan perunggu hanya dimiliki oleh para bangsawan, petani masih menggunakan alat-alat dari zaman batu neolitikum sampai ± tahun 500 SM (Ketika zaman berperunggu beralih kezaman besi). Pada zaman Shang sudah terdapat banyak kota, yang menjadi pusat kehidupan aristokrat. Di kota-kota sudah terdapat industri kerajinan tangan, yang melayani kebutuhan hidup rumah tangga penguasa (raja dan bangsawan). Untuk keperluan tersebut terjadi perdagangan barang-barang mewah dan pemakaian tenaga budak untuk produksi. Tenaga kerja pertanian dan buruh industri diambil dari budak-budak raja dan bangsawan. Di ibukota Yin, istana raja dan rumah para bangsawan terletak ditengah kota dan dikelilingi oleh para tukang dan para petani tinggal di pinggiran kota. Rakyat berstatus sebagai budak. Kota dikelilingi oleh tembok dari tanah yang ditumbuk padat, diluarnya terdapat sawah dan tegalan. Pada musim dingin petani tinggal di pinggiran kota (dalam tembok). Pada awal musim semi mereka pindah keluar dan tinggal diluar untuk mengolah tanah, mereka tinggal disana sampai musim panen. Para petani menanam gandum dan pohon kertau (murbai/kebesaran) untuk memelihara ulat sutera, juga memelihara sapi, babi, biri-biri dan kuda. Kain sutra ditenun untuk pakaian bangsawan, sedangkan rakyat berpakaian dari bahan kasar yang di tenun dari urat tumbuhan. Teknik menenun sudah maju, industri kerajinan juga sudah maju, hasilnya sudah mendekati keramik porselen. Keramik dipakai dalam kehidupan sehari-hari sedangkan perunggu dipakai untuk upacara-upacara keagamaan. Perunggu juga merupakan harta kekayaaan yang hanya dimiliki oleh bangsawan. Bahan pembuatan perunggu sangat terbatas dan hanya terdapat di Cina Utara. Industri keramik di zaman Shang bermutu tinggi sehingga di Cina diperoleh kepandaian untuk membuat barang-barang porselain.

Peralatan Perunggu Jaman Dinasti Shang
Sumber : microsoft Encarta, 2006

Peradaban Shang dan penerusnya merupakan peletak dasar perkembangan peradaban Cina yang agraris dengan sistem pengairan. Kebudayaannya dibangun dari hasil kerja petani. Dalam kehidupan agraris itu berkembang peradaban dan masyarakat yang menganut sistem clan dan berkembang sampai abad ke-20. Pada zaman Shang diadakan pemujaaan terhadap dewa-dewa kesuburan dan hal ini dipelihara terus di kerajaan Cina. Pada dasarnya kultus kesuburan itu sesuai dengan kehidupan agraris dari masyarakat petani. Pada zaman Shang digunakan penanggalan untuk keperluan pertanian. Dari bangsa Proto Turki, kerajaan Shang meniru penggunaan kereta perang beroda yang ditarik oleh kuda. Ekspansi kekuasaan dilakukan sampai ke Shensi, tetapi pada tahun 1028 SM dinasti ini dihancurkan oleh satu serangan dari lembah sungai Wei di Shensi (Dasuki dan Rochiati, :31-32). Tahun 1122 SM, Dinasti Shang dihancurkan oleh Dinasti Chou yang menguasai wilayah barat Cina, di lembah Sungai yangtze.
DINASTI CHOU ( 1027-256 SM )
Suku bangsa yang menghancurkan dinasti Shang, mendirikan dinasti Chou. Mereka mula-mula hidup sebagai bangsa semi nomad yang lebih mengutamakan peternakan tapi juga sudah mengenal pertanian. Sistem pembagian tanah sumur-tegalan (sistem Ching Tien) di Cina berasal dari zaman Chou. Menurut Wolfram Eberhard bangsa Chou berasal dari percampuran suku proto Turki dan proto-Tibet dan kebudayaan mereka adalah kebudayaan Yangshao. Mereka datang dari daerah Shensi di Barat Chou Yuan atau dataran Chou di propinsi Shensi sekarang. Dinasti Chou menetapkan hukum warisan berdasarkan keturunan laki-laki sehingga di zaman ini terbentuk masyarakat Cina yang terdiri dari keluarga-keluarga Patrichal. Anak laki-laki tertua menggantikan kedudukan ayah sebagai raja ataupun kepala keluarga. Semua anggota keluarga harus taat kepada Peter Pamilies (kepala keluarga), yang dalam keluarga mempunyai kekuasaan sangat besar mempunyai berbagai fungsi ( fungsi politik, yuridis, ekonomis, sakral dll ). Keluarga itu adalah keluarga besar, beranggotakan ratusan orang, terdiri dari sejumlah soamah (ayah, ibu plus anak) Dalam satu keluarga besar itu hidup bersama dalam satu organisasi rumah tangga seperti kakek, nenek, ayah. Ibu, anak dan cucu. Anggota keluarga laki-laki tertua menjadi kepala keluarga. Hubungan antar keluarga atau kekerabatan diatur menurut sistem Clan Patrilical. Keluarga dalam kerajaan Cina dahulu merupakan satuan inti dari negara, karena itu dipakai istilah “ kerajaan dari keluarga seratus “ (seratus disini artinya banyak) (Dasuki dan Rochiati, :32).
Pada zaman Chou terjadi sinkretisme agama, terjadi penggabungan pemujaan terhadap nenek moyang, yang menjadi dasarnya dan disatukan dengan kultus kesuburan pemujaan langit. Di langit bersemayam Shang Ti, yaitu dewa tertinggi. Dalam kerajaan Cina, sejak zaman Chou kultus langit adalah agama negara. Pemujaan langit dilakukan di bawah pimpinan “ Putera Langit “ (T’ien Tzu), sebutan untuk kaisar-kaisar Cina. Pemerintahan menganut sistem feodalisme zaman Shang yang disempurnakan pada zaman ini. Konsolidasi kekuasaan pada zaman Chou dilakukan berkat bantuan saudara Wu Wang, yang menjadi penasehatnya, yang bernama Tan. Dalam sejarah Cina ia terkenal dengan sebutan Chou Kung (Duke of Chou).
Chou Kung dianggap sebagai konseptor ideologi kerajaan Cina. Dasar fundamental dari ideologi itu ialah doktrin T’ien Ming, yaitu teori tentang mandat dari langit ( The teory of the Decree of Heaven ) dan jadi sumber otoritas bagi pemerintahan. Menurut teori ini penguasa tertinggi di bumi (raja/kaisar Cina) mengemban amanat dari dewa tertinggi di langit. Ia adalah manusia pilihan T’ien Hsia (dibawah langit artinya dunia). Sebagai wakil dari langit ia diberi gelar T’ien Tzu (putera langit/Son of Heaven). Selama raja-raja dari suatu dinasti yang memerintah di Cina dipercaya masih mengemban mandat dari langit, maka dinasti itu akan terus berdiri. Tetapi bila kelaliman merajalela di kerajaan, mandat tersebut dicabut dan dipindahkan pada orang lain. Tanda-tanda pencabutan T’ien Ming itu bermanifestasi kedalam gejala-gejala dan peristiwa yang menunjukan keruntuhan dinasti. T’ien Ming dipindahkan kepada pemimpin pemerintahan yang berhasil mendirikan dinasti baru. Pada zaman ini timbul ajaran filsafat dan mulai berkembang kesusastraan Cina.
Ajaran-ajaran filsafat itu, diantaranya adalah:
CONFUCIANISME
Filsuf Cina dari zaman klasik yang paling mashur namanya ialah K’ung Tzu atau K’ung Fu-Tzu (confucius). Nama yang sebenarnya ialah K’ung Chung-ni, ia diberi julukan Fu Tzu, yang artinya pujangga besar. Ia termasuk ke dalam golongan pemikir yang di zamannya sendiri tidak mendapat penghargaan. Ia berasal dari negara Lu (terletak di Shantung), keturunan bangsawan tidak mampu, mungkin masih keturunan bangsawan-bangsawan dari zaman Shang. Tempat kelahirannya ialah Chu-Fu, menurut keterangan dari cerita tradisi ia hidup di masa tahun 551-479 SM. Ajarannya merupakan reaksi terhadap krisis moral dan politik yang terjadi di dalam masyarakat di zamannya. Dalam usaha dan tujuannya menyelamatkan masyarakat dari krisis-krisis itu ia berpaling kebelakang, yaitu meninjau zaman-zaman yang sudah silam. Ia mempelajari sejarah, ia bercermin kepada zaman-zaman yang lampau atau kepada sejarah. Ia bercita-citakan suatu masyarakat yang ideal. Ia tidak membanggakan dirinya sebagai pemikir yang melahirkan gagasan baru, melainkan ia mengaku sebagai penghubung atau penyambung dari zaman yang lampau. Gagasan-gaagasannya sudah ada sejak permulaan zaman Chou, yaitu konsepsi mengenai masyarakat, terutama tentang keluarga, negara dan pemerintahan. Yang dianggap sebagai pendiri dari tradisi pemikiran “Confucianis” ialah Chou kung. Confucianis hanya melanjutkan dan memelihara tradisi pemikiran itu. Ia membela dasar-dasar masyarakat feodal, ajarannya tentang moral adalah untuk golongan atas yang memerintah. Dalam pandangannya, rakyat biasa hanya berfungsi untuk mengabdi belaka. Ia meyakini bahwa hidup dan mati dari golongannya terikat bersama-sama dengan sistem feodalisme, karena itu ia berusaha untuk mempertahankan sistem pemerintahan feodalisme. Chou yang harus mempunyai pemerintahan pusat yang kuat dan ditaati.

Confucius
Sumber : Microsoft Encarta, 2006

Dintara pengikut-pengikut dari pemikiran confosius, yang biasanya disebut sebagia murid-muridnya, ada dua orang yang sangat terkemuka, Ia adalah Meng Tzu alias K’o dan Hsun Tzu atau Hsun K’uang. Menurut keterangan dari tradisi Meng’Tzu (Mencius) hidup dimasa tahun 372-268 B.C. Pendapat Mencius mengenai pemerintahan terkenal dalam ungkapannya “Min Wei Kuei” atau “Rakyatlah Yang Terutama”, maksudnya : “Dalam pemerintahan suara rakyatlah yang menentukan dan harus didengar. Tetapi sebenarnya Mencius bukanlah pendekar untuk demokrasi, karena yang disebutkan rakyat dalam pemerintahan itu masih golongan lapisan atas dalam masyarakat. Ia dengan tegas membenarkan berdasarkan teori T’ien Ming hak rakyat untuk memberontak terhadap pemerintahan yang lalim. Sangat penting pendapatnya mengenai pembawaan manusia dengan tesisnya, bahwa manusia dilahirkan dengan bakat baik. Buah pikirannya dibuat dalam Meng Tzu atau buku Mencius, terdiri dari tujuh buku.
Bertentangan dengan pendapat Mencius mengenai bakat manusia ialah Hsun Tzu, bahwa bakat manusia itu jahat, tetapi dapat diperbaiki dengan peradaban melalui pendidikan. Barangkali ia hidup di masa tahun 300-233 SM.
Confucianisme itu disebut oleh orang Cina sendiri Ju-Chiau atau agama kaum terpelajar, tetapi sebenarnya bukan agama, melainkan suatu ajaran filsafat tentang moral, walaupun ada juga mengandung dengan terang unsur-unsur keagamaan. Di dalamnya ada anasir-anasir dari kultus astral zaman Chou yaitu kultus pemujaan langit. Dasar dari ajarannya ialah konsepsi tentang Tao, yang boleh dianggap sebagai hukum universal. Ialah konsepsi. Langit adalah manifestasi atau perwujudan dari sistem yang sah berdasarkan konsepsi itu. Semua benda dilangit dan dibumi ada dalam harmoni dengan Tao. Manusia perseorangan harus berkelakuan dalam harmoni dengan masyarakat yang berintikan keluarga Patriarchi. Negara itu tersusun dari keluarga-keluarga demikian . Ikatan-ikatan dalam keluarga semacam itu bersifat unilateral (kesatu pihak) ; ikatan ayah dengan anak, dimana anak itu tanpa bersyarat harus patuh kepada ayah dan mempunyai hak-hak sendiri, ikatan suami dengan istri (tanpa hak-hak sendiri dari istri), ikatan saudara (laki-laki) dengan saudara lebih muda dan seterusnya. Diluar keluarga ada hubungan antara kawan-kawan yang disesuaikan dengan ikatan antara saudara-saudara. Akhirnya diatas keluarga ada satu-satunya ikatan, yang mempersatukan semua keluarga dalam negara, yaitu hubungan raja (pemerintah) dengan rakyat. Hubungan-hubungan dalam negara adalah replika atau tiruan dari hubungan-hubungan dalam keluarga. Raja (kaisar) adalah kepala dari “keluarga seratus” dipikul oleh kaisar (Raja). Kerajaan Cina dulu itu adalah suatu negara patrimonial dengan raja (kaisar) sebagai bapak patriarciah. Raja itu juga berfungsi sebagai pendeta tertinggi dalam kebaktian kepada Hou t’ien Shang ti (atau Shangti dilangit yang tinggi). Ia disebut T’ien Tzu (Putera langit). Dalam confusianisme itu dipadukan jadi satu kultus pemujaan langit, sistem keluarga dan negara. Di atas dasar konsepsi tentang Tao diletakan prinsip-prinsip sosial untuk membina masyarakat dan negara. Dalam konsepsi itu masyarakat dan negara diletakan dalam hubungan sebagai satu bagian dari kosmos. Dalam Confusianisme ketertiban hubungan sosial dibagi ke dalam lima hubungan yang disebut Wu Lun :
• Hubungan antara raja atau pemerintah dengan rakyat;
• Ayah-Anak
• Suami-Istri
• Abang-Adik, dan
• Kawan-kawan.
Pemerintahan yang baik dirumuskan oleh confusius dalam ungkapan : “Chun-chun, Chen-chen, Tzu-tzu” yang maksudnya : “raja hendaknya berlaku sebagai raja, menteri sebagai menteri, ayah sebagai ayah, dan anak sebagai anak.
Jon, I, Li, Shin, Chih merupakan lima prinsip dasar lima sila dari Confusiunisme. Di atas dasar itu harus dipelihara lima hubungan sosial, yang bukan hanya semata-mata merupakan ketertiban sosial, tetapi merupakan sebagian dari akibat dari tata tertib agung dalam kosmos yaitu ketertiban kosmis yang suci. Melalui susunan sosial yang berharmoni dengan Tao. Susunan keluarga itu juga suci, karena sebagai inti dari masyarakat adalah juga sebagian dari kosmos. Memelihara dan menghormati ketertiban susunan keluarga berarti pula memelihara dan menghormati susunan kosmis yang suci. Ke dalam konsepsi keluarga itu juga termasuk leluhur yang sudah meninggal. Hubungan dengan leluhur tidak boleh terputus dan karena itu adalah tugas kewajiban suci memelihara kelangsungan hidup tidak terputus dengan jalan mengadakan keturunan. Kepada keturunan laki-laki dipikulkan tugas menyelenggarakan kebaktian memuja nenek moyang, karena itu anak laki-laki dianggap sebagai kurnia paling berharga. Kebaktian anak disebut Hsiao dan meliputi kasih sayang dan hormat kepada orang tua dengan segala ketulusan hati. Hsiao dianggap sebagai akar dari segala kebajikan.
Dalam negara yang ideal meenurut yang dicita-citakan oleh confusius pegawai-pegawai pemerintahan harus mempunyai budi luhur, yang bertingkah laku dan berbuat sebagai bangsawan sejati dalam arti yang sedalam-dalamnya “yaitu bangsawan bukan karena keturunan darah melainkan karena kemuliaan budinya. Mereka itu disebut “Chun-Tzu”. Teori T’ien Ming menurut anggapan adalah suatu konsepsi hasil gagasan dari Chou Kung. Nama Chou Kung sangat dimuliakan sebagai tokoh sejarah Cina, karena menurut anggapan yang ditradisikan daripadanya berasal gagasan-gagasan tertentu yang fundamentil dalam tradisi pemikiran Confusianis. Menurut hipotesa dari H.G.Greal teori T’ien Ming atau teori mandat dari langit (The theory of the Decree of Heaven) diciptakan dalam kebutuhan dinasti Chou untuk mengkonsolidasikan perampasan kekuasaan oleh Chou dari Shang. T’ien Ming dipindahkan dari Shang kepada Chou karena raja Shang terakhir tidak berkelakuan seperti putera langit.
Di dalam konsepsi kosmis-religio-magis susunan masyarakat dan negara posisi kaisar Cina bersifat universalitis. Ia adalah satu-satunya penguasa di dunia dengan gelar T’ien Tzu sebagai wakil dari langit. Susunan negara dan masyarakat merupakan replika atau tiruan susunan di langit. Shang Ti bersemayam di pusat langit (bintang kutub) dan T’ien Tzu bersemayam di Chung Kuo.
Confusius mempunyai cita-cita sosial yang disebut Ta Tung (persamaan luhur), suatu utopia tentang altruisme sedunia yaitu dunia yang merupakan rumah tangga besar dimana orang-orang pandai dan bijaksana bekerjasama untuk merealisasikan kesejahteraan dan kasih sayang bagi segenap umat manusia.
Di jaman Chin (221-207 SM) dialami bencana paling besar oleh Confusianisme, dimana ajaran tersebut dilarang dan bahkan buku-buku tentang Confucianisme dibakar. Tetapi pada jaman Han (206 SM- 220 M) dicapai kemenangan oleh Confusianisme. Pada dinasti Han Confusianisme dijadikan sebagai ideologi negara dan berlaku sampai tahun 1912. Sampai tahun 1912 semangat ajaran Confusianisme meresapi kitab-kitab filsafat, kesusastraan dan hukum dalam kerajaan Cina. Dalam jaman Sung (960-1280) Confusianisme mengalami pembaharuan atas usaha pemikir-pemikir besar dari jaman itu. Setelah disistematisasikan pembaharuan itu oleh Chu Hsi ( 1130-1200) hasilnya terkenal dengan sebutan neo Confusianisme atau sebagai Confusianisme tafsiran Chu Hsi tetapi orang Cina menyebutnya Mazhab Li.
Confusianisme juga mengandung unsur-unsur keagamaan tetapi yang diutamakan ialah hubungan tata tertib antara manusia. Hubungan itu merupakan bagian dari tata tertib agung dalam kosmos. Ketertiban dalam masyarakat bukan hanya semata-mata ketertiban sosial, tetapi ketertiban kosmis yang suci. Di atas dasar konsep tentang Tao diletakan prinsip-prinsip sosial. Dengan menyempurnakan tingkah lakunya manusia memberi sumbangan kepada susunan sosial dan Tao. Keluarga juga merupakan susunan kosmis yang suci. Hubungan dengan leluhur tidak boleh putus dan dipelihara melalui pemujaan nenek moyang. Sejak jaman Han Confusianisme dijadikan agama negara dalam bentuk pemujaan langit. Bangunan suci terpenting ialah altar langit tempat menjadikan kurban dalam upacara kebaktian memuja langit.
TAOISME
Sebagai pendirinya disebut Lao Tzu ( Laocius) sebuah kitab yang menurut tradisi karangan dari Lao Tzu bernama Tao Tee Ching atau buku tentang Tao dan T intisari dari ajaran Lao Tzu bertujuan memelihara harmoni antara kehidupan manusia didunia dengan hukum universal alam jagat raya yaitu Tao. Ajarannya terutama mendapat pengikut dikalangan orang-orang yang dikecewakan dalam hidup di masyarakat ramai yang muak terhadap ekses-ekses kebendaan duniawiah dan sebagai reaksinya mencari keheningan atau kesunyian yang tenang dengan cara hidup seperti dalam askese atau tapa. Pada mistikus yang telah mencapai penyatuan dengan Tao timbul suatu kesadaran yang tidak mengenal kontradiksi-kontradiksi. Di kalangan orang-orang yang demikian itulah rupanya dihasilkan Tao Tee Ching dengan kekuatan mistik diadakan renungan mengenai penyatuan dengan Tao. Sebagai kristalisasi dari perenungan itu dilahirkan doktrin Wu Wei : “berbuat segalanya tanpa perbuatan apa-apa”. Kedengarannya sangat paradoksal tetapi yang dimaksudkan bahwa segala sesuatu akan berjalan beres dengan sendirinya, asal tidak berbuat apa-apa yang bertentangan dengan Tao itu.
Menurut anggapan Lao Tzu apabila doktrin Wu Wei dipraktekan dalam pemerintahan, akan tercipta suatu keadaan ideal dalam masyarakat. Ajaran Lao Tzu dilanjutkan oleh Chuan Tzu yang disebut juga Chuang Chou baik Lao Tzu maupun Kung Tzu memaknai konsepi tentang Tao. Mereka bermaksud mancari harmoni atau keselarasan dengan Tao, tetapi cara-cara penyelesaian mereka berbeda. Tetapi dalam Taoisme pemikiran dipusatkan kepada hubungan antara manusia dengan pencipta. Hakekat dari Tao itu diselami oleh Lao Tzu dengan jalan mistik dicari persatuan dengan Tao sebagai kekuatan yang mencipta (atau kekeuatan dari pencipta), sehingga ajarannya lebih bersifat agama. Ia mencari lebih dalam mengenai hakekat Tao dan mencari hubungan dengan pencipta. Tao itulah satu-satunya yang ada,ialah harmoni yang sempurna dan kesatuan yang abadi. Kearifan tertinggi ialah mengenali diri dengan Tao, mencapai Tao dengan membebaskan diri dan melalui askese bersatu dengan Tao.

MOHISME
Tidak lama sepeninggal Confusius dilahirkan seorang ahli pikir bernama Mo Li atau Mo Tzu ( Mocius ) ajarannya disebut mohisme, Ia mempunyai pandangan revolusioner mengenai susunan masyarakat, sehingga ia kontras dengan Confusius yang konservatif. Ia mau merubah susunan masyarakat, menghapuskan perbedaan-perbedaan azasi antara golongan-golongan dan mengamati prinsip-prinsip fundamental dalam masyarakat dari zamannya. Mo Tzu mengajarkan prinsip-prinsip dari You dan I juga dipakai konsepsi dari Tao yang dimaknakan sebagai sifat kepribadian dari sang pencipta yang baik dan tanpa batas. Berdasarkan konsepsi Tao yang bercorak atheisme itu diajarkan etika sosial. Tuhan pencipta segenap manusia, semua manusia adalah sama dan harus sayang menyayangi. Ia juga menganut utilitarisme, yaitu teori mengenai prinsip-prinsip kegunaan atau kefaedahan. Ia mencela keborosan, juga menentang perang, karena bertentangan dengan prinsip-prinsip kasih sayang umum diantara sesama manusia. Tetapi dibenarkannya perang untuk membela diri. Hidup sederhana, hemat dan cermat jadi motto ajarannya. Penganut-penganut mohisme melakukan cara hidup dalam semacam masyarakat pertapaan dengan disiplin keras dan kepatuhan kepada pemimpin.
Dinasti Chou memerintah Cina sampai tahun 256 SM. Selama masa pemerintahan Dinasti Chou, seni dan sastra. Cina berkembang pesat. Pemikir besar seperti Kong Hu cu (konfusious) dan Laotse, meletakkan dasar filsafat Cina yang berpengaruh di Asia Timur. Sejak awal pemerintahannya, Dinasti Chou hanya menguasai wilayah utara Cina. Pemerintahan wilayah timur diserahkan kepada beberapa pengikutnya yang setia. Mereka mencoba melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Chou. Dinasti Chou terpaksa meninggalkan ibukota pada tahun 771 SM. Pada umumnya ajaran-ajaran filsafat itu bertujuan mencari jalan untuk mengatasi krisis dalam masyarakat.

Pada awalnya Ch’in adalah negara kecil yang terbentuk sekitar tahun 900 SM sebagai negara Wei Kuo dalam kerajaan Chou letaknya. Tahun 221 SM, penguasa Chin dari wilayah timur berhasil mengalahkan semua saingannya. Dinasti Chin berkuasa sampai tahun 202 SM. Kaisar Chin pertama adalah Shi Huang Ti. Ia membangun sistem pemerintahan terpusat. Shi Huang Ti, melakukan penetapan atau pedoman ukuran dan sistem penulisan. Ia memerintahkan pembangunan Tembok Besar Cina sepanjang 6400 km. Tembok itu didirikan untuk mencegah masuknya bangsa Mongol dari wilayah barat.

Tembok Besar Cina
Sumber : Microsoft Encarta, 2006

Untuk membiayai angkatan perangnya, Shi Huang Ti membebani rakyatnya dengan pajak tinggi. Akibatnya, timbul pemberontakan yang membuat kekuasaan Dinasti Chin menjadi lemah. Sebelum meninggal, Shi Huang Ti memerintahkan para seniman membuat 8000 buah patung tentara serta sejumlah patung kuda dan kereta dari terakota (tanah liat yang dibakar).
Patung tentara itu tingginya rata-rata 190 sentimeter. Ada yang membawa panah, tombak, dan pedang. Sebagian lagi dalam sikap siaga dengan gaya silat tangan kosong. Semua patung terakota itu ditemukan di dekat makam kaisar Shi Huang Ti. Makam itu berbentuk bukit setinggi 46 meter. Luasnya tidak kurang dari 250.000 meter persegi.

Patung tentara terracota peninggalan dinasti chin
Sumber : Microsoft Encarta, 2006

Pada tahun 359 SM, pada masa pemerintahan Hsiao dilakukan perubahan besar dalam organisasi sosial dan politik, yang dilakukan oleh perdana menteri Shan Yang (359-338 SM). Sistem pembagian tanah Ching Tien dihapuskan dan diganti dengan pemilikan tanah oleh petani. Organisasi yang dilaksanakan Shang Yang di Chin disusun menjadi negara militer, dengan tujuan untuk menguasai seluruh Cina. Setelah selesai menyatukan Cina dalam satu kerajaan, Yin Cheng memakai gelar Shih-Huang Ti atau lengkapnya Ch’in Shih Huang Ti (221-209 SM) artinya kaisar agung pertama dari dinasti Ch’in (Shih artinya yang pertama).
Kaisar berkuasa mutlak, penasihat dan pembantunya yang pertama ialah Li Szu. Perubahan penting pertama dalam revolusi Chin adalah penghancuran feodalisme, artinya kekuasaan bangsawan di daerah-daerah dihapuskan, tanah milik mereka disita oleh negara dan dibagikan pada petani. Disusun sistem pemerintahan sentralisasi. Pada tahun 221 SM dikeluarkan dekrit, bahwa kerajaan dibagi dalam 26 Chun (teritorium), kemudian jumlah Chun ditambah menjadi 42 masing-masing Chun terbagi atas Hsien (distrik).
Peristiwa penting ketiga yang terjadi pada masa Chin adalah pembangunan “ Tembok Besar Cina “ yang dimulai pada tahun 220 SM. Pekerjaan ini merupakan penyelesaian dan penyempurnaan dari tembok yang sudah ada dijadikan satu, tembok ini memanjang dari Sanhaikuan (pantai pulau Liaotum) sampai kedaerah ordos, kemudian diperpanjang sampai ke Tunghuang di Khansu. Panjang seluruhnya kira-kira 2500 SM. Dinding tembok ini merupakan batas Cina asli dengan daerah suku-suku nomad di Padang rumput sebelah utara dan barat laut. Pembuatan tembok ini diselesaikan dibawah pengawasan panglima perang yang bernama jenderal Meng Tien.Shing Huang Ti oleh Otto perangke digolongkan sebagai “empire builders” atau pendir kerajaan-kerajaan besar (Otto, perangke, Gescehitedes Chehinessischan Reiches, jilis satu tahun 1930), dua tahun 1936, tiga tahun 1937). Dia dididik dalam ideologi legalisme, setiap hari membaca 120 pon surat (pada waktu itu surat ditulis dalam kepingan bambu atau kayu. Shih Huang Ti memerintah dengan tangan besi, setiap oposisi ditindas dengan kejam, senjata ditangan rakyat harus diserahkan dan bekas bangsawan diperintahkan untuk tinggal di Hsien Yang. Semua jalan kecuali legalisme dilarang, orang-orang confusianis ditindak pada tahun 213 SM atas anjuran Li Szu dilakukan pembakaran buku-buku, dikeluarkan larangan menyimpan buku yang memuat ajaran filsafat terlarang. Semua anal harus diserahkan dan dibakar, kecuali anal dari Chin, buku-buku legalisme, buku tentang teknologi pertanian, obat-obatan dan pernujuman yang dianggap berguna untuk dinasti Chin. Orang yang melanggar dihukum mati tetapi ada sejumlah buku yang disembunyikan
Di bekas ibukota Hsien didirikan ibukota baru, bernama Chang-an. Pada masa ini timbul golongan tuan tanah yang bercorak baru yang kemudian mempunyai pengaruh besar dalam pemerintahan, golongan ini disebut kaum Gentry. Zaman Han terbagi dua oleh interregnum dari dinasti Hsin, seorang kaisar bernama Wangmang (8-14 M). Dengan demikian ada dua dinasti Han : Hsia han atau Han Barat (206SM) dan Tung Han atau Hang Timur (25-220M).
Unifikasi Cina oleh Chin sejalan dengan kemajuan dalam perdagangan. Banyak saudagar kaya sejak awal abad ke-5 SM posisi para saudagar makin kuat, sedang para bangsawan mengalami kemunduran. Pada masa Chin kaum bangsawan tuan tanah telah lenyap. Pemilikan tanah jadi bebas, sehingga tanah boleh diperjualbelikan. Banyak saudagar kaya membeli tanah yang luas ada juga petani yang beruntung mendapat tanah luas sebagai warisan melalui perkawinan atau pengangkatan anak atau juga membuka lahan baru. Maka timbul tuan-tuan tanah bercorak baru dan di jaman Han kedudukan mereka makin kuat.
Orang-orang terpelajar yang pandai dalam pengetahuan buku-buku klasik diangkat menjadi pejabat pemerintah, mereka umumnya berasal dari kaum gentry, karena merekalah yang pada umumnya mempunyai biaya dan waktu yang cukup untuk belajar. Pada jabatan pemerintahan sipil (Civil service examination) dan didirikan akademi Confusianisme. Dari lulusan civil itu dihasilkan suatu golongan yang membentuk kaum literate confusianis atau para sarjana sastra confusianis. Mereka membentuk kelas baru dalam masyarakat yang memonopoli jabatan-jabatan birokrasi dalam administrasi pemerintahan Cina. Umumnya mereka berasal dari keluarga tuan tanah. Melalui Confusianisme Cina dijaman Han terbentuk kelas gentry terpelajar atau scholar gentry (Shen Shi).
Pada masa Han Wu Ti di Cina terbentuk dari negara gentry. Kaum gentry merupakan kelas feodal yang menggantikan kaum bangsawan jaman Chou. Ideologi Confusianisme dijadikan dasar ideologi kerajaan Cina. Kaisar pertama Han Timur terkenal dengan nama kuil Kuang Wu Ti (25-57M). Pada zaman Han terjadi kegiatan ilmiah . Beberapa sarjana melakukan penelitian bumi dan alam, diciptakan seismograf yang pertama, yaitu alat pencatat gempa, dibuat genomon atau alat penunjuk kedudukan matahari untuk menentukan waktu. Berdasarkan genomon dibuat alat penunjuk waktu. Penemuan yang sangat penting adalah kepandaian membuat kertas (tahun 105 SM).

Wilayah Kekuasaan dinasti Han
Sumber : Microsoft Encarta, 2006


Zaman Enam Dinasti.
Yang pertama menggantikan dinasti Han adalah dinasti Wei (220-265 SM) dengan ibukota di Lo Yang, tetapi disaingi oleh Wu (220-280 M) dengan ibukota di Nanking (ibukota selatan) dan oleh Shu (220-265 M) dengan ibukota di Ch’eng Tu. Zaman tiga kerajaan atau jaman Sankuo ini (220-265 M) merupakan bagian dari jaman enam dinasti. Sejak kehancuran dinasti Han seluruhnya ada enam dinasti Cina yang dianggap sah memerintah, karena jaman itu disebut jaman enam dinasti. Keenam dinasti itu adalah Wei 9220-265 M), Ts’in (265-420 M), Liu Sung (420-477 M), Chi (479-502 M), Liang (502-556 M) dan Chen (557-589 M)
Ditinjau secara sosiologis dijaman ini terjadi persaingan antara kaum gentry Cina dengan kaum bangsawan nomad dari Utara. Di Cina selatan mereka tetap berkuasa tetapi mendapat corak sebagai golongan penjajah, menjadi tuan tanah yang menguasai tanah-tanah yang luas.
Dinasti Han menggantikan Dinasti Chin. Ajaran Kong Hucu dijadikan dasar pemerintahan. Untuk pengangkatan pejabat pemerintahan, diadakan sistem ujian. Ujian itu dapat dikuti oleh semua lapisan masyarakat.
Hubungan dagang dengan Eropa dilakukan melalui jalan darat. Kesenian, pendidikan, dan ilmu pengetahuan maju pesat. Pada tahun 150, bangsa Cina menemukan cara membuat kertas. Agama Buddha masuk ke Cina dari India.
Akhir masa pemerintahan Dinasti Han diwarnai dengan pemberontakan dan kecurangan dalam administrasi. Pejabat wilayah mulai tidak setia kepada kaisar. Dinasti Han runtuh tahun 220. Setelah itu, Cina terpecah-pecah selama beberapa abad.

Zaman Dinasti Sui dan Tang (589-906 M).
Dinasti Sui berhasil menyatukan Cina kembali. Dinasti Sui membangun kanal besar yang menghubungkan lembah Sungai Yangtze dengan wilayah utara. Penggantinya adalah Dinasti Tang, memerintah Cina hampir 300 tahun lamanya. Pada zaman itu, Cina mengalami kemakmuran. Kebudayaan berkembang dengan pesat. Akan tetapi, pemberontakan menjadikan Dinasti Tang lemah. Tahun 907, Dinasti Tang runtuh. Setelah itu, terjadi perebutan kekuasaan antara lima dinasti dan sepuluh kerajaan. Tahun 960 Dinasti Sung dapat mempersatukan kembali wilayah Cina. Selain itu, banyak penemuan penting pada zaman itu, seperti magnet dan alat cetak. Seni pembuatan porselen dan seni lukis pemandangan berkembang baik pula.
Tahun 1126 bangsa Mongol, di bawah pimpinan Kubilai khan, merebut wilayah utara Cina. Ibu kota kekaisaran Sung dipindahkan dari Kaipeng ke Hangchou di lembah sungai Yangtze yang subur. Dinasti ini kemudian dikenal sebagai Dinasti Sung Selatan.
Sekitar tahun 1200 bangsa Mongol memperluas wilayahnya di Cina Utara. Kubilai Khan lalu mendirikan Dinasti Yuan. Pada masa itu Cina untuk pertama kalinya diperintah oleh bangsa asing. Kubilai Khan memperluas kekuasaannya ke seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Dinasti Sui (589-906 M) mempersatukan kembali Cina mempelopori dinasti tim yang lebih besar, yaitu Tang (618-906 M).
Puncak kejayaan jaman Tang dicapai pada masa pemerintahan cucu Kao Tsung, yaitu Ming Huang (712-756 M). Pada masa ini Cina mencapai wilayah yang luas, di Barat berbatasan dengan kejayaan Abasiah, dialami masa keemasan kesenian Cina, terutama puisi. Pada masa ini hidup penyair-penyair mashur seperti LI Po atau Li tai Po Tu Pu, dll. Sesudah masa Ninghuan masih ada seorang penyair yang dapat digolongkan dengan Li Po dan Tu Pu, yaitu Po Chu I (772-846 M). Seni lukis dan bangunan-bangunan mengahasilkan karya-karya indah. Pada bagian terakhir masa pemerintahan Ming Huang terjadi pemberontakan (755-757 M) dari seorang jenderal bernama An Lushan. Pemberontakan itu hampir merubuhkan dinasti Tang.
Selama berdirinya tiga abad dinasti Tang mempunyai 21 kaisar tetapi sesudah Ming Huang mengalami kemunduran. Cina selatan seluruhnya dimasukkan ke dalam kebudayaan Cina. Orang Cina Selatan dan perantauan di Asia Tenggara membanggakan diri dengan sebutan Tang Lang atau orang Tang. Pada jaman ini dimulai perkembangan percetakan dan mungkin sudah ada percobaannya di jaman Sui. Untuk pertama kalinya digunakan uang kertas. Agama Budha mencapai klimaks kemajuan, rahib-rahib Budha yang terkenal ialah Hsuantsang dan I Tsing, yang mengadakan perjalanan ziarah ke India. Ke Cina juga masuk agama asing lain. Seperti Kristen, Nestorianisme. Agama Budha pengaruhnya dikalangan rakyat dapat pulih kembali karena sudah berurat berakar dalam kehidupan rakyat Cina. Keselarasan terjadi antara confusianisme, Taoisme dan Budhisme sehingga ada ungkapan “tiga Agama satu Agama”.

Zaman Lima Dinasti dan Shung (907-1280 M).
Di Cina Utara terjadi pergantian pemerintahan lima dinasti, Sedang Cina Selatan terpecah-pecah dalam kerajaan-kerajaan kecil. Nama dinasti dipakai berdasarkan situasi politik di Cina Utara. Cina diserang oleh bangsa Mongolia, dan kemudian dapat dipersatukan oleh dinasti Shung (907-1227 M), tetapi tidak seluas Cina asli, bahkan makin susut oleh suku Tangut dari Tibet.
Meskipun pada masa Shung lemah dalam bidang politik dan wilayah kekuasaanya kecil tetapi mencapai kegemilangan dalam bidang kebudayaan. Percetakan yang sudah dimulai pada masa Tang, semakin berkembang pada masa lima dinasti. Buku-buku banyak dicetak pada jaman Sung, sehingga kesempatan belajar bagi rakyat makin luas, karena harga buku menjadi murah. Seni lukis mencapai jaman keemasan. Di Zaman Tang telah sampai puncaknya pada masa Sung. Barang-barang porselin dibuat dengan mutu yang sangat tinggi dan keindahan yang membuktikan keahlian yang sangat matang dan selera yang halus. Confusianisme dari Chu-His atau dari Mazhab Li berkembang.
Di zaman Sung terjadi pemilikan tanah besar-besaran oleh tuan tanah dari kaum gentry. Hal ini sangat merugikan petani kecil, karena dua hal yaitu : 1) Para pegawai diberikan pengahasilan tambahan dari tanah dan dibebaskan pajaknya dan mereka berusaha memiliki tanah sebanyak-banyaknya. 2) Sistem pajak disederhanakan dan hanya berdasarkan luas tanah tetapi dalam prakteknya pajak itu dibebankan pada petani kecil. Keuangan negara makin buruk, penggelapan pajak oleh pemilik tanah makin merajalela. Terjadi krisis ekonomi untuk mengatasinya diangkat Wang An Shih (1021-1086 M) sebagai menteri keuangan tahun 1056 M. Ia berasal dari keluarga gentry yang miskin di Kiang Shi, ia pembela petani kecil dan pedagang kecil. Ia membuat rencana pembaharuan politik ekonomi yang terdiri dari : 1) Merubah ekonomi pengangkutan . 2) Mengadakan monopoli perdagangan dan pengangkutan oleh negara . 3) Mendirikan bank petani untuk memberikan pinjaman kepada petani kecil. 4) Mengganti sitempajak dan mengahapuskan pembebasan pajak tanah dan mengajukan gaji pegawai. 5) Memperbaharui sistem ujian dan 6) Melakukan milisi rakyat. Untuk melaksanakan pembaharuan politik ekonomi itu diangkat seorang istimewa dalam urusan keuangan dan dibentuk suatu “brain trust”. Spekulasi dan penimbunan barang oleh pedagang besar tidak dimungkinkan. Pemberian kredit oleh bank pada petani kecil diatur oleh “Peraturan Tunas Hijau”. Petani bisa meminjam dan hutang dibayar sehabis panen dengan bunga rendah. Juga dibentuk semacam “dewan pengawasan keuangan” dan “bori ekonomi”.
Menurut Wang An Shih kelemahan negara disebabkan oleh pendidikan para pegawai yang kurang sempurna. Pembaharuan Wang An Shih ditentang oleh berbagai golongan yaitu kaum gentry dan pedagang. Tahun 1076 Ia harus mengundurkan diri dan tahun 1086 peraturan pembaharuannya dihapuskan.

Zaman Kekuasaan Mongolia (1260-1368 M).
Pada abad ke-12 bangsa Mongolia masih merupakan suku-suku yang tercerai-berai. Kemudian dipersatukan oleh Yusigei yang mendirikan pusat kekuasaan di sungai Onon. Untuk pertama kalinya seluruh Cina diperintah oleh dinasti asing, dengan Khubilai Khan sebagai kaisar pertamanya (1260-1294 M). Didirikan ibukota baru bernama Khabalik (kota Khan), letaknya dibekas kota Yen King, dulunya ibukota kerajaan chin dan sekarang menjadi kota Peking. Kekuasaan bangsa Mongolia sampai pada puncak kebesarannya.

Zaman Dinasti Ming ( 1368-1644 M).
Pada pertengahan abad ke-13 bangsa Mongol berhasil diusir dari Cina oleh Dinasti Ming. Pada saat itu Cina mencapai puncak kejayaannya. Pengaruhnya sampai ke Asia Timur. Kaisar Ming mengirim ekspedisi maritim ke Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur pada abad ke-15. Bangsa Eropa mengenal Cina dari pedagang Venesia, terutama Marcopolo. Menurut laporan Marcopolo, di daerah Timur ada negara yang berkebudayaan tinggi, yang disebut Chathay. Pada abad ke-16 dan 17, Cina mulai dikunjungi pedagang Eropa Barat. Tahun 1581, Diansti Ming digantikan oleh Dinasti Ching.
Chu Yuan Chang mendirikan dinasti Ming dan Ia sebagai kaisar pertamanya, terkenal dengan nama Hung Wu (1368-1398 M). Pada zaman ini terdapat gejala-gejala baru yang menurut wolfram Eberhard menandakan dimulainya zaman modern dalam sejarah Cina. Dalam perkembangan masyarakat dimulai pembentukan golongan kaum gentry masih tetap sebagai kelas yang memerintah, tetapi dengan semakin majunya industri kerajinan tangan, terutama porselen, perdagangan teh (mulai zaman Chang), pertambangan, penanaman kapas (untuk pertama kali secara besar-besaran pada zaman Yuan) dan makin majunya perdagangan dengan luar negeri, maka golongan perdagangan dan pengusaha kerajinan mencapai kedudukan kuat dan menjadi kelas menengah borjuis.
Kaisar terbesar dinasti Ming adalah kaisar ketiga yaitu kaisar Yung Lo (1403-1424 M). Ia merampas kekuasaan dari Hui Ti (1398-1403 M). Dimasa pemerintahannya dilakukan ekspedisi pelayaran besar-besaran mulai tahun 1405 di bawah pimpinan Cheng Ho. Disamping itu juga diperbaharui hubungan perdagangan Cheng Ho mengunjungi Indonesia, Malaka, Srilangka, India, Persia, Tanah Arab, dan Afrika Timur.

Zaman Dinasti Manchu (1644-1912 M).
Untuk kedua kalinya pemerintah Cina diperintah oleh diansti asing. Bangsa Manchu adalah lanjutan dari bangsa Jurchid yang setelah dikalahkan bangsa Mongol tahun 1234 mundur ke Utara sungai Amur. Di bawah pimpinan Nurchi (1559-1626 M) mereka menjadi kuat. Pada masa pemerintahan kaisar kedua, yaitu kang Hsi (1662-1722 M) dan cucunya kaisar keempat yaitu Chien Liung, dinasti ini mencapai masa kejayaan. Seluruh asia tengah ditaklukan termasuk Tibet, selain itu Korea Indo Cina, Burma, Bhatan, Sikim dan Neval mengakuinya sebagai negara Vazal. Para pedagang asing dilarang mengadakan hubungan langsung dengan rakyat, tetapi harus melalui perantara saudagar Kehong, yaitu golongan saudagar Cina tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah mengurus perdagangan dengan orang asing.


Rangkuman
Cina seperti Eropa sebelum dan setelah puncak kejayaan kekaisaran Romawi, adalah sebuah gabungan dari negara-negara kota bercirikan feodalisme yang diperintah oleh para jenderal perang yang saling berseteru. Negara-negara ini hanya bersatu di bawah sebuah kebudayaan bersama yang muncul selama dinasti Chou, yang berpusat di sungai Yangtze setelah tahun 770 SM dan memancarkan pengaruh kebudayaan, jika bukan politik, ke seluruh daratan Cina.
Barangkali pengaruh terbesar atas kebudayaan Cina selama periode ini dan mungkin bahkan selamanya adalah tulisan-tulisan dari filsuf Kung Fu tze (551-479 SM), yang lebih dikenal dengan nama latinnya, yaitu Confucius. Filosofinya, yang masih dianut sebagai agama oleh sekitar 5,2 juta orang, menekankan pentingnya ketertiban sosial yang harmonis di tingkat nasional maupun pribadi.
Setelah kematiannya, Cina terpecah secara politis selama masa peperangan antar negara (sekitar 403-221 SM). Periode ini berakhir dengan munculnya dinasti Chin (221-210 SM), pada saat mana kaisar Shih Huang Ti (259-210 SM) dikenal sebagai “kaisar pertama” berhasil menyatukan Cina untuk pertamakalinya dalam sejarah. Ia memperkenalkan pemerintahan terpusat, melaksanakan sensus penduduk dan membakukan mata uang negara, bahasa tertulis, UU, dan timbangan serta ukuran. Ia juga mengawali pembuatan Tembok Besar Cina, proyek rekayasa terbesar yang pernah dikerjakan oleh tangan manusia sebelum pertengahan abad ke-19. namun pada sisi buruknya, Shih Huang Ti dianggap sebagai seorang despot otoriter yang melakukan upaya terencana untuk menghapuskan Konfusianisme, sebuah usaha yang hanya sebagian saja yang berhasil.
Pemerintahan shih Huang Ti kemudian digantikan oleh dinasti Han, yang diuntungkan oleh sistem sentralisasinya, namun yang secara bertahap menghidupkan kembali Konfusianisme. Dinasti Han juga membentuk sistem sosial dan politik Mandarin, yang tetap bertahap sebagai dasar masyarakat Cina bahkan di bawah dinasti Ching (Manchu) (1644-1922) sampai kaum komunis merebut kekuasaan pada tahun 1949. dinasti Han itu sendiri berlangsung selama lebih dari 400 tahun, hingga tahun 220. Selama masa ini, kesenian dan ilmu pengetahuan dari sastra dan melukis, hingga astronomi dan matematik berkembang pesat.

PERADABAN AMERIKA

A. Aztek
Penduduk asli benua Amerika diperkirakan datang dari Asia melalui Selat Bering. Perpindahan itu terjadi beberapa kali dalam waktu yang berbeda. Penduduk itu kemudian bernama bangsa Aztek, maya, Chibcha, dan Inca. Kebudayaan mereka masih sangat rendah. Namun, beberapa abad kemudian mereka berhasil mencapai peradaban yang tinggi.
Kebudayaan Aztek berkembang di daerah Meksiko Tengah dan selatan, terutama di sekitar danau-danau Tezuko, Zumpangochalko, dan Xaltokan. Pengaruhnya meluas dari pantai pasifik sampai Teluk Meksiko. Bangsa Aztek hidup dari pertanian. Mereka dikenal sebagai bangsa yang suka berperang. Bangsa Aztek memiliki tentara yang kuat. Bangsa yang dapat dikalahkan mereka jadikan budak. Mereka membangun kota dan kuil dengan menggunakan tenaga para budak itu.
Untuk keperluan keagamaannya, bangsa Aztek membangun kuil-kuil berbentuk piramida yang besar dan megah, seperti kuil Matahari dan kuil Bulan. Dalam bidang pertanian, bangsa Aztek terkenal sanagat mahir. Mereka memanfaatkan lahan-lahan di sekitar danau dan rawa. Tanaman yang ditanam terutama padi dan jagung. Bangunan-bangunan yang dihasilkan besar dan indah. Bangunan pemujaan berbentuk piramida banyak didirikan. Patung-patung digambarkan secara terbuka atau berhadap-hadapan. Kebanyakan patung itu berbentuk mengerikan karena ada hubungannya dengan upacara pengorbanan manusia bagi pemujaan dewa Huitzilopochtli. Darah manusia merupakan bagian dari upacara untuk mencegah kehancuran dunia yang ditandai dengan lenyapnya matahari.
Upacara korban manusia bagi bangsa Aztek bukan hal yang mengerikan, begitu juga bagi calon korbannnya. Menurut kepercayaan mereka, kematian di tangan pendeta merupakan suatu kehormatan. Kurban itu dipersembahkan dengan tujuan agar dewa-dewa tidak marah sehingga tidak mendatangkan bencana alam. Puncak kebesarannya dicapai pada abad ke-13. ibu kota Tenokhtitlan di tepi Danau Tezuko merupakan suatu tempat pertahanan yang kuat. Peperangan antar suku bangsa Aztek sering terjadi. Pada masa pemerintahan Ahuitzoti, wilayah kekuasaannya meluas dari pantai pasifik sampai Teluk Meksiko, dan dari lembah Meksiko di Utara sampai Guatemala di selatan. Seluruh penduduk kerajaan Aztek berjumlah 5 juta orang. Bangsa Aztek ditaklukkan oleh Cortez dari Spanyol tahun 1519.

B. Chibcha
Chibcha adalah bangsa yang mendiami dataran tinggi Bogota di Kolombia Tengah. Bangsa Chibcha adalah bangsa petani. Mereka menanam kentang dan jagung. Mereka tinggal di kota yang mempunyai 20.000 rumah terbuat dari kayu dengan dinding yang terbuat dari rotan dan lumpur. Oleh karena itu, mereka tidak meninggalkan reruntuhan bangunan seperti halnya di Meksiko dan Peru.
Bangsa Chibcha memakai pakaian dari katun serta membuat perhiasan dari emas dan batu permata. Kebudayaan Chibcha juga mengenal sistem penanggalan yang maju, tulisan fiktograf (huruf dalam bentuk gambar), dan benda-benda keramik. Dalam bidang perdagangan mereka sangat maju. Bahasa Chibcha masih dipakai oleh bangsa Indian di Amerika Tengah, Meksiko, dan Kolumbia hingga kini.
Di dataran tinggi Bogota ada sejumlah negara yang saling berperang satu dengan yang lainnya. Pada permulaan abad ke-16, Dinasti Zipa dengan rajanya Nemerquene dan keponakannya Tisquesusa membangun kerajaan yang kuat di sebelah selatan daerah Chibcha. Musuhnya adalah Dinasti Tunja. Kerajaan Chibcha dikalahkan oleh tentara Spanyol sekitar tahun 1536 dan 1541.

C. Maya
Peradaban Maya telah berkembang di sebagian Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Semenanjung Yukatan, Guatemala, dan Honduras) di abad ke-1 SM sampai dimulainya tahun Masehi. Pada abad ke-10 peradaban itu berkembang mencapai puncaknya. Mereka telah mempunyai sistem penanggalan yang lebih cermat daripada penanggalan Julian (Romawi). Kesenian, matematika, seni bangunan, dan astronomi, sudah sangat maju. Teknologi pertanian pun sudah sangat maju. Mereka juga sudah mengenal angka nol.
Bangsa Baya sudah mengenal tulisan hieroglif. Tulisan ini banyak dijumpai di tembok-tembok dan tangga-tangga kuil. Pada waktu bangsa Spanyol datang, naskah-naskah bangsa Maya dibakar. Bangunan bangsa Maya banyak dihiasi dengan relief dan dibangun tegak lurus pada teras yang tinggi. Atapnya datar dan tidak berjendela. Cahaya masuk hanya melalui pintu. Dinding bagian dalam bangunan dihias dengan lukisan. Bangsa Maya telah mengenal pembuatan barang-barang dari tanah liat yang dibakar (tembikar dan gerabah). Bentuknya sederhana dan dihiasi gambar atau relief.
Ada sekitar 200 buah bangunan yang dapat dijumpai di Kaminaljuyu, di pinggir barat daya kota Guatemala. Bangunan yang terbesar berupa piramida yang tingginya 26 meter dengan dua ruang makam di dalamnya. Di pusat salah satu makam terdapat mayat raja yang diletakkan di atas panggung kayu. Mayat itu dikelilingi mayat-mayat lain yang diduga merupakan jenazah orang-orang yang dikurbankan untuk mengawal raja menuju ke dunia lain. Di dalam ruangan itu juga ditemukan perhiasan dari batu berharga, kulit kerang, dan barang pecah belah.

Gambar Peninggalan bangsa Maya
(La Rousse, Encyclopedia of Archaelogy, Hamlya!974)

Bangunan Uaxactun merupakan peninggalan bangsa Maya bagian tengah yang berasal dari masa yang lebih muda. Salah satu bangunannya berbentuk piramida bertangga yang bagian atasnya terpancung dan bagian depannya berhiris. Bangunan sejenis juga ditemukan di daerah Maya bagian utara.
Pada abad ke-13 terjadi perang saudara, tetapi kemudian mereka berdamai kembali sampai abad ke-15. Pada tahun 1451 kembali terjadi perang. Kota-kota besar terpaksa ditinggalkan. Ketika orang Spanyol sampai di situ pada abad ke-16, peradaban Maya sudah mengalami kemunduran. Saat itu jumlah orang Maya di daerah Yukatan sekitar 400.000 sampai 500.000 orang.
Bangsa maya memiliki peradaban tinggi. Kesenian, seni bangunan, matematika, dan bidang astronomi, mereka sangat maju. Mereka mempunyai penanggalan yang lebih baik daripada penanggalan Romawi. Mereka juga membangun jalan-jalan raya. Sistem pertanian juga telah maju karena mereka telah mengenal pengairan dan pemilihan bibit.

D. Inca
Di daerah Pegunungan Andes, Amerika selatan, pada abad ke-15 berkembang Kerajaan Inca. Nama Inca merupakan nama suku bangsa yang tinggal di sekitar Cuzco, Peru, sejak kira-kira abad ke-5 M.
Menurut legenda, bangsa Inca berawal dari sekelompok anak dewa Matahari yang menghuni sebuah gua di sebelah tenggara kota Cuzco. Dari mereka kemudian berkembang sekelompok keluarga yang mendiami dataran tinggi Peru. Mereka menggunakan bahasa Quechuan. Bangsa Inca sudah ada di wilayah Peru sejak kurang lebih 2800 SM. Mereka hidup di pegunungan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka bertani. Tanaman yang mereka tanam adalah padi-padian dan kacang-kacangan. Seperti halnya bangsa Mesir Kuno, bangsa Inca juga mempunyai kepandaian mengawetkan mayat (mumi). Selain itu, bangsa Inca juga ahli dalam membuat benda-benda dari tanah liat bakar (tembikar). Benda-benda dari tembikar dibuat sangat sempurna kualitasnya dan diberi hiasan yang indah.
Sejak tahun 1200 M daerah Cuzco diperintah oleh Manco Capac seorang raja Inca yang pertama. Ia mempunyai dua orang putra, yaitu Huascar dan Atahualpa. Setelah ditaklukkan oleh Pachacuti pada tahun 1438 M, bangsa Inca mulai memperluas wilayahnya dengan menaklukkan daerah-daerah sekitarnya. Luas wilayahnya membentang dari daerah Quito di bagian utara sampai Chile di bagian tengah. Pachacuti digantikan oleh anaknya yang bernama Topa Inca. Pada masa Topa Inca, bahasa Quechua ditetapkan sebagai bahasa pengantar di seluruh wilayah Tahuantinsuyu. Tahun 1471 M ia meluaskan kekuasaannya ke utara, ke daerah Quito dan daerah manta di pantai ekuador bagian tengah. Setelah itu, ia menyerang Kerajaan Chimi, lalu ke selatan sampai Pachacamac.
Topa Inca meninggal tahun 1473 M. Ia digantikan oleh putranya Huayna Capac. Raja itu menghabiskan waktunya untuk membenahi administrasi pemerintahan dan memadamkan pemberontakan-pemberontakan. Ia menaklukkan daerah Yaguarcocha (danau daerah) di utara Quito. Bangsa Inca ditaklukkan oleh bangsa Spanyol di bawah pimpinan Francisco Pizarro pada tahun 1532 M.

PERADABAN INDIA

Pusat Kebudayaan India

A. Pengantar
Penemuan kebudayaan di dua kota Indus yaitu Mohenjo Daro dan Harappa, merupakan asal-usul peradaban India dan membuktikan bahwa peradaban India sudah berumur sangat tua yakni 1000 tahun sebelum invasi bangsa Arya ke India. Bangsa yang mendirikan kota Mohenjo Daro dan Harappa itu adalah penduduk yang sudah ada di India sebelum datangnya bangsa Arya. Penduduk tersebut mempunyai warna kulit yang lebih gelap dari warna kulit yang lebih gelap dari warna kulit bangsa Arya dan penduduk tersebut lebih maju, lebih canggih dan secara etimologi penduduk tersebut lebih dewasa dibanding dengan bangsa Arya.

Geografis India
Kawasan negara India hampir mencapai luas 1.221.007 meter persegi atau hampir menyamai wilayah negara-negara Eropa tanpa Rusia. India mempunyai kedudukan yang penting dalam peta dunia. Dari segi bentuknya, India menyerupai benua Afrika, seperti sebuah segitiga yang garis-garisnya tidak beraturan, garis dasarnya di sebelah atas dan garis puncaknya di sebelah bawah. Garis dasarnya adalah pegunungan Himalaya yang tinggi yang puncaknya adalah Cape Comarin (Mount Everest). India adalah sebuah negara yang tertutup sebagaimana yang disebutkan oleh para peneliti. Kedua garis tepinya di sebelah timur dan di sebelah barat dikelilingi oleh lautan. Sementara itu garis datar di sebelah utara didereti oleh rangkaian pegunungan Himalaya serta pegunungan Sulaiman, juga diapit oleh dua batang sungai besar, yaitu Sungai Indus (Sind) yang berhulu di pegunungan Himalaya kemudian bertemu dengan sungai-sungai Punjab dan bermuara di Teluk Arab (Teluk Parsi) dan sungai Gangga yang juga berhulu di pegunungan Himalaya dan bermuara di Teluk Benggala setelah bertemu dengan sungai Brahmaputra (Ahmad Shalaby, 2001: 1-3)

B. Kebudayaan Lembah Sungai Indus
Coba perhatikan peta berikut ini. Di situ ada dua buah kota, yaitu Mohenjodaro dan Harappa. Kedua kota itu terletak di Lembah Sungai Indus. Di kedua tempat itu dijumpai salah satu peninggalan kebudayaan tertua di dunia. Kedua kota itu sekarang masuk wilayah Pakistan.

Peta India kuno

Tentang masa purba India diketahui dari berbagai studi arkheologis yang dilakukan oleh para sarjana barat maupun yang juga dilakukan oleh para sarjana India sendiri. Studi tertua ialah membawa kita ke India di masa Inter glasial II, sekitar 400.000 hingga 200.000 SM, berdasarkan temuan berupa jenis perbatuan pada lapisan tanah di kawasan India. Ungkapan mengenai sejarah manusia di kawasan itu barulah terlihat ketika ditemukan sejumlah peninggalan purba di lembah Indus, yang membuat para ahli menyebutkan adanya peradaban lembah Indus yang terkenal juga dengan nama peradaban Harappa dan Mohenjodaro di sekitar 2300 SM. Letak pusat kebudayaan lembah Indus tepatnya di daerah perbukitan Baluchistan, yang menghasilkan kebudayaan nal, dengan pantai makran hingga sisi barat delta Indus, yang menghasilkan kebudayaan Kulli. Juga terdapat di sepanjang sungai-sungai di Rajastan serta Panjab. Yang dimaksud dengan kebudayaan Harappa meliputi daerah Panjab, Indus dan rajastan, semuanya itu lebih terkenal dengan nama kebudayaan-kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro. Kebudayaan Harappa ini sangat intensipf dalam upaya penggaliannya yang meliputi tidak hanya daerah Panjab dan Indus saja, namun sampai ke daerah Rajastan utara dan Kathiawar di bagian barat India. Kebudayaan itu tersebar luas di kawasan lembah Indus itu. Harappa dan Mohenjodaro berjarak lebih kurang 800 km, dan kebanyakan tempat terletak di sepanjang aliran sungai Indus sampai ke Hyderabad sekarang, yaitu sekitar 200 km ke selatan, di Baluchistan dan Makran 300 km ke sebelah barat, dan sampai ke utara Rupar pada sungai Sutlej di kaki bukit Simla. Dalam penggalian terbaru telah dapat ditemukan sejumlah kota. Dalam penggalian terbaru telah dapat ditemukan sejumlah kota kuno lain, yaitu Kot Diji (di daerah sungai Indus), Kalibbangan (di daerah Rajastan), Rupar (di daerah Panjab), dan di kota pelabuhan Lothal (di daerah Gujarat). Namun kedua kota yang pertamalah yang lebih penting dipandang dari segi arkhaelogi. Studi lebih mendalam mengenai kebudayaan kuno itu telah dilakukan oleh para sarjana seperti Sir John Marshall, yang kemudian menulis buku “Mohenjodaro and Indus Civilization” pada 1931, L.E. Machey yang menulis buku “The Indus Civilization” pada 1935, dan penulis India sendiri N.G. Majumdar dan R.D. Banerji. Mereka adalah para pelopor tersusunnya ilmu tentang India (Abu Su’ud, 1988: 37).
Penemuan arkhaeologis di Mohenjodaro dan harappa mula-mula terjadi pada waktu para pekerja sedang memasang rel kereta api dari Karachi ke Panjab pada pertengahan abad 19. Pada waktu itulah ditemukan benda-benda kuno yang sangat menarik perhatian jendral Cunningham, yang kemudian diangkat sebagai Direktur Jenderal arkhaeologi di India. Setelah itu dimulailah penggalian demi penggalian secara lebih intensif. Pada 1922 ekspedisi R.D. Banerji yang sedang bekerja di Mohenjodaro untuk mencari stupa Budha peninggalan masa abad II tiba-tiba menemukan sebuah kota kuno zaman prasejarah. Penggalian selanjutnya dilakukan di bawah pimpinan Sir John Marshall, yang sedang menjabat sebagai Direktur Jenderal Arkhaeologi, dan hasilnya sangat mengagumkan.
Kota ini baik sekali letaknya. Jalannya lebar sampai 10 m, lebar dan membujur hingga 2 km. semacam trotoir selebar ½ m mengapit kanan kiri jalan. Jalan-jalan itu membujur membentuk sudut siku-siku ke utara selatan dan ke timur barat. Rupa-rupanya gedung yang berdiri di kanan-kiri jalan dibuat dari batu bata yang dilepas dengan sebangsa semen. Aneh sekali bahwa tidak dijumpai batu-batu kali dalam bangunan. Hal lain yang menarik ialah tidak dijumpainya hiasan pada bangunan rumah. Sementara itu setiap rumah mempunyai pintu dan jendela yang menghadap ke jalan. Sisa-sisa rumah menunjukkan kepada kita bahwa rumah-rumah itu mempunyai loteng dan beratap datar. Sesuatu yang unik ialah terdapatnya di sana kamar mandi, adanya sistem pengaliran air buangan yang baik, lengkap dengan pipa-pipa saluran terbuat dari tembikar, yang menghubungkan selokan-selokan. Dalam kota tidak dijumpai candi-candi, sebagai gantinya dijumpai di sana tempat mandi umum dengan ukuran 11x7 m, yang dilengkapi bilik-bilik untuk orang mandi. Lurus ke arah selatan dari tempat mandi umum terdapat sebuah bekas gedung yang amat besar, lebih kurang 600x300 m. Mungkin dulu sebuah istana. Penggalian-penggalian selanjutnya mengungkapkan sebuah gambaran mengenai adat-istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat pada waktu itu. Misalnya, banyaknya dijumpai amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlobang-lobang, barangkali digunakan sebagai kalung. Selanjutnya juga dijumpai matere yang dibuat dari tanah liat (Abu Su’ud, 1988: 38).

Gambar Tempat Pemandian

Peradaban yang dahulu sekali dianggap mulai di daerah hulu sungai Indus 3000 tahun yang lalu.kira-kira 35 tahun yang lalu Jawatan Pemeriksaan Kebudayaan Kuno di India telah mengadakan penggalian dekat kampung Mohenjo daro dan harappa di pinggir sungai Indus. Di dalam penggalian-penggalian itu didapati rupa-rupa barang yang ajaib umpamanya oerkakas-perkakas, perabot-perabot rumah. Perhiasan-perhiasan, sisa gedung-gedung dan istana yang menunjukkan suatu keadaban yang tinggi dan menyamai kultur di Mesir, Ur dan Kreta di zaman purbakala (T.S.G. Mulya, 1952: 13). Jauh sebelum kedatangan bangsa Arya, di lembah Sungai Indus ada kebudayaan yang sudah maju. Sisa kebudayaan itu ditemukan di kota Mohenjodaro dan Harappa. Dari sisa bangunannya, kedua kota itu kelihatannya dibangun dengan perencanaan yang baik, sesuai dengan persyaratan kesehatan, keindahan, dan pertahanan. Jalan selebar 8 meter, membujur dari utara ke selatan. Setiap 40 meter ada jalan kecil selebar 1,5 sampai 3 meter, memotong dari arah barat ke timur sehingga membentuk blok-blok. Sepanjang jalan besar berdiri bangunan-bangunan penting, termasuk toko-toko. Semua pintu menghadap jalan utama. Di tepi jalan juga ada saluran pembuangan air limbah.
Tentang bangsa-bangsa asli yang mendiami negeri India di masa purbakala kita hanya mengira saja. Yang pasti ialah bahwa bagian utara dan lembah Sungai Gangga yang berbatas dengan pegunungan Himalaya dan dataran tinggi Deccan, di masa tertulisnya kitab-kitab suci Hindu, telah didiami oleh bangsa Arya. Bangsa itu berwarna putih, tubuhnya besar dan kuat. Mereka berasal dari Asia Tengah dan kemudian hari menduduki Iran, Mesopotamia dan Eropah Selatan. Sebagian dari bangsa itu pindah dari Iran ke India melalui pegunungan Hindu Kush dan menaklukkan bangsa asli di daerah Punjab atau negeri Lima Sungai. Mereka juga mendesak penduduk asli yaitu bangsa Dravida ke India bagian selatan. Lambat laun bangsa Arya itu bercampur dengan bangsa asli dari bagian India Tengah dan Selatan, ialah bangsa Dravida yang berwarna hitam. Kebudayaan bangsa Dravida mungkin lebih tua lagi daripada kebudayaan bangsa Arya, akan tetapi sejarah bangsa asli di zaman purbakala belum dapat diselidiki dengan hasil yang memuaskan (T.S.G. Mulya, 1952: 14). Selain itu, lembah sungai Indus atau Sindu juga merupakan tempat kelahiran agama Hindu yang juga dibawa oleh bangsa Arya. Nama Hindu berasal dari nama Sungai Indus atau Sindu. Kebudayaan Hindu berasal dari bangsa Arya. Dari sungai Indus inilah diambil nama India. Perkataan Ind dan Hindu keduanya berarti bumi yang terletak di belakang Sungai Indus, dan penduduknya dinamakan orang-orang India atau orang-orang Hindu (Ahmad Shalaby, 2001: 3).

Kota Mohenjodaro daro dan Harappa memiliki peradaban yang sangat tinggi, hal ini terbukti dari hasil penggalian, yaitu:
1. Penataan Kota
’The sites of Mohenjodaro in Sind on the lower Indus, and Harappa in the Montgomery district in the Punjab, have been excavated and show that these early Indians lived in well-planned brick-built cities with comfortable houses which had bathrooms and water supplies, good drainage, much more advanced than many Indian towns to-day…” (J.C. Powel, 1955: 7). Berdasarkan pendapat Powel, dapat kita pahami bahwa pembangunan kota Mohenjodaro dan Harappa telah memiliki penataan tata letak kota yang baik dan dianggap lebih baik bila dibandingkan dengan keadaan India sekarang. Hal ini dapat kita lihat pada cara mereka membangun suatu pemukiman dalam bentuk pembangunan rumah-rumah yang sudah tertata dengan rapi serta nyaman dan juga dilengkapi dengan kamar mandi, saluran air sekaligus saluran pembuangannya.
Tahun 2300 sampai 1750 SM kota berada dalam bundaran, tumbuh subur di belakang kubu bata yang besar yaitu empat puluh kaki tebalnya dari dasarnya. Tembok besar tersebut melindungi benteng dari perairan dan invasi manusia. Penataan kota semacam ini telah mendesain kedua kota itu dalam corak yang sama bahkan bata-batanya dibakar pada ukuran yang standar sama. Di kedua kota ini juga ditemukan lumbung yang dibuat sedemikian rupa dengan sistem vantilasi untuk mengsirkulasikan udara melalui gudang-gudang yang berdinding tebal, sehingga lumbung-lumbung ini bisa digunakan untuk menjaga surplus gandum. Lumbung ini dipakai untuk menyimpan hasil-hasil pertanian dan barang-barang yang akan di kapalkan. Fasilitas yang lengkap, besar dan mahal membuktikan kekayaan di kota Mohenjodaro dan Harappa.
Di luar tembok benteng ada kota penduduk Mohenjo Daro yang lebih sederhana yang terbagi dalam blok-blok besar untuk memisahkan kelompok pekerja dan pertanian, dari satu keluarga ke keluarga yang lainnya. Beberapa blok tersebut terdiri dari beberapa rumah yang kokoh yang memperlihatkan struktur multilevel. Masyarakat yang termasuk kasta rendah yaitu masyarakat yang kehidupannya terhina hidup di luar tembok kota yang merupakan golongan pinggiran masyarakat India. Pemerintahan kedua kota ini dipegang oleh pusat.

2. Hasil Kebudayaan
Di Indus ditemukan barang-barang tembikar yang kebanyakan dicat hitam di desain bersama binatang yang bermotif sama yaitu geometrik. Ditemukan juga cangkir minum yang sangat banyak, yang membuktikan bahwa pada masa itu orang sudah memulai kebiasaan menggunakan cangkir tanah liat, mungkin dikarenakan takut kontaminasi atau polusi. Tukang-tukang batu di Mohenjodaro termasuk pengrajin metal yang mahir dalam membuat peralatan yang bagus dan membuat senjata tembaga, perunggu dan batu. Kemudian berkembang pula kebudayaan artepak yang artistik seperti patung perunggu yang berbentuk gadis yang sedang menari, dan ditemukan juga prasasti-prasasti yang mengandung tanda fiktografi (hiasan di atas gambar binatang) yang merupakan tulisan pertama mengenai peradaban India. Satu prasasti yang ditemukan di sebelah utara Mohenjodaro menggambarkan seorang tokoh yang duduk di Yogic, postur thyllic di kelilingi seekor harimau, gajah, kerbau, dan kijang. Kesannya seperti gambaran artistic siwa. Prasasti yang lainnya dari Mohenjo Daro menggambarkan dewa bertanduk tiga (tiga lekukan adalah salah satu simbol Siwa) sedang berdiri di tengah pohon, tokoh lain di luar pohon dengan posisi seperti memuja Tuhan pohon, di belakangnya ada sapi jantan berdiri menunggu, sedangkan di bawahnya berdiri tujuh gadis yang menari, keadaan ini menunjukkan upacara kuno musim semi.
Telah ditemukan juga tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar. Huruf-huruf tersebut sayang belum dapat dibaca, sehingga misteri yang ada di baliknya tak terungkapkan. Barangkali tulisan itu mengungkapkan nama para pemiliknya. Gambar-gambar yang terdapat di sana misalnya unicorn, yaitu binatang bertanduk tunggal, harimau, gajah, badak, lembu jantan, antilop, kerbau serta sejenis buaya pemakan ikan. Akan tetapi tidak adanya gambar kuda dan lembu pada semua piagam tadi sangat menimbulkan perhatian para penyelidik.
Benda-benda lain yang terdapat dalam daerah penggalian itu ialah bermacam-macam periuk belangan yang telah dibuat dengan teknik tuang yang sudah tinggi. Juga di sana terdapat lapisan pernis seperti porselin Tiongkok, selain barang-barang porselin yang diduga sebagai gelang-gelang, patung-patung kecil dan lain-lain.
Dari hasil penggalian benda-benda kuno tersebut, dapat kita pahami bahwa teknik menuang logam yang mereka lakukan ternyata telah tinggi. Mereka membuat piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga maupun perunggu. Perkakas hidup lain berupa benda tajam dibuat dengan baik pula, namun senjata tombak, ujung anak panah ataupun pedang sangat rendah mutu buatannya. Hal tersebut menimbulkan dugaan bahwa orang-orang pendukung kebudayaan lembah sungai Indus cinta damai, atau setidak-tidaknya tidak suka berperang. Sedang tingginya tingkat peradaban masyarakat pendukung kebudayaan sungai Indus ditandai oleh adanya neraca dan sistem ukuran lain, yang terdapat dalam benda-benda temuan. Di duga sudah terdapat hiburan berupa tari-tarian yang diiringi genderang. Juga ditemukan alat-alat permainan berupa papan bertanda serta kepingan-kepingan lain.
Dari barang-barang peninggalan kuno itu pula nampaknya dapat diduga kecenderungan jenis keyakinan hidup mereka yang mendukung kebudayaan lembah sungai Indus itu. Obyek yang paling umum dipuja-puka orang nampaknya adalah tokoh “Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam ibu pertiwi, yang banyak dipuja orang di daerah Asua kecil. Dia digambarkan pada banyak lukisan kecil pada periuk belanga serta pada matere maupun jimat-jimat. Dewi-dewi yang lain nampaknya juga digambarkan dengan bentuk tokoh bertanduk, yang berpadu dengan pohon suci pipala. Seorang Dewa yang bermuka tiga dan bertanduk dijumpai lukisannya pada salah sebuah matere batu, dengan sikap duduk dikelilingi oleh binatang. Tokoh ini dipersamakan dengan tokoh Siwa-mahadewa pada zaman kemudian. Dugaan ini kemudian diperkuat oleh penemuan gambar lingam yang merupakan lambang Siwa. Namun kita tidak dapat memastikan apakah ujud-ijud pada matere tersebut menjadi obyek pemujaan atau tidak. Meskipun demikian dengan adanya bentuk hewan lembu jantan tersebut, yang pada zaman kemudian merupakan tokoh nandi, hewan tunggangan Dewa Siwa membuktikan bahwa dugaan kita mungkin tidak terlampau mengada-ngada. Sayang sekali tak terdapat sebuah materepun yang memuat tulisan yang memakai du abahasa, yang satu jenis piktograf dan yang lain jenis bahasa lokal, hingga akibatnya tulisan piktograf tersebut belum dapat memberi keterangan kepada kita mengenai keadaan yang sebenarnya (Abu Su’ud, 1988: 39-40).
Selain itu, terdapat juga gudang gandum, tempat peleburan logam dan tempat pertenunan. Kebudayaan lembah sungai Indus itu berkembang dari tahun 3000 sampai 2000 SM sezaman dengan kebudayaan di Mesopotamia dan Mesir. Kebudayaan lembah Sungai Indus mirip dengan kebudayaan Sumeria di lembah Sungai Tigris dan Eufrat. Kelihatannya ada hubungan antara Mohenjodaro dan Harappa dengan Sumeria, terutama dalam bidang perdagangan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hall seorang ahli Inggris, bahwa perhubungan antara negeri Dravida dengan Sumeria dan Chaldea di Persia di zaman purbakala sudah ada. Hal ini terbukti dari macam-macam peninggalan yang terdapat dalam penggalian-penggalian di daerah Ur. Ia berpendapat bahwa orang Sumeria itu berasal dari India Selatan dan termasuk suatu cabang bangsa Dravida (T.S.G. Mulya, 1952: 15)

Benda peninggalan kota Mohenjodaro
(The Ancient World, Longman: 1987)


3. Mata Pencaharian
Selama pemerintahan sargon dari Akkhad (2334-2279 SM) berlangsung perdagangan yang aktif dan berkelanjutan dengan Sumeria. Para pedagang dari Harappa dan Mohenjodaro berdagang bersama Sumeria yaitu antara tahun 2300-2000 SM, keterangan ini berdasarkan prasasti yang ditemukan di Indus. Di dekat sungai harappa terdapat lumbung-lumbung besar, ini membuktikan bahwa para pedagang Indus mengekspor gandum ke Sumeria dan ke tempat-tempat lain.
Pada tahun 2000 SM penduduk Indus telah memintal kapas menjadi benang dan menenunnya menjadi baju. Penggunaan kapas untuk pakaian adalah salah satu sumbangan India bagi peradaban dunia. Pemintalan dan penenunan kapas sampai sekarang masih menjadi industri utama di India. India banyak mengekspor barang-barang lux yang besar dan relatif besar seperti manik-manik , barang-barang dari kerang dan tulang, sisir gading. Kemudian para pedagang Mohenjodaro mengimpor produk dari bukit Nilgiri di India selatan dan mengadakan hubungan dengan pantai Malabar.
Selain perdagangan di Mohenjodaro dan Harappa juga mengenal pertanian. Perkampungan pertanian di bukit baluchi telah mengenal irigasi yang canggih yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Gandum merupakan jenis padi yang utama. Penduduk Indus juga sudah mengenal peternakan yaitu kerbau, anjing, kucing, unta, kambing, babi, domba, gajah dan ayam. Dengan pemeliharaan unggas dapat memperkaya makanan di Mohenjodaro dan harappa. Hal ini sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh J. C. Powel dalam bukunya yang berjudul A History of India “…They lived on meet and fish, and grew wheat and barley. The buffalo, camel, elephant, and deer were known to them and they used carts, but whether drawn by oxen or horses is not clear; apparently the use of the horse was not known to them, and there is no sign of dogs either. They had cooper weapons, bows and arrows, spears and axes and slings but apparently no swords. They also used gold and silver, and ornaments of semi-precious stones like agate and also of bone and ivory and shells……” (1955: 7).

4. Tata cara Penguburan
Tempat penemuan tanah perkuburan terdapat di harappa, di Lothal dan kalibangan berupa pecahan tengkorak. Penemuan di harappa membuktikan bahwa penduduk Harappa adalah campuran dari Proto Australoid dan fidik Mediterania yang terdapatb di Semenanjung India, tingginya kira-kira 5 kaki 9 inci dan kematiannya rata-rata 90 tahun. Pecahan-pecahan tengkorak ada yang didekorasikan dengan perhiasan ornamen
Cara penguburan jenazah nampaknya mempunyai bermacam-macam cara tergantung dari suku bangsa. Di Mohenjodaro misalnya, tidak adanya kuburan seolah-olah menunjukkan adanya kebiasaan membakar jenazah, dan abu jenazahnya kemudian ditempatkan dalam tempayan khusus. Namun adakalanya tulang-belulang yang tidak dibakar disimpan dalam tempayan pula. Bukti-bukti menunjukkan bahwa di harappa kebiasaan menguburkan jenazah tetap terdapat (Abu Su’ud, 1988: 39).
Penemuan pekuburan yang menarik adalah pelabuhan Lothal di Gujarat karena penemuan ini merupakan indikator yang pertama mengenai adat Hindu yang terkenal yaitu sati. Adat Sati pada umumnya berkenaan dengan bahan kuburan dari dengan kuburan.
Dengan ditemukannya pekuburan ini membuktikan perubahan yang praktis mengenai pembuangan orang mati secara universal di seluruh Dunia.

C. Akhir Kebudayaan Indus.
Salah satu masalah yang menimbulkan bermacam-macam dugaan di antara para sarjana, ialah kapan dan faktor-faktor apakah yang menyebabkan jatuhnya atau runtuhnya peradaban lembah sungai Indus itu. Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya perdaban lembah sungai Indus tersebut harus dikaitkan dengan faktor kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat dahsyat serta amat lama yang dialami oleh para pendukung kebudayaan itu. Atau mungkin hal itu terjadi oleh bencana alam berupa gempa bumi ataupun gunung api meletus, mengingat letaknya yang di kaki gunung. Faktor wabah penyakit yang melanda masyarakat pada waktu itu nampaknya juga sangat mungkin bila dikaitkan dengan kemusnahan peradaban itu. Dan satu hal yang amat mungkin terjadi ialah datangnya serangan yang datang dari luar, yang berhasil memusnahkan seluruh hasil kebudayaan yang telah maju itu. Diduga bangsa yang melakukan penyerbuan itu ialah bangsa Arya, sedangkan pendukung kebudayaan yang diporak-piorandakan ialah bangsa yang berbicara bahasa Dravida. Sekitar tahun 1400 SM, bangsa Arya menyerbu Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaibar. Bangsa Arya berasal dari dataran tinggi Iran (Parsi). Mereka sampai di daerah Punjab atau daerah aliran lima sungai dengan mengendarai kuda dan kereta. Bangsa Arya membawa ajaran agama Weda. Isinya tentang pemujaan dewa-dewa yang merupakan penjelmaan kekuatan alam. Misalnya Surya (Dewa Matahari), Soma (Dewa Bulan), Agni (Dewa Api), Indra (Dewa Hujan), dan Yama (Dewa Maut). Untuk memuja para dewa itu, orang mengadakan upacara sesaji. Kepercayaan bangsa Arya kemudian bercampur dengan kepercayaan bangsa Dravida. Hasil percampuran itu dikenal sebagai agama Hindu.
Agama Hindu mengenal Dewa Trimurti sebagai dewa tertinggi. Dewa Trimurti adalah Brahma atau pencipta alam semesta, Wisnu atau dewa pemelihara alam semesta, dan Siwa atau dewa perusak alam semesta. Kitab suci agama Hindu ada 4 yaitu Regweda, Samaweda, Yajurweda dan Atharwaweda.
Menurut kitab Weda, segala perbuatan manusia di dunia mempunyai akibat pada kehidupannya yang akan datang. Mereka percaya bahwa sesudah mati manusia akan menjelma kembali sesuai dengan dharma atau perbuatannya. Kalau manusia berbuat jahat dalam hidupnya, ia akan menjelma menjadi hewan. Selain kitab agama, ada juga kitab yang menceritakan kepahlawanan bangsa Arya, seperti kitab Mahabrata, Ramayana, dan Bhagawat Gita.
Menurut agama Hindu, manusia harus menjalani catur asrama, yaitu brahmacari atau hidup sebagai murid, gerhasta atau hidup berkeluarga, wanaprastha atau hidup bertapa di hutan, dan sanyasia atau hidup meninggalkan keduniawian sampai mencapai moksa (surga).
Bangsa Arya merasa dirinya lebih tinggi daripada bangsa Dravida. Untuk menjaga kemurnian darahnya, mereka menciptakan sistem kasta (warna) dalam masyarakat.
Ada empat kasta (catur warna) di India, yaitu
1. Kasta Brahmana (golongan pendeta, kasta tertinggi),
2. Kasta Ksatria (golongan bangsawan dan prajurit),
3. Kasta Waisya (golongan pedagang dan buruh), dan
4. Kasta Sudra (golongan petani dan buruh kasar).

Ada golongan yang paling rendah derajatnya, yaitu golongan budak yang disebut kasta Paria atau Candala.
Agama Budha tidak mengenal kasta dan pemujaan dewa-dewa. Setiap orang mempunyai kedudukan yang sama. Agama Budha diajarkan oleh Sidharta Gautama, putra raja Kerajaan Kosala. Ia lahir di kota Kapilawastu pada tahun 563 SM. Sebelum menjadi Budha, ia beberapa kali berguru kepada para brahmana. Akan tetapi, tidak ada yang dapat memuaskan hatinya. Suatu hari, ia beristirahat di bawah pohon Bodhi di kota Bodhgaya. Di situlah ia mencapai kesadaran diri dan memperoleh “kebenaran sejati”. Ia kemudian disebut Buddha. Di kota Benares, Sidharta Gautama pertama kali mengajarkan ajarannya. Menurut ajaran Budha, setiap orang dapat mencapai nirwana (surga) dengan usahanya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Agama Buddha mengajarkan cara hidup yang baik. Hidup menurut ajaran Buddha adalah Samsara (penderita). Samsara disebabkan oleh nafsu. Untuk membebaskan diri dari penderitaan, manusia harus memadamkan nafsunya (keinginannya).
Ada delapan jalan untuk menahan nafsu, yaitu:
1. berpikir baik,
2. berniat baik,
3. berkata baik,
4. bertingkah laku baik,
5. makan minum yang baik,
6. berusaha yang baik,
7. perhatian yang baik, dan
8. semadi yang baik.

Penganut agama Buddha dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ialah para sanggha (pendeta). Mereka tinggal di biara, memakai jubah kuning, dan hidup dari meminta-minta. Kelompok kedua ialah para penganut biasa. Kitab suci agama Buddha disebut Tripitaka (3 himpunan/keranjang), yaitu Winayapitaka, Sutrantapitaka, dan Abhidharmapitaka.
Sekitar 600 SM ada kerajaan Magadha. Letaknya di daerah Bihar sekarang. Ibu kotanya di Rajagerha (Rajgin), kemudian pindah ke Pataliputra (Patna). Kedua kota itu terletak di lembah Sungai Gangga. Selain itu, muncul kota-kota yang merupakan pusat perdagangan dan pengetahuan. Kota-kota itu dihubungkan dengan jalan kafilah yang terbentang dari kota Tamralipti di Teluk Benggala hingga Taxila di Punjab. Pada zaman kerajaan Magadha, datang serangan Raja Cyrus dari Persia. Ia menduduki daerah Gandhara. Setelah itu, ada lagi serangan dari Raja Darius yang kemudian berhasil menduduki lembah sungai Indus.
Pada tahun 321 SM, muncul Kerajaan Maurya. Rajanya bernama Candragupta. Ia berhasil menyatukan India Utara. Candragupta berhasil merebut daerah Punjab dari tangan bangsa Yunani yang sudah ada di situ sejak masa Iskandar Zulkarnaen. Raja Maurya yang paling terkenal adalah Asoka. Ia menguasai dua pertiga jazirah India. Asoka berhasil menaklukkan kerajaan Kalingga di daerah Orissa sekarang. Mulanya Raja Asoka beragama Hindu, tetapi setelah melihat penderitaan rakyat dalam perang melawan Kalingga, ia kemudian menganut agama Buddha. Agama Buddha kemudian menjadi agama negara. Asoka banyak mendirikan stupa (bangunan suci agama Buddha) dan tugu batu yang berisi undang-undang Asoka. Asoka mengizinkan pendeta Buddha ke Sri Lanka dan Asia Tenggara untuk menyebarkan agama. Dari Asia Tenggara, agama Buddha kemudian menyebar ke Cina, Korea, dan Jepang.

Gambar peta India pada masa pemerintahan Asoka
(An Historical Atlas of the Indian Peninsula, Oxpord University Press 1959)

Setelah kerajaan Maurya, India utara kemudian diperintah oleh raja-raja Kushana. Bangsa Kushana berasal dari daerah padang pasir di Baktria dan Oxus. Salah satu raja Kushana yang terkenal adalah Raja Kaniska. Ia seorang penganut agama Buddha. Raja Kaniska memperkenalkan sistem penanggalan baru, yaitu tahun Saka. Penanggalan itu dimulai pada tahun 78. Tahun Saka digunakan juga di daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, pada zaman kuno.
Setelah Kerajaan Maurya runtuh, beberapa daerah taklukkannya kembali menjadi kerajaan merdeka, seperti kerajaan Andhra dan Kalingga. Kerajaan Kalingga kemudian menjalin hubungan dengan kepulauan Indonesia.
Pada tahun 712, daerah lembah Sungai Indus ditaklukkan oleh Muhammad bin al-Qasim yang mengadakan ekspedisi ke wilayah timur. Daerah itu dikuasai oleh kerajaan yang bercorak Islam selama tiga abad. Bangsa Turki di bawah Mahmud Ratni menguasai India. Dua abad kemudian, Muhammad Ghor dari Afganistan membentuk kesultanan di India dan melanjutkan penyebaran agama Islam. Kerajaan Islam menguasai India Utara sampai ke Teluk Benggala.
Sesuai dengan yang disebutkan di dalam kitab Veda, maka bangsa yang dikalahkan itu tidak lebih adalah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas anggapan bahwa penduduk daerah itu adalah mereka yang tidak suka berperang, mereka yang tidak mementingkan teknologi persenjataan yang baik, seperti terlihat pada
Kualitas ujung tombak maupun peadng mereka. Bukti-bukti lain yang menguatkan dugaan itu ialah terdapatnya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri dari anak-anak dan wanita, yang terserak di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun di jalanan umum. Bentuk serta sikap fisik yang menggeliat dari mayat-mayat itu memberi pertanda akan adanya sesuatu serangan. Apalagi kalau melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala ketika kepala itu terlepas dari tubuh (Abu Su’ud, 1988: 40-41).

Bukti penyerbuan kota Mohenjodaro
(Ancient History, Adam & co: 1959)


Gambar reruntuhan kota Mohenjodaro


Kelangsungan kehidupan politik setelah zaman Harappa hingga masa Arya nampaknya terganggu oleh hal-hal seperti menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan lembah sungai Indus selama paroh kedua milenium II sebelum tarikh masehi. Mungkin saja hal itu terjadi karena pendukung kebudayaan lembah Indus itu musnah ataupun melarikan diri untuk mencari selamat ke bagian daerah lain, sementara para penyerang tidak bermaksud melanjutkan tata pemerintahan lama. Hal itu bisa saja terjadi karena diduga tingkat peradaban bangsa penyerang yang masih dalam tahapan mengembara tidak mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat lembah Indus yang relatif lebih maju atas dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan. Sejak 1500 SM peradaban Harappa dan Mohenjodaro runtuh tidak lama setelah para pendatang Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak itu maka dimulailah sebuah masa baru dalam perkembangan kebudayan India di bagian utara.
Tahun 1750 sebelum Masehi, peradaban Harappa mulai mengalami perubahan baik dalam sifat manfaat maupun lingkungan kotanya. Barang-barang yang ditemukan sebelumnya sudah lenyap dan rumah-rumah mengecil. Disebelah selatan Mohenjo-daro dekat Indus yaitu kota Chanhu-daro merupakan golongan kota yang mengalami kehancuran peradaban Indus, yang disebut sebagai kota yang bernama Jhkar dan Jhanger.
Piggot mengemukakan bahwa penduduk asli yang mempelajari Chanhu-daro dipaksa oleh penguasa baru untuk mengahasilkan kerajinannya. Hal ini menunjukan tradisi kehidupan yang terpecah oleh kebudayaan kota, tidak ada lagi anggapan mengenai benteng tembok Harappa dan Mohenjodaro sebagai benteng pelindung, jika dibanding dengan penaklukan oleh sukun bangsa Arya.
Tahun 1700 peradaban Indus yang pernah berjaya itu berakhir, disebabkan karena banjir akibat gerakan bumi. Perhiasan ditemukan pada tempat yang tinggi di Mohenjodaro, alat masak ditemukan berserakan dan kepingan tiang telah terbakar, ditemukan juga beberapa kerangka orang yang melarikan diri waktu terjadi bencana atau waktu dibantai oleh penjajah. Harappa telah sangat hancur, kota kerajaan dengan benteng yang sangat menakjubkan telah hilang dan lenyap secara drastis.


















Rangkuman:
Peradaban India telah berlangsung lama. India adalah salah satu pusat peradaban kuno dunia. Dalam hal ini, India menandingi Mesir, Cina, Assyria, dan Babilonia. Tetapi, peradaban India yang mendahului zaman Arya hanya baru dapat diketahui setelah ditemukan dengan pengungkapan-pengungkapan baru dalam tingkatan kemajuan yang pernah dicapai oleh India dalam bidang arsitektur, pertanian, dan kemasyarakatan sejak masa 3.000 tahun SM, yaitu 1.500 tahun sebelum kedatangan bangsa Arya. Di negara India sudah tersebar tanda-tanda ilmu pengetahuan dan bangunan-bangunan yang megah. Salah satu peninggalan kebudayaan yang dianggap telah memiliki teknologi yang canggih adalah peninggalan kota Mohenjodaro dan Harappa. Kedua kota ini memiliki karakteristik diantaranya adalah:
1. tata kota
2. sanitasi
3. pertanian dan pengairan
4. teknologi
5. perekonomian
6. pemerintahan
7. kepercayaan

Tetapi, sejarah yang jelas mengenai India adalah berkaitan dengan zaman Arya. Sebagaimana yang telah kita katakan bahwa India dianggap sebagai negara yang tertutup karena dikelilingi oleh lautan dan pegunungan.