Senin, 03 Mei 2010

SEJARAH PERADABAN TIMUR INDIA KUNO

SITEM KEMASYARAKATAN INDIA KUNO, STUDI KASUS: SISTEM KEMASRAKATAN PADA MASA DINASTI GUPTA


2.1. Peradaban Pada Masa India Kuno
A. Gambaran Umum Peradaban India Kuno
Sebelum kepada pembahasan kami terlebih dahulu akan memberikan peta sejarah pada masa India Kuno dibawah ini;

Sumber: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/map-of-ancient-india.html
India sebagaimana kita ketahui bersama, memiliki bukti sejarah peradaban yang sangat luhur dengan ditemukannya bukti peradaban tersebut di dua kota Indus yaitu Mohenjo Daro dan Harappa, yang berusian 1000 tahun sebelum datangnya bangsa Arya ke India. Peradaban ini muncul karena kondisi alam yang cukup eksrtim merupakan sebuah aset yang dapat memunculkan sebuah peradaban baru.
The story of Indus valley civilization, also known as Harappa civilization, is a story of a people intricately tied to their environment. . The geography of India is one of great extremes, encompassing desert, mountains, forest, and jungle. All of these environments are susceptible to unpredictable periods of flood, drought, and monsoon. Although India may bear some of the most extreme geological and climatic features, these difficult conditions were also a great asset to the development of its early civilizations. http://www.mnsu.edu/emuseum/prehistory/india/
Nama penduduk asli bangsa India ini adalah Drapida yang memiliki kulit lebih gelap jika dibandingkan dengan bangsa Arya, bangsa Arya jauh tertinggal oleh bangsa Drapida saat itu berdasarkan peradabannya. Namun jauh sebelum itu, ternyata peradaban bangsa India sudah dimulai dengan kehidupan di daerah Mehgrah menurut J.M. Kenoyer bahwa:

www.harappa.com
Mehgarh is located 125 miles west of the Indus valley, and provides the earliest evidence of village level within the Indus Valley. The initial site is quite small and exhibits evidence of crop farming, with produce such as Asiatic wheat. The site also shows use of domestic goats and extensive trade with the west. Traded goods included turquoise, copper, and cotton from as far away as Arabia. By 5,000 BC the dwellings of the Mehgarh went from simple semi-permanent housing to mud brick, and then large permanent housing. The economy was largely dependent upon trade. Such trends, specifically emphasizing trade, continued well into 4,000 BC when the culture clearly identified as Harappan became evident. www.harappa.com

Bukti peninggalan kehidupan di Mehgrarh ini telah ditemukan oleh J.M Kenoyer pada tahun 1992 sesudah ditemukannya sebuah kota besar yaitu Mahenjodaro dan Harappa. Sebuah perkampungan yang mata pencaharian masyarakatnya berdasarkan bertani atau bercocok tanam, tanaman yang dibudidayakan adalah jenis gandum Asia dan banyak pula barang dagangan dan kerajinan yang dihasilkan (sistem peralatan) dari bahan tembaga dan pairus. Adapun bukti arkeologi pemukimannya adalah sebagai berikut:

Sisa Peninggalan Desa Mehgarh
Sumber: www.harappa.com

Mehgarh terletak 125 mil disebelah barat lembah Indus, dan merupakan bukti awal peradaban tingkat desa di Lembah Indus. Situs kecil ini cukup membuktikan tentang aktivitas pertanian, yang menghasilkan gandum Asia. Situs ini juga menunjukkan adanya peternakan kambing dan sudah melakukan perdagangan yang luas dengan peradaban lainnya. Barang yang diperdagangkan diantaranya pirus, tembaga, dan kapas bersama peradaban Arab. Dari tahun 5.000 SM bentuk bangunan Mehgarh merupakan rumah semi permanen sederhana yang terbuat dari batu merah, dan ada pula perumahan permanen besar. Perekonomiannya sebagian besar tergantung pada aktivitas perdagangan. Ketika tahun 4000 SM diperkirakan munculnya kehidupan bangsa Harappa akan tetapi belum mencapai puncak peradaban.
From the humble, but rapidly advancing beginning of the Mehgarh, came the eventual arrival of the early Harappan. The early Harappan evidenced very densely packed villages and village centers, all with extensive irrigation systems, and much the same subsistence pattern as the Mehgarh. The early Harappan people planted a wide variety of crops, including barley, and wheat, and did so according to the predictable cycles of the Indus River. The farmers of the Indus would plant their crops as the floods receded between June and September, and by early Spring harvested them. The result of the Harappan civilizations emphasis on agriculture and irrigation lead to a plethora of irrigation systems around which human settlements were built. The settlements along the river were susceptible to periods of violent flooding. n such cases, stone walls were erected as flood barriers. Ironically,these flood barriers eventually became the city walls of some settlements. www.harappa.com
Menurut analisis dari J.M. Kenoyer, Mehgarh merupakan cikal-bakal peradaban Harappa yang memperluas lahan pertaniannya samapai pada pinggiran lebah sungai Indus. Masyarakat Mehrarh mendirikan saluran irigasi dari lembah sungai Indus sampai kepada lahan pertaniannya untuk dapat mengairi ladangnya pada saat kekeringan tiba diantara bulan Juni sampai September, namun jika musim banjir tiba irigasi tersebut diperbesar sebagai dinding penghalang sungai Indus meluap, pada akhirnya bendungan tersebut dijadikan tembok kota dan dijadikan pemukiman untuk Kota Harappa yang mencapai puncak peradabannya pada tahun 3000-1500 SM.
Kota Harappa dan Mahenjodaro ditemukan oleh para arkeolog di lembah sungai Indus pada tahun 1922. Peradaban tersebut di perkirakan berangka tahun 3000-2500 SM sampai sekitar 1500 SM. Suatu bentuk tatanan kota yang sangat modern pada zamannya, dinding yang terbuat dari batu bata merah dengan memiliki atap yang datar, rumah-rumah tersebut memiliki sistem tata kota yang sangat baik dimuali dari kamar dagang sampai kepada kamar mandi.
Jalan-jalan atau saluran untuk sistem drainase yang saling terhubung antar rumah. Kehidupan masyarakat yang sangat teratur banyak laki-laki yang memakai jubah warna-warni dan kaum perempuan banyak yang mengenakan perhiasan emas dan batu mulia, ada pun makanannya terdiri dari roti gandum, beras dan barley atau semacam ketan. Dalam hal teknologi pertanian sudah berkembang, untuk mengolah tanahnya mereka menggunakan domba, babi dan zebus (sejenis sapi), dan kerbau. Masyarakat Harappa gemar menangkap ikan dengan menggunakan kail ikan.
Di pusat kota terdapat ruangan yang besar yang dijadikan tempat untuk penyimpanan makanan bahkan dijadikan sebagai panggung pertunjukan bercinta atau berpesta dengan tari-tarian dan menyanyi. Selain dari itu mereka pun unggul dalam pengolahan bahan yang terbuat dari logam. Sisa-sisa seperti kolam renang diperkirakan sebagai tempat bersuci dari sistem kepercayaan yang mereka anut. Adapula kamar-kamar kecil untuk mandi seorang penguasa atau orang penting dalam merias dan memanjakan diri. Pada kota tersebut juga terdapat gerobak kecil yang diduga digunakan oleh anak-anak untuk bermain.
The Harappans were excellent craftsmen and skilled potters, weavers and metal workers who produced exquisite pieces etc. For transportation people used wooden carts with wheels and ships and boats to carry out trade with other civilizations. Pictographic seals are found in Indus Valley sites and Mesopotamia proving links of trade between the two places. http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ancient-india-art.html
Masyarakat Harappa memiliki skill yang baik terutama keterampilan dalam membuat tembikar, penenun dan pengolah logam menjadi sesuatu yang sangat indah serta banyak juga hasil kerajinan yang lainnya. Untuk transportasi mereka menggunakan gerobak kayu yang didorong menggunakan binatang dan sudah beriteraksi dengan peradaban lain dalam melakukan perdagangan antar peradaban. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya piktografik perdagangan yang ditemukan di dua tempat yaitu di lembah sungai Indus dan di Mesopotamia yang melakukan perdagangan antar dua tempat.
Pada zaman Vedic dari tahun 1500-1000 SM mulai berdatangan bangsa Arya dari laut Kaspia dan Iran yang menetap di India. Sekitar tahun 1000 SM dua paham agama Hindu dilahirkan yaitu Mahabharata dan Ramayana yang dibawakan bangsa Arya sebagai alat perang, kepercayaan sekaligus sebagai alat untuk mengatur sistem kemasyarakatan. Pada masa sebelumnya kepala suku disebut dengan istilah Gana. Gana adalah gelar yang diberikan secara turun-temurun berdasarkan klan dari ayah. Bangsa Arya sudah mengenal berkumpul untuk bermusyawarah yaitu, dengan istilah Yagma. The life centered on a community fire place called Yagna where people used to meet and share their life together. Yagma sebenarnya sebuah api unggun yang dijadikan dan digunakan sebagai media undangan kepada masyarakat bangsa Arya untuk berkumpul dan bermusyawarah selain dari itu Yagma tersebut juga sebagai syarat dari upacara dan makan daging dan sayuran bersama antara Gana (kepala suku) dengan masyarakatnya.
Bangsa Arya adalah bangsa yang pertama kali memperkenalkan kendaraan kereta kuda di India kepada bangsa lainnya yang hidup bersama di lembah sungai Indus, kebiasaan mereka adalah berjudi dan berperang, dalam segi kepercayaannya pun mereka memiliki banyak dewa dan dewi. Pada periode inilah yang kemudian diperkenalkan sistem kasta berdasarkan pada Vama system atau kitab yang mereka pakai sehingga lahirlah empat kasta tersebut yaitu Brahmana, Kesatria, Waisya dan Shudra. Sehingga dalam hal ini terjadilah konsep mobilitas horizontal yaitu mobilitas sosial dimana seorang yang lahir tersebut tidak mengalami perubahan kasta baik itu secara naik atau turun (vertikal) akan tetapi tergantung dari kasta mana ia lahir dan tidak bisa diubahnya (horizontal).
B. Stratifikasi Sosial di India Kuno
Masa purba India diketahui dari berbagai studi arkheologis yang dilakukan oleh para sarjana Barat maupun yang juga dilakukan oleh para sarjana India sendiri. Studi tertua ialah membawa kita ke India di masa Inter glasial II, sekitar 400.000 hingga 200.000 SM, berdasarkan temuan berupa jenis perbatuan pada lapisan tanah di kawasan India. Ungkapan mengenai sejarah manusia di kawasan itu barulah terlihat ketika ditemukan sejumlah peninggalan purba di lembah Indus. Para ahli kemudian menyebutnya peradaban lembah Indus yang terkenal juga dengan nama peradaban Harappa dan Mohenjodaro yang telah berkembang sekitar 2300 SM.
Sekitar tahun 1400 SM, bangsa Arya menyerbu Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaibar. Bangsa Arya berasal dari dataran tinggi Iran (Parsi). Mereka sampai di daerah Punjab atau daerah aliran lima sungai dengan mengendarai kuda dan kereta. Bangsa Arya membawa ajaran agama Weda. Isinya tentang pemujaan dewa-dewa yang merupakan penjelmaan kekuatan alam. Misalnya Surya (Dewa Matahari), Soma (Dewa Bulan), Agni (Dewa Api), Indra (Dewa Hujan), dan Yama (Dewa Maut). Untuk memuja para dewa itu, orang mengadakan upacara sesaji. Kepercayaan bangsa Arya kemudian bercampur dengan kepercayaan bangsa Dravida. Hasil percampuran itu dikenal sebagai agama Hindu.
Agama Hindu mengenal Dewa Trimurti sebagai dewa tertinggi. Dewa Trimurti adalah Brahma atau pencipta alam semesta, Wisnu atau dewa pemelihara alam semesta, dan Siwa atau dewa perusak alam semesta. Kitab suci agama Hindu ada 4 yaitu Regweda, Samaweda, Yajurweda dan Atharwaweda.
Menurut kitab Weda, segala perbuatan manusia di dunia mempunyai akibat pada kehidupannya yang akan datang. Mereka percaya bahwa sesudah mati manusia akan menjelma kembali sesuai dengan dharma atau perbuatannya. Kalau manusia berbuat jahat dalam hidupnya, ia akan menjelma menjadi hewan. Selain kitab agama, ada juga kitab yang menceritakan kepahlawanan bangsa Arya, seperti kitab Mahabrata, Ramayana, dan Bhagawat Gita.
Menurut agama Hindu, manusia harus menjalani catur asrama, yaitu brahmacari atau hidup sebagai murid, gerhasta atau hidup berkeluarga, wanaprastha atau hidup bertapa di hutan, dan sanyasia atau hidup meninggalkan keduniawian sampai mencapai moksa (surga).
Bangsa Arya merasa dirinya lebih tinggi daripada bangsa Dravida. Untuk menjaga kemurnian darahnya, mereka menciptakan sistem kasta (warna) dalam masyarakat. sebagaimana dikemukakan oleh T.S.G. Mulya, (1952: 20) bahwa:
Corak kehidupan masyarakat Hindu dibedakan atas empat kasta atau kelas yaitu dari kasta yang paling tinggi sampai kasta yang rendah, sebagai berikut :Kasta Brahmana : terdiri atas para pemimpin agama atau pendeta. Kasta Ksatria : terdiri atas para bangsawan, raja dan keturunannya serta prajurit pemerintahan. Kasta Waisya : terdiri atas para pengusaha dan pedagang. Kasta Sudra : terdiri atas para petani, pekerja kasar.dan dari ke empat tingkatan kasta diatas Masih terdapat kelompok yang paling rendah, yakni Paria yang terdiri atas orang-orang gelandangan,
Sistem Kasta di India masih Mengendalikan masyarakat. Sistem kasta Hindu merupakan bentuk rumit dan kaku dari stratifikasi sosial di dunia ini. Sistem ini kemungkinan juga merupakan fenomena sosial yang paling sedikit dimengerti dalam ilmu sosial. Kasta disini seringkali mirip dengan “klan” jenis kolektif yan lebih lama yang mengasumsikan sebuah fungsi dari asosiasi. Di India, sebenarnya ada lima kasta (satu kelompok sering kali disebut sebagai kelompok yang tidak memiliki kasta) yang berkembang, namun seiring dengan adanya doktrin tradisional yang sering disebut dengan kasta hanya empat yakni Kasta Brahmana (Pendeta), Ksatrya (keluarga raja dan pemimpin kerajaan), Waisya terdiri dari golongan pedagang dan Kasta Sudra yakni para petani, sedangkan Kasta yang tidak memiliki “Kasta” dinamakan dengan sebutan Hariyan. Kasta Sudra memiliki tempat rendah dan dianggap sebagai kasta yang kotor oleh golongan kasta yang ada diatasnya. Dalam Weda, konsep sebenarnya tidak ada, ini hanya merupakan sebuah akal-akalan atau siasat dari kaum Brahmana (kaum terpelajar dan hanya yang diijinkan waktu itu untuk membaca kitab suci atau mendapatkan pendidikan) untuk mempresentasikan dirinya sebagai kasta tertinggi, sedangkan sisanya memiliki kasta yang lebih atau agak dekat dengannya.
Kemunculan kelas kasta ini sebagai bentuk kolaborasi antar pendeta (rohaniawan) yang dalam hal ini sebagai kelas yang dominan dengan tuan tanah (mencengkramkan feodalisme) untuk mengembangkan kultur hemogeni sistem kasta yang diselenggarakan dari ajaran Weda, Kitab Suci Agama Hindu. Hegemoni budaya (ideologi yang dominan) ini meenggaris bawahi bahwa tipa-tipa orang dalam masyarakat dilahirkan pada kedudukan (status), struktur sosial dan kasta tertentu sehingga sangat tabu bagi masyarakat untuk melakukan perkawinan antar kasta karena hal tersebut dianggap sebagai hal yang melanggar aturan, norma dan dinilai sebagai perkawinan kotor atau najis. Sehingga ada kecenderungan terjadi eksploitasi oleh kelas dominan (pendeta) terhadap kelas yang lebih rendah, begitu seterusnya.
Gould menyatakan masyarakat yang umum mengembangkan sistem stratifikasi sosial yang menyerupai kasta adalah masyarakat yang agraris. Masyarakat kasta memiliki ciri-ciri penting sebagai berikut:
1) Tingkat perubahan teknologi relatif lambat;
2) Strata sosial, yang umumnya adalah Ksatrya (prajurit) atau Brahmana (pendeta), memiliki pengaruh atau kekuasaan yang besar;
3) Heterogenitas kultural, sosial atau rasial.
Sistem kasta ini tidak hanya pada bidang-bidang sosial saja, melainkan juga pada bidang-bidang lain terutama ekonomi. Seperti penelitiannya Joan Mecher , penguasaan kasta ternyata pada tingkatan ekonomi, dimana kelas kasta memberi legitimasi kaum penguasa tanah (yang didukung oleh rohaniawan Hindu-merupakan kasta tertinggi di India) merugikan kelas petani yang berkasta lebih rendah. Kasta Heriyan menderita dua kerugian utama yakni, eksploitasi ekonomi dan identitas yang terhina. Hukum-hukum yang melarang praktek eksploitasi ekonomi dan penghinaan identitas tidak memiliki sebuah kekuatan untuk menghalangi praktek-praktek ini. Para Brahmana dari kasta atas memiliki kewenangan untuk memberikan sanksi kepada kasta yang ada dibawahnya, jika kasta yang dibawahnya mereka anggap melanggar aturan-aturan tradisional masyarakat India.
2.2. Sejarah Munculnya Dinasti Gupta
Asal mula dari dinasti Gupta ini kurang jelas dari mana asalnya, karena banyak perdebatan diantara kalangan sejarawan dunia mengenai asal mula dinasti Gupta, namun dari semua itu ada ada dua sistesa yang menjelaskan asal mula dinasti ini diantaranya yaitu:
1. Salah satu keluarga raja pada kekaisaran Maurya India yaitu bahwa terdapat catatan dari seorang pencatat sejarah India yang bernama Sunga dan ada pula catatan dari dinasti Satavahana bahwa pada saat kekaisaran Maurya dalam kekuasaan Kushana berkuasa banyak pejabat yang menyandang gelar nama keluarga Gupta, namun hubungan dengan raja tidak begitu dekat dan tidak termasuk dalam klannya.
2. Berasal dari golongan atau kaum Dharana Gotra yaitu, sebuah golongan atau keluarga yang memiliki tanah dan kekayaan yang besar sehingga memungkinkan klan tersebut memiliki kekuatan dari dua lini yang sangat strategis yaitu kekuatan ekonomi dan politik yang dapat berpengaruh dalam kekuasaan wilayah tersebut.
Klan Gotra ini berasal dari wilayah Magadha, Bihar. Adapun letaknya adalah sebagai berikut:
Magadha, Bihar ini terletak di sebelah timur wilayah India dibatasi oleh sungai gangga di sebelah utara dan distrik Varanasi di bagian barat Hiranyaparvata atau Monghyr di sebelah timur, dan oleh Kirana Supavana atau Singhbhum di sebelah selatan.

Mengenai controversial mengenai asal-usul dinasti Gupta seorang Candragupta juga ditegaskan oleh Su’ud (____:199) bahwa:
Candragupta yang kemudian mendirikan dinasti Gupta inipun, berasal dari asal-usul yang tidak diketahui dengan pasti. Konon dia seorang petualang dari kalangan masyarakat rendah, namun berhasil mengawini seorang puteri raja bernama Kumala Dewi, berasal dari suku Licchiavi yang termasyur dari Vaisali. Suku bangsa tersebut pernah berkuasa di India Utara, namun tenggelam oleh dinasti Maurya.
Wilayah ini merupakan wilayah sebagai pusat kebudayaan pada saat itu, beberapa suku bangsa banyak yang menetap dan berinteraksi diwilayah ini dan kekuasaan pun berpindah-pindah antar suku bangsa yang berada diwilayah tersebut. Adapun raja dari beberapa dinasti yang sempat menduduki wilayah ini bahwa:
The kings who ruled Magadha in the 7th century BC were enterprising. It was the seat of the Brihadratha dynasty, Pradyota dynasty, Shishunaga dynasty, Nanda Dynasty , Maurya Empire , Shunga Dynasty , Kanva Dynasty and the Gupta dynasty. http://www.indianetzone.com/5/gupta_dynasty.htm

Raja-raja yang pernah memerintah pada abad 7 SM berasal dari dinasti Brihadratha, dinasti Pradyota, dinasti Shishunaga, Nanda Dinasti , dinasti Maurya ,Dinasti Shunga, Kanva Dinasti dan yang terakhir Dinasti Gupta. Dinasti Gupta sendiri berhasil menguasai Magadha ini atas dasar perkawinan Canragupta dengan putri Licchavi penguasa lokal Magadha 320-319 SM. Setelah menikahinya kemudian Candragupta melebarkan sayapnya dan melegitimasi dirinya dengan nama “maharajadhiraja`` (Raja segala Raja Besar). Dalam melakukan pemerintahannya Candragupta selalu membawa anaknya yang bernama Ssamuderagupta hasil perkawinan dengan putrid Licchavi, dalam segala kebijakannya Samuderagupta dilibatkan dan diberi misi untuk menyatukan (unifikasi) India khusunya wilayah bekas Maurya yang wilayahnya berada diantara Sungai narmada sampai Sungai Brahmaputra, dan berhasil dilakukan oleh anak dari Samuderagupta yaitu Chandragupta II.
Dalam hal invasi kekuasaan dinasti ini sangat unik, seorang raja dalam sistem kemasyarakatanya ikut serta dalam berperang bersama dengan Jenderal-Jenderal perangnya pada saat dilakukan, sehingga pada saat perang Jendral dengan Raja memiliki kedudukan yang sama dalam mempertimbangkan kebijakan perang. Dalam hal ini menurut analisis kami Gupta bisa maju dan mencapai puncak kejayaannya dikarenakan ia berinteraksi dengan berbagai klan dan dinasti lain yang berada di Maghada.

Gambar: wilayah kekuasaan Gupta
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kemaharajaan_Gupta
Kerajaan Gupta didirikan oleh Raja Candragupta I (320-330 M) dengan pusatnya di lembah Sungai Gangga. Kerajaan Gupta mencapai masa yang paling gemilang ketika Raja Samudra Gupta (cucu Candragupta I) berkuasa. Ia menetap di kota Ayodhia sebagai ibu kota kerajaannya. Kerajaan Gupta ini lahir Setelah jatuhnya Kekaisaran Maurya pada 185 SM, India melewati periode kekacauan politik dan pembagian kekuasaan.
Pada 320 SM penguasa baru yang dikenal sebagai Chandragupta mengambil alih wilayah Timur Utara India didaerah Magadha yang kemudian mendirikan dinasti Gupta. Samuderagupta kemudia menaklukan wilayah-wilayah kerajaan yang dulunya pernah dikuasai oleh Maurya. Pada masa kekuasaan Kushana yang mengalami kekacauan politik, serta berdirinya beberapa wilayah kekuasaan yang sebagian besar ingin berdiri secara independen. Dan kemudian dari sinilah Gupta berhasil mempersatukan wilayah kekuasaan pada masa Maurya tersebut dan mendirikan dinasti.
Raja Samudragupta digantikan oleh anaknya yang bernama Candragupta II (375-415 M). Candragupta II terkenal sebagai Wikramaditiya. Pada masa pemerintahan Candragupta II terkenal seorang pujangga yang bernama Kalidasa dengan karangannya berjudul Syakuntala.
2.3. Sistem Kemasyarakatan India Kuno Pada Masa Dinasti Gupta
1. Kedudukan Wanita pada masa Gupta:
Perempuan memegang posisi yang sangat penting dalam masyarakat India kuno, posisinya lebih unggul jika dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan ada sebuah sastra yang dikisahkan bahwa:

There are literary evidences to suggest that woman power destroyed kingdoms and mighty rulers.Elango Adigal's Sillapathigaram mentioned that Madurai the capital of Pandyas was burnt when Pandyan ruler Nedunchezhiyan killed a woman's husband by mistake. Veda Vyasa's Mahabharata tells the story of fall of Kauravas because they humiliated queen Draupadi.Valmiki's Ramyana is also about the wiping away of Ravana when he abducted and tried to marry Sita forcibly. www.thisismyindia.com
Ada seorang raja dari kerajaan Elango Adigal’s Sillapathigaram diwilayah Madurai dengan ibukota Pandyas, dibakar ketika Nedunchezhiyan penguasa Pandyas karena kesalahan membunuh suami wanita itu. Dalam kisah inilah yang kemudian munculnya konsep adanya dewi yang bukan hanya dewa untuk menegakan sebuah keadilan di dunia. Sebagai contoh dikisahkan pada kitab Veda dan Mahabharata bahwa kisah jatuhnya Kauravas karena ratu mereka dihina Draupadi. Kisah cinta Ramyana tentang menceritakan Rahwana ketika ia menculik dan mencoba untuk menikahi Sita secara paksa.
Dewi di masa kuno diciptakan untuk menanamkan rasa hormat terhadap wanita. Dimana tuhan itu adalah setengah wanita yang sangat dipuja. Pada masyarakat dinasti Gupta, perempuan diizinkan untuk memiliki beberapa suami walaupun sudah janda bisa menikah lagi. Dan mereka juga dapat menceraikan suami mereka jika sudah merasa tidak cocok lagi. Selain dari itu kaum perempuan pada massa dinasti Gupta, in the Vedic society women participated in religious ceremonies and tribal assemblies (sabha and vidata). There is no evidence of seclusion of women from domestic and social affairs but they were dependent on their male relations throughout their lives yaitu perempuan juga berperan aktif dalam upacara keagamaan dan juga tidak ada istilah pengasingan atau pengucilan terhadap kaum perempuan dimanapun ia berada, dan merupakan tanggung jawab seorang laki-laki atau suami mereka. Akan tetapi berbeda dengan periode sebelumnnya yaitu pada masa dinasti Maurya yang sangat merendahkan kedudukan perempuan pada saat lahir pun mereka menganggapnya sebagai perusak nama baik atau disebut aib bagi keluarga yang memiliki anak perempuan. Namun pada masa dinasti Gupta perempuan mendapatkan kedudukan yang sangat mulia dan terbalik dari yang sebelumnya. Dan hal ini kemudian dilanjutkan pada masa Asoka dengan berupaya meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan. Dan pada setelah Asoka perempuan kemudian dikucilkan kembali dengan diberikan tanda untuk janda menggunakan cadar warna merah dan ikut dibakar bersama suami mereka dan jika tidak abu dari suami mereka harus dibuang ke sungai gangga. Jadi pada masa dinasti Gupta, wanita menikmati kebebasan lebih dari pada dinasti sebelumnya, mereka diajar untuk membaca dan menulis. Beberapa wanita menjadi filsuf. Mereka juga bekerja sebagai bidan (perempuan dilatih untuk melahirkan) dalam upacara keagamaan dan pernikahan perempuan atau ibu mengatur setiap pernikahan secara turun temurun. Seorang ayah berusaha untuk membangun sebuah mahar yang menarik untuk putrinya kepada seseorang yang akan menikahinya. Jadi perempuan memberikan mahar kepada laki-laki yang akan menikahinya.


2. Stratifikasi Sosial Gupta
Adapun tingkat stratifikasi sosialnya, dalam klan Dharana Gotra ini terbagi dalam beberapa garis keturunan diantaranya:
• Brahmin Gotras
• Vysya Gotras
• Dhangar Gotras
• Jats
• Tulu/Malyalees

Gotra berasal dari bahasa sangsekerta yang artinya “sinar” tugasnya sebagai tenaga administrasi Negara. Jadi dapat disimpulkan bahwa Dhangar Gotras atau Dharana Gotra ini termasuk kasta waisya atau atau salah satu kaum borjuis pada masa itu yang memiliki banyak tanah dan kekayaan yang melimpah. Yang kemudian membentuk sebuah sistem kasta yang terbagi dalam lima stratifikasi sosial sebagaimana dicantumkan diatas.

3. Sistem kasta
Bangsa Arya merasa dirinya lebih tinggi daripada bangsa Dravida. Untuk menjaga kemurnian darahnya, mereka menciptakan sistem kasta (warna) dalam masyarakat.
Ada empat kasta (catur warna) di India, yaitu
1. Kasta Brahmana (golongan pendeta, kasta tertinggi),
2. Kasta Ksatria (golongan bangsawan dan prajurit),
3. Kasta Waisya (golongan pedagang dan buruh), dan
4. Kasta Sudra (golongan petani dan buruh kasar).
Ada golongan yang paling rendah derajatnya, yaitu golongan budak yang disebut kasta Paria atau Candala.
Brahmana adalah seorang imam, memiliki kedudukan yang tertinggi dari empat sistem kasta utama yang bertanggung jawab untuk memimpin peribadatan keagama serta belajar dan mengajar Veda. Kshatriyas adalah kasta yang paling dihormati oleh kedua pertempuran. Mereka adalah pelindung dan pejuang. Vaishyas adalah pedagang, pengrajin, dan petani. Mereka adalah orang-orang yang khusus atau memiliki beberapa pengetahuan profesional. Shudra adalah sebagian besar masyarakat. Mereka dialokasikan dan diharapkan memiliki peran dalam masyarakat adalah sebagai buruh.
GM. Syed menulis dalam bukunya, The Sindhudesh bahwa "sebagian besar mereka (bangsa Arya) keyakinannya dibuat atas dasar Weda, kemudian." Pertama-tama mereka menyebut diri mereka Brahmana, Weda dan Hindu Dharam. Syed juga mengklaim bahwa agama seperti Buddha, Jainisme, Zoroastrianisme, Yunani dan Persia diresmikan oleh bangsa Arya. Pada awalnya, bangsa Arya makan daging, tapi kemudian mereka berhenti membunuh dan memakan hewan. Sebaliknya, mereka terus makan sayuran dan biji-bijian. Mereka meningkatkan sosial dan kekuatan militer dengan melakukan penjinakan gajah dan kuda untuk bepergian dan peperangan. Mereka mulai membangun kota-kota dan menciptakan hukum baru dan kondisi untuk tinggal di kota-kota. Selama waktu pemerintahan Mahatma Mahavir bangsa Arya mulai meninggalkan sikap agresif, ganas, cinta perang dan mulai merubah sikapnya menjadi cinta damai.
4. Sistem perkawinan:
Wanita dapat memilih suami mereka melalui perkawinan disebut jenis Sayembara, Women could choose their husbands through a type of marriage called Swayamvara, dimana beberapa orang calon pengantin pria berkumpul di rumah seorang pengantin wanita, dan wanita berhak memilih salah satu dari pengantin pria tersebut yang akan dijadikan calon suaminya. Hal ini dapat ditemukan dalam kitab Ramayana dan Mahabharata, dilakukan sampai pada kelas yang tertinggi dalam kasta yang ada di India.
Perkawinan di dalam masyarakat India struktur sosial dan kasta menjadi sebuah keharusan untuk tidak melakukan perkawinan antar kasta karena hal tersebut dianggap sebagai hal yang melanggar aturan, norma dan dinilai sebagai perkawinan kotor atau najis. Tradisi di India, lamaran dilakukan dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki.
Pada masa dinasti Gupta dalam hal memperluas kekuasaannya, selain dengan kekuatan militer dengan membentuknya dewan jenderal yang sangat berpengaruh dalam perluasan kerajaan, kerajaan Gupta juga melakukan sistem perkawinan politik dalam upaya perluasaan kekuasaannya bersama penguasa-penguasa lokal, agar tidak terjadi peperangan.
individual rulers as striking as the two great Mauryan rulers, but they had perhaps had greater. The new dynasty produced several significant generals, able to conquer regional states through central and western India. Gupta rulers often preferred to negotiate with local princes and Gupta intermarry with their families, which expanded influence without constant fighting. http://www.indianetzone.com/5/gupta_dynasty.htm
Dalam sistem patrilineal, gotra adalah orang yang gotra atau se-ayah. Arti harfiah dari Gotra adalah "sapi-pena" atau "sapi-gudang" di rigvedic kuno Sanskerta . Adapun istilah sinar ini dapat dijelaskan bahwa klan ini khususnya kaum brahmana bertugas menjaga sinar untuk kepentingan umat, namun jika sinar itu pada maka akan mati pula seluruh umat manusia yang ada di dunia. Sistem kasta Gota ini sama seperti sistem kasta hindu di India pada umumnya karena kasta ini berlaku pada saat orang tersebut lahir.
Ada dua pula sistem perkawinan dalam Gotra, perkawinan dalam gotra disebut “sagotra”:
1. Cula Gotra
Adalah perkawina secara patrilineal yaitu, pernikahan dengan keluarga gotra sendiri jika se-ayah. Misalnya paman dengan keponakan dalam sistem perkawinan ini melarang jika perkawinan dilakukan diluar dari klan gotra yang berbeda
2. Cult Clan
Adalah perkawinan secara matrilineal yaitu, perkawinan antar Gotra atau membolehkan perkawinan dilakukan dengan luar Gotra.

5. Pakaian
Pakaian khas India kuno adalah pakaian yang terbuat dari selembar kain yang dikaitkan kepada bagian tubuh baik itu laki-laki maupun perempuan. Pada masa ini jarum sudah ada untuk mengikatkan antara kain yang satu dengan selembar kain yang lainnya untuk pakaian, ada berbagai maca lilitan, untuk perempuan dinamakan lilitas sari sedangkan untuk laki-laki dikatakan lilitan sorban.
Keduanya laki-laki dan perempuan mengenakan ornament untuk mempercantik pakaiannya tersebut. Ornamen tersebut sebagian besar terbuat dari terakota atau kerang manik-manik dirangkai sampai kepada penggunaan logam. Perhiasannya tersebut seperti kalung, gelang dan anting-anting yang umum dll. Lihatlah gambar di bawah ini:



Perhiasan India Kuno Pakaian India Kuno
Sumber: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ancient-india-clothing.html

Penggunaan kosmetik juga sudah dilakukan oleh kaum perempuan di masa India Kuno ini, misalnya; ekstrak dari tanaman seperti Mehendi yang digunakan untuk menghias telapak tangan dan penggunaan bunga sebagai ornamen untuk memberikan warna atau rona kecantikan terhadap wajah wanita seperti bunga Kohl dan sindoor.
6. Pendidikan
Pendidikan menempati urutan yang pertama dalam pembahasan ini, pada sub bab ini akan dipaparkan secara khusus. Pendidikan di masa India kuno menjadi sebuah keharusan dan menempati skala prioritas. “India has a rich tradition of learning and education right from the antiquity. These were handed over generations to generations either through oral or written medium”. Dalam kegiatan pembelajarannya pendidikan diberikan dari generasi ke generasi dilakukan dengan dua cara yaitu melalui media lisan dan media tulisan. Kitab Veda yang sudah ada semenjak 2000 tahun yang lalu menjadikan sebuah kitab utama dalam proses pendidikan di India yang diwariskan secara turun-temurun.
Isi dari kitab ini adalah sebuah pendekatan belajar adalah untuk mempelajari logika dan epistemology. Studi tentang logika tersebut yang kemudian diikuti oleh Hindu, Buddha dan Jain, salah satu topik yang paling penting dari pikiran India pramana atau sarana pengetahuan yang dapat diandalkan. Sekolah-sekolah Nyaya didirikan untuk memahami kata-kata dari kitab Veda seperti mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sekolah Vedanta didirikan untuk mempelajari sistem pemerintahan. Kegiatan ini dilakukan pula di rumah seorang Brahmana sebagai gurunya, syarat utamanya seorang murid harus mengakui sebagai petapa miskin dalam artian ia tidak boleh sombong dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Pelajaran pertama yang diajarkan kepada siswa adalah kinerja Sandhya dan juga membaca gayatri. Fasilitas asrama atau tempat bertapa dijadikan tempat pembangunan mental siswa yang diperhatkan secara terus-menerus oleh guru dan isntruktur pribadi. Tujuannya dalah untuk mengembangkan kepribadian murid berdasarkan bawaan dan bakat yang ia miliki. Jadi subjek utama pendidikan adalah pikiran itu sendiri.
Sebagaimana yang mereka anut dalam teori India kuno bahwa; According to the ancient Indian theory of education, the training of the mind and the process of thinking, are essential for the acquisition of knowledge. Dalam teori pendidikan India kuno proses berfikir untuk melatih fikiran merupakan hal yang paling pertama dalam menggali semua pengetahuan. Sehingga dari proses berfikir tersebut murid dapat mendidik dirinya sendiri untuk mencapai pertumbuhan mentalnya sendiri. Dalam konsep pendidikan di India kuno dibagi menjadi tiga bagian bahwa:
Education was reduced to the three simple processes of Sravana, Manana and Niddhyaasana. Sravana was listening to the truths as they fell from the lips of the teacher. Knowledge was technically called Sruti or what was heard by the ear and not what was seen in writing. The second process of knowledge called Manana implies that the pupil has to think out for himself the meaning of the lessons imparted to him orally by his teacher so that they may be assimilate fully. The third step known as Nidhyasana means complete comprehension by the pupil of the truth that is taught so that he may live the truth and not merely explain it by word. www.thisismyindia.com

1. Sravana adalah mereka mendengarkan kebenaran dari bibir guru. Metode ini disebut Sruti atau apa yang terdengar oleh telinga dan apa yang terlihat secara tertulis.
2. Manana, adalah pengetahuan yang menugaskan seorang murid tersebut harus berpikir sendiri dalam mencari arti dari sebuah pelajaran yang telah disampaikan kepadanya secara lisan oleh gurunya sehingga mereka dapat mengasimilasi sepenuhnya.
3. Nidhyasana berarti pemahaman lengkap oleh murid yaitu sebuah kebenaran yang diajarkan sehingga ia dapat mengaplikasikannya dalam hidup dan tidak hanya menjelaskan dengan kata-kata saja.
Dalam tahapan ini kemudia terdapat pula tahapan berikutnya yang disebut Upanayana yaitu, dimana seorang murid tidak membutuhkan seorang guru, orang tua untuk membimbingnya adapun yang akan membimbingnya adalah alamnya, hal inilah yang kemudian dikenal dengan konsep Dvijya yaitu, sebuah kelahiran kedua karena sudah memasuki rumah baru yaitu alam dimana tempat ia belajar dan tinggal dan sudah harus dapat meninggalkan rumah dan gurunya.
Selain sekolah regular di India kuno juga dikenal ada sekolah studi penelitian pengetahuan, dimana disebutkan dalam kitab Rig-Veda bahwa sekolah ini sering disebutkan dengan sekolah diskusi yaitu, seorang brahmana berdiskusi dengan seorang raja dan kalangan masyarakat sarjana pedesaan yang kemudian para sarjana tersebut melakukan hal yang sama di desa tempat ia tinggal dan dimanapun tempat yang telah dilaluinya.
Peninggalan universitas Nalanda Kuno These Academics were called parisads, there is a reference to the Pancala parisad in the Upanishads, in whose proceedings even kings participated, learning was also prompted by discussions at public meetings which were a regular of rural life, and were addressed by wandering scholars known as Carakas, These scholars toured the country to deliver public discourses and invite discussion. www.thisismyindia.com

Para akademisi ini biasanya disebut parisads dan para sarjana ini biasanya dikenal dengan istilah Carakas yang tugasnya berkeliling ke seluruh bagian wilayah negara untuk mengundang dan mengajak masyarakat berdiskusi. “In these deliberations at the highest level, a lady- philosopher named Gargi was a prominent participant beside men like Uddalaka Arni”. Diriwayatkan dalam kitab tersebut bahwa ada seorang wanita yang memiliki kemampuan filsafat yang cukup tinggi dan terkenal pada zamannya yang bernama Gargi. Gargi adalah peserta yang menonjol di samping itu ada wanita lainnya seperti Uddalaka Arni. Sehingga jelas, pada masa Gupta ini wanita-wanita pada masa itu mengakui pengetahuan tertinggi dan tidak menderita dan cacat dalam hal untuk mendapatkan pendidikan, yang menandakan adanya kesetaraan antara kedua jenis kelamin dalam mengajukan pengetahuan.
Kebijakan ini sebenarnya dilakukan atas dasar pelatihan yang dirasakan oleh Candragupta pada masa sebelumnya. Beliau selalu berhubungan dan berdiskusi dengan orang-orang Taxila yang bernama Panini yang kemudian oleh Candragupta dijadikan seorang menteri Brahmana pada saat dia naik tahta. Dalam bidang kedokteran juga sudah dikembangkan dengan mengangkatnya seorang menteri kedokteran yang bernama Charaka. Taxilia dan Ujjain kemudian dijadikan tempat belajar pada masa dinasti Gupta, adapun ilmu yang mereka pelajari adalah kedokteran, matematika dan ilmu astronomi. Dari dua universitas tersebut terkenal juga dua universitas lainnya yaitu Nalanda dan Vikramashila. Pada masa ini yang lebih penting adalah diaman seorang guru tidak dibayar oleh siswa dengan uang akan tetapi dibayar dengan pengabdian seorang siswa kepada gurunya. Dari keempat universitas tersebut menurut catatan Hiuen-Tsang, “Every facility existed for studying various kinds of subjects in the University. There were three great libraries as per Tibetan records. Nalanda attracted students not only from different parts of India but also from Tibet and China”. Nalanda adalah salah satu universitas terbaik yang mahasiswanya bukan hanya dari belahan India saja, melainkan ada juga yang berasal dari Tibet dan Cina yang berdatangan ke perpustakaannya.
Menurut Hiuen-Tsang bahwa “Over 10,000 students including teachers lived and studied at the university. They came from various parts of the world apart from India,Central Asia, China and Korea”. Lebih dari 10.000 siswa termasuk guru tinggal dan belajar di universitas ini. Mereka datang dari berbagai bagian dunia yang terpisah dari India, Asia Tengah, Cina dan Korea. Meskipun Nalanda merupakan basis Budha akan tetapi kitab yang dikoleksinya kebanyakan kitab Hindu, jurusan filasafat dan kedokteran memiliki tempat favorit bagi mahasiswa dimasa itu karena menuntut logika dan dibutuhkan oleh banyak masyarakat. dalam hal pembelajarannya guru dengan siswa terlihat akrab dan tidak adanya skat antara keduannya dengan dialog menentukan gagasan mengenai pemikiran diantara mereka untuk diseleksi untuk menjadi pengganti guru yang terdapat di Nalanda. Adapun murid berilian yang dijadikan guru melalui seleksi tersebut yang disebutkan dalam catatan Hiuen-Tsang bahwa:
Proses Berfikir seorang murid

The university had also succession of brilliant teachers. Dharmapala was a Tamil noble from Kanchi in the south. Janamitra come from another country. Silabhadra, the saintly guru of Hiuen-Tsang, came from Assam and he was a converted Brahmin. http://www.thisismyindia.com/ancient_india /ancient-india-education.html

Sebuah prestasi besar kemudian mereka melakukan peremajaan terhadap faham budha yang pada akhirnya berubah menjadi sebuah agama yang tersebar ke berbagai belahan dunia. Menurut catatan Tibet juga pada saat suksesi kerajaan Tibet ada seorang biarawan Nalanda yang belajar dan mengajar di negara mereka. Hal serupa juga diketahui ada seorang biara yang bernama Sudhakara Simha pergi ke Cina dan bekerja di sana untuk menterjemahkan kitab dalam teks-teks Buddhis kedalam bahasa Cina. Jadi dari sinilah kita dapat menemukan bahwa faham budha dalam perkembangannya menjadi sebuah agama baru dilakukan oleh murid yang menjadi seorang guru yang berasal dari biarawan universitas Nalanda. Dengan menyebarkan misi ke berbagai daerah dikarenakan murid atau mahasiswa yang belajar di Nalanda bukan hanya mahasiswa diberbagai penjuru India saja melainkan terdapat pula diluar India seperti Cina, Tibet, Asia Tengah dan Korea.

2.4. Dinasti Gupta Mencapai Puncak Peradaban Pada Masa India Kuno
Dalam pembahasan ini muncul, mengapa Dinasti Gupta dapat dikatakan masa dimana peradaban India mencapai puncak kejayaannya? Ada beberapa prestasi yang dihasilkan pada masa ini adalah sebagai berikut:
a) Dalam ilmu astronomi bernama Aryabhata, seorang Matematikawan India secara akurat dapat menghitung konstanta langit seperti rotasi bumi per orbit matahari, hari per surya orbit, hari per orbit lunar.
b) Menentukan rentan waktu astronomi bernama Brahma, selain orang-orang dari peradaban Maya, Hindu kuno sudah dapat berfikir jauh beribu-ribu tahun kedepan. Susastra Hindu sudah merujuk kepada skala waktu yang bervariasi dari waktu bumi pada siang hari dan malam hari dan subuah perkiraan ilmiah umur bumi beberapa milyar tahun ke depan.
c) Teori penciptaan alam semesta ini, bahwa karena waktu itu sendiri dunia diciptakan tanpa awal dan akhir
d) Bumi berjalan mengitari matahari oleh Aryabhata yang skeptic terhadap doktrin yang ada mengenai anggapan bahwa matahari berjalan mengelilingi bumi adan pada akhirnya ia dapat berbicara mengenai bumi yang mengelilingi matahari.Dan lain sebagainya
Akan tetapi yang lebih penting dari semua ini adalah bagaimana sebuah perubahan kebijakan yang terjadi dalam sistem sosial yang dilakukan oleh Dinasti Gupta dapat menciptakan sebuah tatanan kehidupan sosial yang sama-sama mendapatkan kesempatan kepada laki-laki maupun perempuan dalam mendapatkan hak untuk pendidikan. Sehingga dapat memunculkan pemahaman ilmu dan pengetahuan baru yang berkembang dalam menunjang terciptanya sebuah peradaban.

3.1. Kesimpulan
Arnold Toynbee (1889-1975) adalah seorang sejarawan Inggris, ia pendukung teori siklus lahir,-tumbuh-mandek-hancur. Seperti halnya Khaldun yang dikenal sebagai ‘jenius arab’, Toynbee melihat bahwa proses lahir-tumbuh-mandek-hancur suatu kehidupan sosial, lebih ditekankan pada masyarakat atau peradaban sebagai unit studinya yang lebih luas dan komprehensif dari pada studi terhadap suatu bangsa atau periode tertentu. Peradaban lembah sungai Indus merupakan sebuah bahan kajian yang dapat dikaji dalam bukunya Toynbee yang berjudul A Study of History yang terbit dala, 12 Jilid, setebal ±10.000 halaman yang pokok pikirannya dituangkan dalam teorinya Challenge and Response (tantangan dan tanggapan).
Dinasti Gupta adalah salah satu penguasa yang berhasil mempersatukan India Utara dengan India Selatan pada masa India Kuno, keberhasilan itu tidak terlepas dari sistem kemasyarakatan yang sangat demokratis dan peran dari seorang cendikiawan yang belajar di berbagai universitas yang ada di India. Selain dari menciptakan dan menemukan ilmu pengetahuan berdasarkan hasil pemikirannya sendiri juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain dari pada itu sebuah kebijakan seorang penguasa yang sangat berpengaruh dengan memberikan kesempatan kepada kaum wanita dalam mendapatkan hak yang sama bahkan lebih mulia dari pada laki-laki baik dalam sistem perkawinan, maupun dalam hal pendidikan yang pada masa sebelumnya seorang wanita selalu dikucilkan bahkan dianggap aib keluarga jika melahirkan seorang anak perempuan. Sehingga dengan berperannya kembali seorang perempuan dari sebuah sistem kemasyarakatan dapat menjadikan dinasti ini mencapai puncak peradabannya, khususnya pada masa pemerintahan Candragupta II dengan gelar Vikramaditya.


3.2. Saran
Pada dinasti Gupta seorang penguasa dapat merubah sebuah kebijakan, peraturan dan adat lama untuk dapat menjadikan masyarakatnya lebih sejahtera dan memiliki kesempatan dalam hak untuk mendapatkan pendidikan yang sama antara laki-laki dengan perempuan. sehingga dari kondisi sosial kemasyarakatan inilah yang dapat menunjang majunya sebuah kebudayaan dan mencapai pucak dari sebuah peradaban bangsa yang ada di India kuno.

DAFTAR PUSTAKA
BV . Giri, Saumi BV,. Giri Saumi. (2008). The Aryan Invasion [Online]. Tersedia: http://www.gosai.com/chaitanya/saranagati/html/vedic-upanisads/aryan-invasion.html [7 April 2010]
Frawley , Davis Frawley, Davis. (2008). The Myth of the Aryan Invasion of India [Online]. Tersedia: http://www.hindunet.org/hindu_history/ancient/aryan /aryan_frawley.html [07 April 2010]
Frawley , Davis Frawley, Davis. (2008). The Aryan-Dravidian Controversy [Online]. Tersedia: http://www.hindunet.org/hindu_history/ancient/aryan/aryan_ frawley_1.html [07 April 2010]
Hakim, Salman. (2010). Indus Valley Civilization The Beginnings and Origins of Indus Valley Civilization 2,000 BC Awal dan Asal Usul Peradaban Lembah Indus 2000 SM [Online]. Tersedia: http://www.mnsu.edu/emuseum/prehistory/india/
J.M. Kenoyer . (2010). Cultural Timeline and Elements of Indus Valley Civilization The Oldest Village, Mehgarh 6,000 BC [Online]. Tersedia: www.harappa.com
__________. (2010). The Early Harappan 4,000 BC to 3,000 BC [Online]. Tersedia: www.harappa.com
_________. (2010). The Arts, Technology and Trade of the Classical Harappan [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ancient-india-civilization.html [07 April 2010]
_________. (2010). Women Held Very Important Position In Ancient Indian Society [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ [07 April 2010].
_________. (2010). Arts in the Indus Valley Civilization [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ancient-india-art.html [08 April 2010]
_________. (2010). Ancient India Caste System [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ancient-india-caste-system.html [09 April 2010]
_________. (2010). Women in Ancient India [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/woman-in-ancient-india.html [10 April 2010]
_________. (2010). Ancient India Education [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ancient-india-education.html [10 April 2010]
__________. (2010). Ancient India Clothing [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia. com/ancient_india/ancient-india-clothing.html [12 april 2010]
Mulya, T.S.G. (1952). Sedjarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka.
Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Supardan, Dadang. (2008). Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumiaksara.
Su’ud, Abu. (_____). Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa di Asia Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Syed , GM. (2008). The Sindhudesh [Online]. Tersedia: http://www.sindhudesh. com/gmsyed/sindhudesh/saeen-book3-chap5.html [7 April 2010]