Rabu, 01 Desember 2010

MILITER PAPUA

Sistem demokrasi adalah keniscayaan bagi negara modern. Huntington (2001: 4) seorang realis yang fokus pada isu-isu peradaban, demokrasi dan hubungan sipil-militer, mendefinisikan demokrasi, sebagai “suatu bentuk pemerintahan, berdasarkan sumber wewenang bagi pemerintah, tujuan yang dilayani oleh pemerintah, dan prosedur untuk membentuk pemerintahan”. Oleh karena itu negara sebagai organisasi yang besar diberikan wewenang oleh masyarakatnya untuk menjalankan kewajiban tersebut. Tujuan negara adalah berupaya mengkonsolidasikan tujuan dan kepentingan bersama dikalangan masyarakat secara umum.
Jadi segala sesuatu yang diberikan oleh masyarakat (seperti membayar pajak, kerelaan untuk tunduk/menurut) kepada negara dapat diukur. Ukurannya adalah sejauhmana masyarakat dapat merasakan atau mendapatkan kembali hak-haknya atau hak-haknya tidak terlanggar dan terpenuhi. Russell Hardin (1999: 22) mengatakan: “(w)e need goverment in order to maintain the order that enables us to invest effort in our own wellbeing and to deal with others in the expectations that we will not be violated”.

Dalam suatu sistem demokrasi dimana negara berperan sebagai pelindung masyarakat dari ancaman dan gangguan, maka posisi militer di dalam sebuah negara sudah semestinya berfungsi agar ancaman dan gangguan itu menjadi minimal. Fungsi itu bisa dikatakan sebagai kewajiban pokok dari sebuah institusi militer. Dengan demikian posisi militer atau angkatan bersenjata merupakan sebuah institusi yang sah atau lazim jika memang disepakati dalam sebuah organisasi yang bernama negara, yang mempunyai kewajiban berkaitan dengan perlindungan negara demi memproteksi masyarakat dari ancaman fisik. Edward Luttwak dalam hal ini mengatakan bahwa:
“The goverment will not only be protected by the professional defenses of the state the armed forces, the police, and the security agencies but it will also be supported by a whole range of political forces. In a sophisticated and democratic society these will include political parties, sectional interest, regional, ethnic, and religious groupings. Their interaction and mutual opposition results in a particular balance of forces which the goverment in some way represents”.

(Pemerintah tidak hanya dilindungi oleh aparatur pertahanan profesional yang dimiliki Negara – angkatan perang, polisi dan badan-badan keamanan – tetapi juga ditopang oleh kekuatan-kekuatan politik secara luas. Dalam masyarakat demokratis dan kompleks, kekuatan ini mencakup partai politik, kelompok-kelompok kepentingan, regional, etnis dan kelompok-kelompok agama. Interaksi dari kekuatan ini – dan oposisi yang berjalan – menghasilkan sebuah perimbangan kekuatan terhadap pemerintah)

Lebih jauh mengenai fungsi militer dalam negara demokratis bisa kita pelajari dari prinsip-prinsp yang ditawarkan Mayor Jenderal (Purnawirawan) Dr. Dietrich Genschel. Prinsip-prinsip dimaksud, adalah sebagai berikut:
1. Militer merupakan bagian dari kekuasaan eksekutif suatu tatakelola pemerintahan. Dengan demikian, militer merupakan elemen pemisahan kekuasaan dalam sistem politik yang demokratis, yang ditandai dengan pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
2. Militer berada di bawah kepemimpinan politik yang telah disahkan secara demokratis, dengan jabatan menteri pertahanan dipegang oleh sipil.
3. Militer mengikuti pedoman politik yang digariskan.
4. Militer patuh dan tunduk pada hukum.
5. Militer dibatasi oleh tugas-tugas yang telah ditetapkan oleh konstitusi; secara regular menjaga keamanan eksternal negara (dari serangan atau ancaman dari luar) dan menjaga pertahanan negara. Dalam kasus-kasus tertentu dengan situasi dan batas-batas tertentu yang digariskan secara jelas. (Militer dapat dilibatkan) dalam upaya-upaya untuk menjaga keamanan internal negara dibawah komando polisi.
6. Militer bersifat netral dalam politik.
7. Militer tidak dibenarkan memiliki akses untuk memperoleh dukungan-dukungan keuangan diluar anggaran pendapatan dan belanja negara.
8. Militer dikendalikan oleh parlemen, kepemimpinan politik, kekuasaan kehakiman, dan masyarakat sipil secara umum.
9. Militer memiliki tanggung jawab yang jelas berdasarkan keahlian profesional yang dimilikinya dan dengan itu, memiliki harkat dan martabatnya.

Untuk menunjang prinsip-prinsip sebagaimana diutarakan di atas diperlukan prasyarat:
1. Kerangka konstitusi; menetapkan nilai-nilai sosial (martabat manusia dan hak asasi manusia) dan pemerintah yang berdasarkan pada hukum, menetapkan pemisahan kekuasaan (kekuasaan legislatif, eksekutif, yudikatif), mendefinisikan peran dan tugas militer;
2. Parlemen yang berfungsi; (dipilih melalui) pemilihan secara bebas, (bersifat) multi partai, (dan memiliki) substruktur-substruktur yang perlu (seperti panitia anggaran, panitia pertahanan, ombudsman parlemen);
3. Pemerintahan sipil; dengan rantai komando (politik) yang jelas. Presiden, Menteri Pertahanan dan dengan menempatkan Kepala Pertahanan dibawah Menteri Pertahanan – di Jerman mata rantai Komando ini mulai dari Presiden ke Perdana Menteri, dan seterusnya;
4. Kekuasan kehakiman yang mandiri; tanpa pengadilanpengadilan khusus yang berada di luar tanggungjawabnya (seperti pengadilan militer);
5. Organisasi militer; yang terstruktur, terdidik, dan terpimpin sedemikian rupa sehingga tidak mencampuri atau membahayakan masyarakat sipil, tetapi dengan tetap mempertahankan efektivitas militer yang tinggi;
6. Masyarakat sipil yang matang; yang bersatu di bawah ketentuan-ketentuan dasar konstitusi dan mengambil sikap pluralistik tetapi toleran dalam kehidupan bermasyarakat, yang pada gilirannya memerlukan;
7. Publik terdidik; yang bersedia berpartisipasi dalam kehidupan politik dan kehidupan bermasyarakat, mampu menyeimbangkan kebebasan individual dan kemandirian dengan komitmen terhadap kebaikan bersama (termasuk pertahanan), serta media yang bebas dan beragam;

Sementara beberapa hal pokok yang perlu ditempatkan dibawah kendali politik/parlemen adalah:
1. Hubungan sipil dan militer integrasi militer ke dalam masyarakat;
2. Kerangka hukum, kesejahteraan sosial dan keamanan;
3. Gaya kepemimpinan, pelatihan dan pendidikan;
4. Kesiapan tempur.

Kasus HAM di Papua merupakan kasus HAM yang terberat dikarenakan sejak berlakunya atau ditetapkannya Papua berintegrasi bersama NKRI sejak 1 Desember 1962 maka sejak itu pula Papua Barat dijadikan sebagai Daerah Operasi Militer karena situasi pada saat itu masih labil, sering terjadinya gangguan baik dari dalam maupun dari luar. Semenjak beralihnya kekuasaan dari Orde Lama kepada Orde Baru dominasi Militer sangat besar sehingga dalam ungkapan singkat, paradigma baru itu dirumuskan dalam jargon dalam Kontras (2005: 26) :
“tidak selalu harus di depan, tidak lagi menduduki tapi mempengaruhi, tidak lagi mempengaruhi secara langsung, tetapi tidak langsung, siap membagi peran dengan pihak sipil dalam pengambilan keputusan penting dengan komponen bangsa yang lain.” Jargon baru ini mengantikan jargon lama yang full-power yaitu “TNI sebagai stabilisator dan dinamisator”.

Jika disimak lebih dalam Paradigma Baru TNI mengisyaratkan beberapa hal penting, pertama TNI dalam perpolitikan Indonesia tidak seluruhnya mundur melainkan bersyarat yaitu sejauh tidak melucuti hak privilleg (keistimewaan) yang telah dan sedang dinikmati. Jika privilege itu terganggu maka TNI akan memberanikan diri maju kedepan baik secara langsung maupun tidak langsung. Artinya TNI tidak akan surut dari panggung politik begitu saja. Contoh dari tidak surutnya TNI dari panggung politik secara langsung itu bisa dilihat dari banyaknya para purnawirawan TNI yang menjadi pimpinan paratai politik peserta Pemilu 2004 dan menjadi calon anggota DPD dan Caleg DPR-RI. Perlu diingat bahwa sepanjang Orba TNI itu adalah organisasi kekuatan politik yang sesungguhnya.
Kedua, Jargon itu mengisyaratkan bahwa dalam merumuskan paradigma barunya, TNI tetap sebagai kekuatan politik utama. Hal itu terlihat pada kalimat “dalam mengambil keputusan penting TNI siap berbagi peran dengan komponen bangsa yang lain”. Dimasa Orba, TNI adalah institusi yang berperan secara tunggal dalam mengambil dan membuat keputusan penting. Dalam masa reformasi ini TNI siap berbagi dengan pihak kedua yaitu komponen bangsa lain, yakni pemerintahan sipil.
Ketiga, dalam berbagi peran dengan pihak sipil ini, dalam paradigma barunya TNI tidak sama sekali menyadari bahwa peranannya dimasa lalu adalah peranan yang telah menciptakan ‘kekacauan’. Disamping itu juga, TNI tidak menyadari bahwa dalam masa demokratisasi ini, sebagai norma-norma yang terpapar di depan, TNI hanyalah pelaksana dari pemerintahan sipil. Dengan kata lain TNI dengan paradigma barunya tidak mengubah secara signifikan budaya dan postur dari TNI dalam ruang sosial-politik. Dengan paradigma barunya TNI tetap berada dalam ruang konservatisme dengan kepercayaan pada supremasi sipil dalam pengelolaan negara. Hal tersebut berdampak pula terhadap kehidupan pemerintahan sekarang pasca dikeluarkan Undang-Undang Otonomi Daerah dan Militer dapat belajar dari kasus lepasnya Timor-Timur dari NKRI sehingga tindakan yang dilakukan militer di Papua Barat tidak lain dengan cara kekerasan walaupun menyangkut pelanggaran HAM demi terwujudnya stabilitas Negara.

Rabu, 24 November 2010

KESENIAN SISINGAAN SUBANG SIMBOL KEKUASAAN PARTAI POLITIK

Kesenian Sisingaan Kabupaten Subang sudah menjadi budaya masyarakat subang asli. Kesenian ini adalah sebagai suatu simbol ungkapan perlawanan politik terhadap kekuasaan penjajah pada saat itu. Dengan patung singa yang ditunggangi oleh anak kecil merupakan inti dari simbol perlawanan rakyat Subang terhadap penjajah.
Singa disimbolkan sebagai bangsa Penjajah atau bangsa Barat yaitu Inggris, Belanda dan sekutunya yang suatu saat akan dapat dikalahkan oleh generasi muda rakyat subang atau generasi selanjutnya yang disimbolkan anak kecil menunggangi singa tersebut. Akan tetapi dalam pembahasan kali ini bukan untuk membahas mengenai ilmu simbol tersebut, melainkan pakaian yang dikenakan oleh para pemain kesenian Sisingaan yang ada di Kabupaten Subang.
Pada Masa Orde Baru kesenian sisingaan ini identik dengan warna kuning sebagai mana pakaian yang dikenakan pada pemain kesenian sisingaan dibawah ini:



Itu berarti kekuasaan berada di salah satu partai yaitu Partai Golkar (Golongan Karya). Akan tetapi setelah Orde Baru tumbang dari kekuasaannya dan beralih kepada orde Reformasi serentak perlahan tapi pasti warna pakaian yang dikenakan oleh para pemain kesenian tersebut berubah menjadi warna merah sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini:



Pada saat ini tercatat bahwa kekuasaan partai PDI-P mendominasi kekuasaan perpolitikan di Kabupaten Subang, hal tersebut juga menandakan bahwa karakteristik masyarakat yang ada di Kabupaten Subah masih Feodal dan dapat dikendalikan dengan mudah oleh pemimpin politik yang ada di Kabupaten Subang. Kuncinya adalah pemimpin pemerintahan harus dapat memegang kendali para kepala desa yang ada di kabupaten Subang maka semua masyarakat yang ada di Kabupaten Subang akan dengan mudah menuruti dan dikendalikan kekuasaan politik yang ada di Kabupaten Subang.

SEJARAH KIM (KELOMPOK INFORMASI MASYARAKAT) GOTONG ROYONG DESA PADAMULYA




KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) Gotong Royong merupakan KIM yang dimiliki oleh masyarakat Desa Padamulya. KIM ini didirikan atas dasar inisiatif masyarakat Desa Padamulya yang bertujuan untuk memberikan seluas-luasnya informasi kepada seluruh lapisan masyarakat baik dalam maupun luar desa. KIM Gotong Royong Desa Padamulya berdiri pada tanggal 11 Maret 2010 atas dasar keinginan masyarakat desa Padamulya yang bekerjasama dengan Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Subang.
Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) ini diberi nama KIM "Gotong Royong" yang berarti diutamakan kerjasama yang kuat bersama-sama masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan sebuah pembangunan baik dibidang informasi, komunikasi, maupun dibidang-bidang lainnya seperti bidang sosial, politik dan ekonomi.
KIM Gotong Royong merupakan organisasi swadaya masyarakat yang independen akan tetapi pada praktiknya ada campurtangan dari pemerintah hanya sebatas sebagai fasilitator saja, KIM Gotong Royong ini diharapkan dapat menampung berbagai aspirasi masyarakat untuk memfasilitasi masyarakat sebagai salah satu media publik yang berfungsi untuk memberikan dan menyiarkan suatu berita atau informasi sebagai literatur yang dapat dibaca atau dinikmati oleh berbagai kalangan khususnya penentu kebijakan.

Dengan adanya KIM Gotong Royong berarti akan adanya sebuah wadah yang menjebatani antara penentu kebijakan dengan masyarakat, antara masyarakat dan orang-orang yang memiliki kepentingan dibidang ekonomi dan sosial.
Desa Padamulya sendiri merupakan desa agraris yang sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani. Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang memiliki areal lahan sawah terluas ketiga di Jawa Barat setelah Indramayu dan Karawang, sekaligus merupakan penyumbang / kontributor produksi padi terbesar ketiga di Jawa Barat. Luas lahan sawah pada tahun 2008 tercatat seluas 84.167 hektar atau sekitar 41,71% dari total luas wilayah Kabupaten Subang.

Sebagai penyandang predikat sebagai salah satu lumbung padi nasional, Kabupaten Subang pada tahun 2008 menyumbangkan produksi padi yang mencapai 1.047.586 ton terhadap stok padi nasional. Produksi padi tersebut dihasilkan dari lahan basah 1.040.166 ton dan sisanya dari ladang. Sedangkan varietas padi yang banyak ditanam di antaranya veriatas Ciherang, Cimelati dan Cigeulis. Sentra produksi padi di Kabupaten Subang terdapat di Kecamatan Binong, Pusakanagara, Ciasem, Pamanukan, Patokbeusi dan Blanakan.

Tingkat pendidikan yang sangat rendah menjadi faktor utama didirikannya KIM
Oleh karena itu kedudukan KIM Gotong Royong sangat berperan penting dalam hal pembangunan Desa Padamulya agar potensi dan permaslahan di desa Padamulya bisa tereksplor dan menjadi bahan pertimbangan semua pihak khususnya penentu kebijakan agar bersama-sama dapat mewujudkan pembangunan desa secara berkesinambungan. Karena Desa Maju maka Kabupaten pun akan maju.

Adapun sekretariat KIM Gotong Royong Desa Padamulya adalah sebagai Berikut:
Dsn.Cipacar RT.07/04 Ds. Padamulya Kec. Cipunagara Kab. Subang 41257

Rabu, 06 Oktober 2010

Baraya

Baraya
Pembuatan Bibit
Alat dan Bahan
•Serbuk gergaji
•Biji milet
•apur (CaCO3)
•Gypsum (CaSO4)
•Bekatul
•Baglog polipropilen atau plastik
•Botol
•Ayakan
•Kapas
•Pralon
•Kertas minyak, koran atau aluminium foil
Cara Pembuatan
1. Campur serbuk gergaji dengan milet 42% dan dicuci hingga bersih
2. Rebus selama 30 menit mengunakan pressure cooker
3. Tiriskan kemudian tambahkan kapur 1%, gypsum 1% dan bekatul 15%. Kadar air diusahakan mencapai 40 – 60 % dengan menambahan air dan pH 7.
4. Bahan kemudian dimasukkan dalam baglog polipropilen atau botol. Per botol diisi 50 – 60% media kemudian ditutup dengan kapas dibalut kertas/aluminium foil.
5. Sterilkan dalam autoclave 1210C selama 2 jam. (jika direbus lakukan selama 8 jam)
6. Inokulasi secara aseptis dengan bibit dari biakan murni.
7. Inkubasi selama 15 – 231 hari pada suhu ruang dengan pengocokan setiap hari agar miselia jamur tumbuh merata. Dan tidak menggumpal.
8. Bibit siap ditanam pada media produksi.

Senin, 03 Mei 2010

SEJARAH PERADABAN TIMUR INDIA KUNO

SITEM KEMASYARAKATAN INDIA KUNO, STUDI KASUS: SISTEM KEMASRAKATAN PADA MASA DINASTI GUPTA


2.1. Peradaban Pada Masa India Kuno
A. Gambaran Umum Peradaban India Kuno
Sebelum kepada pembahasan kami terlebih dahulu akan memberikan peta sejarah pada masa India Kuno dibawah ini;

Sumber: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/map-of-ancient-india.html
India sebagaimana kita ketahui bersama, memiliki bukti sejarah peradaban yang sangat luhur dengan ditemukannya bukti peradaban tersebut di dua kota Indus yaitu Mohenjo Daro dan Harappa, yang berusian 1000 tahun sebelum datangnya bangsa Arya ke India. Peradaban ini muncul karena kondisi alam yang cukup eksrtim merupakan sebuah aset yang dapat memunculkan sebuah peradaban baru.
The story of Indus valley civilization, also known as Harappa civilization, is a story of a people intricately tied to their environment. . The geography of India is one of great extremes, encompassing desert, mountains, forest, and jungle. All of these environments are susceptible to unpredictable periods of flood, drought, and monsoon. Although India may bear some of the most extreme geological and climatic features, these difficult conditions were also a great asset to the development of its early civilizations. http://www.mnsu.edu/emuseum/prehistory/india/
Nama penduduk asli bangsa India ini adalah Drapida yang memiliki kulit lebih gelap jika dibandingkan dengan bangsa Arya, bangsa Arya jauh tertinggal oleh bangsa Drapida saat itu berdasarkan peradabannya. Namun jauh sebelum itu, ternyata peradaban bangsa India sudah dimulai dengan kehidupan di daerah Mehgrah menurut J.M. Kenoyer bahwa:

www.harappa.com
Mehgarh is located 125 miles west of the Indus valley, and provides the earliest evidence of village level within the Indus Valley. The initial site is quite small and exhibits evidence of crop farming, with produce such as Asiatic wheat. The site also shows use of domestic goats and extensive trade with the west. Traded goods included turquoise, copper, and cotton from as far away as Arabia. By 5,000 BC the dwellings of the Mehgarh went from simple semi-permanent housing to mud brick, and then large permanent housing. The economy was largely dependent upon trade. Such trends, specifically emphasizing trade, continued well into 4,000 BC when the culture clearly identified as Harappan became evident. www.harappa.com

Bukti peninggalan kehidupan di Mehgrarh ini telah ditemukan oleh J.M Kenoyer pada tahun 1992 sesudah ditemukannya sebuah kota besar yaitu Mahenjodaro dan Harappa. Sebuah perkampungan yang mata pencaharian masyarakatnya berdasarkan bertani atau bercocok tanam, tanaman yang dibudidayakan adalah jenis gandum Asia dan banyak pula barang dagangan dan kerajinan yang dihasilkan (sistem peralatan) dari bahan tembaga dan pairus. Adapun bukti arkeologi pemukimannya adalah sebagai berikut:

Sisa Peninggalan Desa Mehgarh
Sumber: www.harappa.com

Mehgarh terletak 125 mil disebelah barat lembah Indus, dan merupakan bukti awal peradaban tingkat desa di Lembah Indus. Situs kecil ini cukup membuktikan tentang aktivitas pertanian, yang menghasilkan gandum Asia. Situs ini juga menunjukkan adanya peternakan kambing dan sudah melakukan perdagangan yang luas dengan peradaban lainnya. Barang yang diperdagangkan diantaranya pirus, tembaga, dan kapas bersama peradaban Arab. Dari tahun 5.000 SM bentuk bangunan Mehgarh merupakan rumah semi permanen sederhana yang terbuat dari batu merah, dan ada pula perumahan permanen besar. Perekonomiannya sebagian besar tergantung pada aktivitas perdagangan. Ketika tahun 4000 SM diperkirakan munculnya kehidupan bangsa Harappa akan tetapi belum mencapai puncak peradaban.
From the humble, but rapidly advancing beginning of the Mehgarh, came the eventual arrival of the early Harappan. The early Harappan evidenced very densely packed villages and village centers, all with extensive irrigation systems, and much the same subsistence pattern as the Mehgarh. The early Harappan people planted a wide variety of crops, including barley, and wheat, and did so according to the predictable cycles of the Indus River. The farmers of the Indus would plant their crops as the floods receded between June and September, and by early Spring harvested them. The result of the Harappan civilizations emphasis on agriculture and irrigation lead to a plethora of irrigation systems around which human settlements were built. The settlements along the river were susceptible to periods of violent flooding. n such cases, stone walls were erected as flood barriers. Ironically,these flood barriers eventually became the city walls of some settlements. www.harappa.com
Menurut analisis dari J.M. Kenoyer, Mehgarh merupakan cikal-bakal peradaban Harappa yang memperluas lahan pertaniannya samapai pada pinggiran lebah sungai Indus. Masyarakat Mehrarh mendirikan saluran irigasi dari lembah sungai Indus sampai kepada lahan pertaniannya untuk dapat mengairi ladangnya pada saat kekeringan tiba diantara bulan Juni sampai September, namun jika musim banjir tiba irigasi tersebut diperbesar sebagai dinding penghalang sungai Indus meluap, pada akhirnya bendungan tersebut dijadikan tembok kota dan dijadikan pemukiman untuk Kota Harappa yang mencapai puncak peradabannya pada tahun 3000-1500 SM.
Kota Harappa dan Mahenjodaro ditemukan oleh para arkeolog di lembah sungai Indus pada tahun 1922. Peradaban tersebut di perkirakan berangka tahun 3000-2500 SM sampai sekitar 1500 SM. Suatu bentuk tatanan kota yang sangat modern pada zamannya, dinding yang terbuat dari batu bata merah dengan memiliki atap yang datar, rumah-rumah tersebut memiliki sistem tata kota yang sangat baik dimuali dari kamar dagang sampai kepada kamar mandi.
Jalan-jalan atau saluran untuk sistem drainase yang saling terhubung antar rumah. Kehidupan masyarakat yang sangat teratur banyak laki-laki yang memakai jubah warna-warni dan kaum perempuan banyak yang mengenakan perhiasan emas dan batu mulia, ada pun makanannya terdiri dari roti gandum, beras dan barley atau semacam ketan. Dalam hal teknologi pertanian sudah berkembang, untuk mengolah tanahnya mereka menggunakan domba, babi dan zebus (sejenis sapi), dan kerbau. Masyarakat Harappa gemar menangkap ikan dengan menggunakan kail ikan.
Di pusat kota terdapat ruangan yang besar yang dijadikan tempat untuk penyimpanan makanan bahkan dijadikan sebagai panggung pertunjukan bercinta atau berpesta dengan tari-tarian dan menyanyi. Selain dari itu mereka pun unggul dalam pengolahan bahan yang terbuat dari logam. Sisa-sisa seperti kolam renang diperkirakan sebagai tempat bersuci dari sistem kepercayaan yang mereka anut. Adapula kamar-kamar kecil untuk mandi seorang penguasa atau orang penting dalam merias dan memanjakan diri. Pada kota tersebut juga terdapat gerobak kecil yang diduga digunakan oleh anak-anak untuk bermain.
The Harappans were excellent craftsmen and skilled potters, weavers and metal workers who produced exquisite pieces etc. For transportation people used wooden carts with wheels and ships and boats to carry out trade with other civilizations. Pictographic seals are found in Indus Valley sites and Mesopotamia proving links of trade between the two places. http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ancient-india-art.html
Masyarakat Harappa memiliki skill yang baik terutama keterampilan dalam membuat tembikar, penenun dan pengolah logam menjadi sesuatu yang sangat indah serta banyak juga hasil kerajinan yang lainnya. Untuk transportasi mereka menggunakan gerobak kayu yang didorong menggunakan binatang dan sudah beriteraksi dengan peradaban lain dalam melakukan perdagangan antar peradaban. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya piktografik perdagangan yang ditemukan di dua tempat yaitu di lembah sungai Indus dan di Mesopotamia yang melakukan perdagangan antar dua tempat.
Pada zaman Vedic dari tahun 1500-1000 SM mulai berdatangan bangsa Arya dari laut Kaspia dan Iran yang menetap di India. Sekitar tahun 1000 SM dua paham agama Hindu dilahirkan yaitu Mahabharata dan Ramayana yang dibawakan bangsa Arya sebagai alat perang, kepercayaan sekaligus sebagai alat untuk mengatur sistem kemasyarakatan. Pada masa sebelumnya kepala suku disebut dengan istilah Gana. Gana adalah gelar yang diberikan secara turun-temurun berdasarkan klan dari ayah. Bangsa Arya sudah mengenal berkumpul untuk bermusyawarah yaitu, dengan istilah Yagma. The life centered on a community fire place called Yagna where people used to meet and share their life together. Yagma sebenarnya sebuah api unggun yang dijadikan dan digunakan sebagai media undangan kepada masyarakat bangsa Arya untuk berkumpul dan bermusyawarah selain dari itu Yagma tersebut juga sebagai syarat dari upacara dan makan daging dan sayuran bersama antara Gana (kepala suku) dengan masyarakatnya.
Bangsa Arya adalah bangsa yang pertama kali memperkenalkan kendaraan kereta kuda di India kepada bangsa lainnya yang hidup bersama di lembah sungai Indus, kebiasaan mereka adalah berjudi dan berperang, dalam segi kepercayaannya pun mereka memiliki banyak dewa dan dewi. Pada periode inilah yang kemudian diperkenalkan sistem kasta berdasarkan pada Vama system atau kitab yang mereka pakai sehingga lahirlah empat kasta tersebut yaitu Brahmana, Kesatria, Waisya dan Shudra. Sehingga dalam hal ini terjadilah konsep mobilitas horizontal yaitu mobilitas sosial dimana seorang yang lahir tersebut tidak mengalami perubahan kasta baik itu secara naik atau turun (vertikal) akan tetapi tergantung dari kasta mana ia lahir dan tidak bisa diubahnya (horizontal).
B. Stratifikasi Sosial di India Kuno
Masa purba India diketahui dari berbagai studi arkheologis yang dilakukan oleh para sarjana Barat maupun yang juga dilakukan oleh para sarjana India sendiri. Studi tertua ialah membawa kita ke India di masa Inter glasial II, sekitar 400.000 hingga 200.000 SM, berdasarkan temuan berupa jenis perbatuan pada lapisan tanah di kawasan India. Ungkapan mengenai sejarah manusia di kawasan itu barulah terlihat ketika ditemukan sejumlah peninggalan purba di lembah Indus. Para ahli kemudian menyebutnya peradaban lembah Indus yang terkenal juga dengan nama peradaban Harappa dan Mohenjodaro yang telah berkembang sekitar 2300 SM.
Sekitar tahun 1400 SM, bangsa Arya menyerbu Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaibar. Bangsa Arya berasal dari dataran tinggi Iran (Parsi). Mereka sampai di daerah Punjab atau daerah aliran lima sungai dengan mengendarai kuda dan kereta. Bangsa Arya membawa ajaran agama Weda. Isinya tentang pemujaan dewa-dewa yang merupakan penjelmaan kekuatan alam. Misalnya Surya (Dewa Matahari), Soma (Dewa Bulan), Agni (Dewa Api), Indra (Dewa Hujan), dan Yama (Dewa Maut). Untuk memuja para dewa itu, orang mengadakan upacara sesaji. Kepercayaan bangsa Arya kemudian bercampur dengan kepercayaan bangsa Dravida. Hasil percampuran itu dikenal sebagai agama Hindu.
Agama Hindu mengenal Dewa Trimurti sebagai dewa tertinggi. Dewa Trimurti adalah Brahma atau pencipta alam semesta, Wisnu atau dewa pemelihara alam semesta, dan Siwa atau dewa perusak alam semesta. Kitab suci agama Hindu ada 4 yaitu Regweda, Samaweda, Yajurweda dan Atharwaweda.
Menurut kitab Weda, segala perbuatan manusia di dunia mempunyai akibat pada kehidupannya yang akan datang. Mereka percaya bahwa sesudah mati manusia akan menjelma kembali sesuai dengan dharma atau perbuatannya. Kalau manusia berbuat jahat dalam hidupnya, ia akan menjelma menjadi hewan. Selain kitab agama, ada juga kitab yang menceritakan kepahlawanan bangsa Arya, seperti kitab Mahabrata, Ramayana, dan Bhagawat Gita.
Menurut agama Hindu, manusia harus menjalani catur asrama, yaitu brahmacari atau hidup sebagai murid, gerhasta atau hidup berkeluarga, wanaprastha atau hidup bertapa di hutan, dan sanyasia atau hidup meninggalkan keduniawian sampai mencapai moksa (surga).
Bangsa Arya merasa dirinya lebih tinggi daripada bangsa Dravida. Untuk menjaga kemurnian darahnya, mereka menciptakan sistem kasta (warna) dalam masyarakat. sebagaimana dikemukakan oleh T.S.G. Mulya, (1952: 20) bahwa:
Corak kehidupan masyarakat Hindu dibedakan atas empat kasta atau kelas yaitu dari kasta yang paling tinggi sampai kasta yang rendah, sebagai berikut :Kasta Brahmana : terdiri atas para pemimpin agama atau pendeta. Kasta Ksatria : terdiri atas para bangsawan, raja dan keturunannya serta prajurit pemerintahan. Kasta Waisya : terdiri atas para pengusaha dan pedagang. Kasta Sudra : terdiri atas para petani, pekerja kasar.dan dari ke empat tingkatan kasta diatas Masih terdapat kelompok yang paling rendah, yakni Paria yang terdiri atas orang-orang gelandangan,
Sistem Kasta di India masih Mengendalikan masyarakat. Sistem kasta Hindu merupakan bentuk rumit dan kaku dari stratifikasi sosial di dunia ini. Sistem ini kemungkinan juga merupakan fenomena sosial yang paling sedikit dimengerti dalam ilmu sosial. Kasta disini seringkali mirip dengan “klan” jenis kolektif yan lebih lama yang mengasumsikan sebuah fungsi dari asosiasi. Di India, sebenarnya ada lima kasta (satu kelompok sering kali disebut sebagai kelompok yang tidak memiliki kasta) yang berkembang, namun seiring dengan adanya doktrin tradisional yang sering disebut dengan kasta hanya empat yakni Kasta Brahmana (Pendeta), Ksatrya (keluarga raja dan pemimpin kerajaan), Waisya terdiri dari golongan pedagang dan Kasta Sudra yakni para petani, sedangkan Kasta yang tidak memiliki “Kasta” dinamakan dengan sebutan Hariyan. Kasta Sudra memiliki tempat rendah dan dianggap sebagai kasta yang kotor oleh golongan kasta yang ada diatasnya. Dalam Weda, konsep sebenarnya tidak ada, ini hanya merupakan sebuah akal-akalan atau siasat dari kaum Brahmana (kaum terpelajar dan hanya yang diijinkan waktu itu untuk membaca kitab suci atau mendapatkan pendidikan) untuk mempresentasikan dirinya sebagai kasta tertinggi, sedangkan sisanya memiliki kasta yang lebih atau agak dekat dengannya.
Kemunculan kelas kasta ini sebagai bentuk kolaborasi antar pendeta (rohaniawan) yang dalam hal ini sebagai kelas yang dominan dengan tuan tanah (mencengkramkan feodalisme) untuk mengembangkan kultur hemogeni sistem kasta yang diselenggarakan dari ajaran Weda, Kitab Suci Agama Hindu. Hegemoni budaya (ideologi yang dominan) ini meenggaris bawahi bahwa tipa-tipa orang dalam masyarakat dilahirkan pada kedudukan (status), struktur sosial dan kasta tertentu sehingga sangat tabu bagi masyarakat untuk melakukan perkawinan antar kasta karena hal tersebut dianggap sebagai hal yang melanggar aturan, norma dan dinilai sebagai perkawinan kotor atau najis. Sehingga ada kecenderungan terjadi eksploitasi oleh kelas dominan (pendeta) terhadap kelas yang lebih rendah, begitu seterusnya.
Gould menyatakan masyarakat yang umum mengembangkan sistem stratifikasi sosial yang menyerupai kasta adalah masyarakat yang agraris. Masyarakat kasta memiliki ciri-ciri penting sebagai berikut:
1) Tingkat perubahan teknologi relatif lambat;
2) Strata sosial, yang umumnya adalah Ksatrya (prajurit) atau Brahmana (pendeta), memiliki pengaruh atau kekuasaan yang besar;
3) Heterogenitas kultural, sosial atau rasial.
Sistem kasta ini tidak hanya pada bidang-bidang sosial saja, melainkan juga pada bidang-bidang lain terutama ekonomi. Seperti penelitiannya Joan Mecher , penguasaan kasta ternyata pada tingkatan ekonomi, dimana kelas kasta memberi legitimasi kaum penguasa tanah (yang didukung oleh rohaniawan Hindu-merupakan kasta tertinggi di India) merugikan kelas petani yang berkasta lebih rendah. Kasta Heriyan menderita dua kerugian utama yakni, eksploitasi ekonomi dan identitas yang terhina. Hukum-hukum yang melarang praktek eksploitasi ekonomi dan penghinaan identitas tidak memiliki sebuah kekuatan untuk menghalangi praktek-praktek ini. Para Brahmana dari kasta atas memiliki kewenangan untuk memberikan sanksi kepada kasta yang ada dibawahnya, jika kasta yang dibawahnya mereka anggap melanggar aturan-aturan tradisional masyarakat India.
2.2. Sejarah Munculnya Dinasti Gupta
Asal mula dari dinasti Gupta ini kurang jelas dari mana asalnya, karena banyak perdebatan diantara kalangan sejarawan dunia mengenai asal mula dinasti Gupta, namun dari semua itu ada ada dua sistesa yang menjelaskan asal mula dinasti ini diantaranya yaitu:
1. Salah satu keluarga raja pada kekaisaran Maurya India yaitu bahwa terdapat catatan dari seorang pencatat sejarah India yang bernama Sunga dan ada pula catatan dari dinasti Satavahana bahwa pada saat kekaisaran Maurya dalam kekuasaan Kushana berkuasa banyak pejabat yang menyandang gelar nama keluarga Gupta, namun hubungan dengan raja tidak begitu dekat dan tidak termasuk dalam klannya.
2. Berasal dari golongan atau kaum Dharana Gotra yaitu, sebuah golongan atau keluarga yang memiliki tanah dan kekayaan yang besar sehingga memungkinkan klan tersebut memiliki kekuatan dari dua lini yang sangat strategis yaitu kekuatan ekonomi dan politik yang dapat berpengaruh dalam kekuasaan wilayah tersebut.
Klan Gotra ini berasal dari wilayah Magadha, Bihar. Adapun letaknya adalah sebagai berikut:
Magadha, Bihar ini terletak di sebelah timur wilayah India dibatasi oleh sungai gangga di sebelah utara dan distrik Varanasi di bagian barat Hiranyaparvata atau Monghyr di sebelah timur, dan oleh Kirana Supavana atau Singhbhum di sebelah selatan.

Mengenai controversial mengenai asal-usul dinasti Gupta seorang Candragupta juga ditegaskan oleh Su’ud (____:199) bahwa:
Candragupta yang kemudian mendirikan dinasti Gupta inipun, berasal dari asal-usul yang tidak diketahui dengan pasti. Konon dia seorang petualang dari kalangan masyarakat rendah, namun berhasil mengawini seorang puteri raja bernama Kumala Dewi, berasal dari suku Licchiavi yang termasyur dari Vaisali. Suku bangsa tersebut pernah berkuasa di India Utara, namun tenggelam oleh dinasti Maurya.
Wilayah ini merupakan wilayah sebagai pusat kebudayaan pada saat itu, beberapa suku bangsa banyak yang menetap dan berinteraksi diwilayah ini dan kekuasaan pun berpindah-pindah antar suku bangsa yang berada diwilayah tersebut. Adapun raja dari beberapa dinasti yang sempat menduduki wilayah ini bahwa:
The kings who ruled Magadha in the 7th century BC were enterprising. It was the seat of the Brihadratha dynasty, Pradyota dynasty, Shishunaga dynasty, Nanda Dynasty , Maurya Empire , Shunga Dynasty , Kanva Dynasty and the Gupta dynasty. http://www.indianetzone.com/5/gupta_dynasty.htm

Raja-raja yang pernah memerintah pada abad 7 SM berasal dari dinasti Brihadratha, dinasti Pradyota, dinasti Shishunaga, Nanda Dinasti , dinasti Maurya ,Dinasti Shunga, Kanva Dinasti dan yang terakhir Dinasti Gupta. Dinasti Gupta sendiri berhasil menguasai Magadha ini atas dasar perkawinan Canragupta dengan putri Licchavi penguasa lokal Magadha 320-319 SM. Setelah menikahinya kemudian Candragupta melebarkan sayapnya dan melegitimasi dirinya dengan nama “maharajadhiraja`` (Raja segala Raja Besar). Dalam melakukan pemerintahannya Candragupta selalu membawa anaknya yang bernama Ssamuderagupta hasil perkawinan dengan putrid Licchavi, dalam segala kebijakannya Samuderagupta dilibatkan dan diberi misi untuk menyatukan (unifikasi) India khusunya wilayah bekas Maurya yang wilayahnya berada diantara Sungai narmada sampai Sungai Brahmaputra, dan berhasil dilakukan oleh anak dari Samuderagupta yaitu Chandragupta II.
Dalam hal invasi kekuasaan dinasti ini sangat unik, seorang raja dalam sistem kemasyarakatanya ikut serta dalam berperang bersama dengan Jenderal-Jenderal perangnya pada saat dilakukan, sehingga pada saat perang Jendral dengan Raja memiliki kedudukan yang sama dalam mempertimbangkan kebijakan perang. Dalam hal ini menurut analisis kami Gupta bisa maju dan mencapai puncak kejayaannya dikarenakan ia berinteraksi dengan berbagai klan dan dinasti lain yang berada di Maghada.

Gambar: wilayah kekuasaan Gupta
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kemaharajaan_Gupta
Kerajaan Gupta didirikan oleh Raja Candragupta I (320-330 M) dengan pusatnya di lembah Sungai Gangga. Kerajaan Gupta mencapai masa yang paling gemilang ketika Raja Samudra Gupta (cucu Candragupta I) berkuasa. Ia menetap di kota Ayodhia sebagai ibu kota kerajaannya. Kerajaan Gupta ini lahir Setelah jatuhnya Kekaisaran Maurya pada 185 SM, India melewati periode kekacauan politik dan pembagian kekuasaan.
Pada 320 SM penguasa baru yang dikenal sebagai Chandragupta mengambil alih wilayah Timur Utara India didaerah Magadha yang kemudian mendirikan dinasti Gupta. Samuderagupta kemudia menaklukan wilayah-wilayah kerajaan yang dulunya pernah dikuasai oleh Maurya. Pada masa kekuasaan Kushana yang mengalami kekacauan politik, serta berdirinya beberapa wilayah kekuasaan yang sebagian besar ingin berdiri secara independen. Dan kemudian dari sinilah Gupta berhasil mempersatukan wilayah kekuasaan pada masa Maurya tersebut dan mendirikan dinasti.
Raja Samudragupta digantikan oleh anaknya yang bernama Candragupta II (375-415 M). Candragupta II terkenal sebagai Wikramaditiya. Pada masa pemerintahan Candragupta II terkenal seorang pujangga yang bernama Kalidasa dengan karangannya berjudul Syakuntala.
2.3. Sistem Kemasyarakatan India Kuno Pada Masa Dinasti Gupta
1. Kedudukan Wanita pada masa Gupta:
Perempuan memegang posisi yang sangat penting dalam masyarakat India kuno, posisinya lebih unggul jika dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan ada sebuah sastra yang dikisahkan bahwa:

There are literary evidences to suggest that woman power destroyed kingdoms and mighty rulers.Elango Adigal's Sillapathigaram mentioned that Madurai the capital of Pandyas was burnt when Pandyan ruler Nedunchezhiyan killed a woman's husband by mistake. Veda Vyasa's Mahabharata tells the story of fall of Kauravas because they humiliated queen Draupadi.Valmiki's Ramyana is also about the wiping away of Ravana when he abducted and tried to marry Sita forcibly. www.thisismyindia.com
Ada seorang raja dari kerajaan Elango Adigal’s Sillapathigaram diwilayah Madurai dengan ibukota Pandyas, dibakar ketika Nedunchezhiyan penguasa Pandyas karena kesalahan membunuh suami wanita itu. Dalam kisah inilah yang kemudian munculnya konsep adanya dewi yang bukan hanya dewa untuk menegakan sebuah keadilan di dunia. Sebagai contoh dikisahkan pada kitab Veda dan Mahabharata bahwa kisah jatuhnya Kauravas karena ratu mereka dihina Draupadi. Kisah cinta Ramyana tentang menceritakan Rahwana ketika ia menculik dan mencoba untuk menikahi Sita secara paksa.
Dewi di masa kuno diciptakan untuk menanamkan rasa hormat terhadap wanita. Dimana tuhan itu adalah setengah wanita yang sangat dipuja. Pada masyarakat dinasti Gupta, perempuan diizinkan untuk memiliki beberapa suami walaupun sudah janda bisa menikah lagi. Dan mereka juga dapat menceraikan suami mereka jika sudah merasa tidak cocok lagi. Selain dari itu kaum perempuan pada massa dinasti Gupta, in the Vedic society women participated in religious ceremonies and tribal assemblies (sabha and vidata). There is no evidence of seclusion of women from domestic and social affairs but they were dependent on their male relations throughout their lives yaitu perempuan juga berperan aktif dalam upacara keagamaan dan juga tidak ada istilah pengasingan atau pengucilan terhadap kaum perempuan dimanapun ia berada, dan merupakan tanggung jawab seorang laki-laki atau suami mereka. Akan tetapi berbeda dengan periode sebelumnnya yaitu pada masa dinasti Maurya yang sangat merendahkan kedudukan perempuan pada saat lahir pun mereka menganggapnya sebagai perusak nama baik atau disebut aib bagi keluarga yang memiliki anak perempuan. Namun pada masa dinasti Gupta perempuan mendapatkan kedudukan yang sangat mulia dan terbalik dari yang sebelumnya. Dan hal ini kemudian dilanjutkan pada masa Asoka dengan berupaya meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan. Dan pada setelah Asoka perempuan kemudian dikucilkan kembali dengan diberikan tanda untuk janda menggunakan cadar warna merah dan ikut dibakar bersama suami mereka dan jika tidak abu dari suami mereka harus dibuang ke sungai gangga. Jadi pada masa dinasti Gupta, wanita menikmati kebebasan lebih dari pada dinasti sebelumnya, mereka diajar untuk membaca dan menulis. Beberapa wanita menjadi filsuf. Mereka juga bekerja sebagai bidan (perempuan dilatih untuk melahirkan) dalam upacara keagamaan dan pernikahan perempuan atau ibu mengatur setiap pernikahan secara turun temurun. Seorang ayah berusaha untuk membangun sebuah mahar yang menarik untuk putrinya kepada seseorang yang akan menikahinya. Jadi perempuan memberikan mahar kepada laki-laki yang akan menikahinya.


2. Stratifikasi Sosial Gupta
Adapun tingkat stratifikasi sosialnya, dalam klan Dharana Gotra ini terbagi dalam beberapa garis keturunan diantaranya:
• Brahmin Gotras
• Vysya Gotras
• Dhangar Gotras
• Jats
• Tulu/Malyalees

Gotra berasal dari bahasa sangsekerta yang artinya “sinar” tugasnya sebagai tenaga administrasi Negara. Jadi dapat disimpulkan bahwa Dhangar Gotras atau Dharana Gotra ini termasuk kasta waisya atau atau salah satu kaum borjuis pada masa itu yang memiliki banyak tanah dan kekayaan yang melimpah. Yang kemudian membentuk sebuah sistem kasta yang terbagi dalam lima stratifikasi sosial sebagaimana dicantumkan diatas.

3. Sistem kasta
Bangsa Arya merasa dirinya lebih tinggi daripada bangsa Dravida. Untuk menjaga kemurnian darahnya, mereka menciptakan sistem kasta (warna) dalam masyarakat.
Ada empat kasta (catur warna) di India, yaitu
1. Kasta Brahmana (golongan pendeta, kasta tertinggi),
2. Kasta Ksatria (golongan bangsawan dan prajurit),
3. Kasta Waisya (golongan pedagang dan buruh), dan
4. Kasta Sudra (golongan petani dan buruh kasar).
Ada golongan yang paling rendah derajatnya, yaitu golongan budak yang disebut kasta Paria atau Candala.
Brahmana adalah seorang imam, memiliki kedudukan yang tertinggi dari empat sistem kasta utama yang bertanggung jawab untuk memimpin peribadatan keagama serta belajar dan mengajar Veda. Kshatriyas adalah kasta yang paling dihormati oleh kedua pertempuran. Mereka adalah pelindung dan pejuang. Vaishyas adalah pedagang, pengrajin, dan petani. Mereka adalah orang-orang yang khusus atau memiliki beberapa pengetahuan profesional. Shudra adalah sebagian besar masyarakat. Mereka dialokasikan dan diharapkan memiliki peran dalam masyarakat adalah sebagai buruh.
GM. Syed menulis dalam bukunya, The Sindhudesh bahwa "sebagian besar mereka (bangsa Arya) keyakinannya dibuat atas dasar Weda, kemudian." Pertama-tama mereka menyebut diri mereka Brahmana, Weda dan Hindu Dharam. Syed juga mengklaim bahwa agama seperti Buddha, Jainisme, Zoroastrianisme, Yunani dan Persia diresmikan oleh bangsa Arya. Pada awalnya, bangsa Arya makan daging, tapi kemudian mereka berhenti membunuh dan memakan hewan. Sebaliknya, mereka terus makan sayuran dan biji-bijian. Mereka meningkatkan sosial dan kekuatan militer dengan melakukan penjinakan gajah dan kuda untuk bepergian dan peperangan. Mereka mulai membangun kota-kota dan menciptakan hukum baru dan kondisi untuk tinggal di kota-kota. Selama waktu pemerintahan Mahatma Mahavir bangsa Arya mulai meninggalkan sikap agresif, ganas, cinta perang dan mulai merubah sikapnya menjadi cinta damai.
4. Sistem perkawinan:
Wanita dapat memilih suami mereka melalui perkawinan disebut jenis Sayembara, Women could choose their husbands through a type of marriage called Swayamvara, dimana beberapa orang calon pengantin pria berkumpul di rumah seorang pengantin wanita, dan wanita berhak memilih salah satu dari pengantin pria tersebut yang akan dijadikan calon suaminya. Hal ini dapat ditemukan dalam kitab Ramayana dan Mahabharata, dilakukan sampai pada kelas yang tertinggi dalam kasta yang ada di India.
Perkawinan di dalam masyarakat India struktur sosial dan kasta menjadi sebuah keharusan untuk tidak melakukan perkawinan antar kasta karena hal tersebut dianggap sebagai hal yang melanggar aturan, norma dan dinilai sebagai perkawinan kotor atau najis. Tradisi di India, lamaran dilakukan dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki.
Pada masa dinasti Gupta dalam hal memperluas kekuasaannya, selain dengan kekuatan militer dengan membentuknya dewan jenderal yang sangat berpengaruh dalam perluasan kerajaan, kerajaan Gupta juga melakukan sistem perkawinan politik dalam upaya perluasaan kekuasaannya bersama penguasa-penguasa lokal, agar tidak terjadi peperangan.
individual rulers as striking as the two great Mauryan rulers, but they had perhaps had greater. The new dynasty produced several significant generals, able to conquer regional states through central and western India. Gupta rulers often preferred to negotiate with local princes and Gupta intermarry with their families, which expanded influence without constant fighting. http://www.indianetzone.com/5/gupta_dynasty.htm
Dalam sistem patrilineal, gotra adalah orang yang gotra atau se-ayah. Arti harfiah dari Gotra adalah "sapi-pena" atau "sapi-gudang" di rigvedic kuno Sanskerta . Adapun istilah sinar ini dapat dijelaskan bahwa klan ini khususnya kaum brahmana bertugas menjaga sinar untuk kepentingan umat, namun jika sinar itu pada maka akan mati pula seluruh umat manusia yang ada di dunia. Sistem kasta Gota ini sama seperti sistem kasta hindu di India pada umumnya karena kasta ini berlaku pada saat orang tersebut lahir.
Ada dua pula sistem perkawinan dalam Gotra, perkawinan dalam gotra disebut “sagotra”:
1. Cula Gotra
Adalah perkawina secara patrilineal yaitu, pernikahan dengan keluarga gotra sendiri jika se-ayah. Misalnya paman dengan keponakan dalam sistem perkawinan ini melarang jika perkawinan dilakukan diluar dari klan gotra yang berbeda
2. Cult Clan
Adalah perkawinan secara matrilineal yaitu, perkawinan antar Gotra atau membolehkan perkawinan dilakukan dengan luar Gotra.

5. Pakaian
Pakaian khas India kuno adalah pakaian yang terbuat dari selembar kain yang dikaitkan kepada bagian tubuh baik itu laki-laki maupun perempuan. Pada masa ini jarum sudah ada untuk mengikatkan antara kain yang satu dengan selembar kain yang lainnya untuk pakaian, ada berbagai maca lilitan, untuk perempuan dinamakan lilitas sari sedangkan untuk laki-laki dikatakan lilitan sorban.
Keduanya laki-laki dan perempuan mengenakan ornament untuk mempercantik pakaiannya tersebut. Ornamen tersebut sebagian besar terbuat dari terakota atau kerang manik-manik dirangkai sampai kepada penggunaan logam. Perhiasannya tersebut seperti kalung, gelang dan anting-anting yang umum dll. Lihatlah gambar di bawah ini:



Perhiasan India Kuno Pakaian India Kuno
Sumber: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ancient-india-clothing.html

Penggunaan kosmetik juga sudah dilakukan oleh kaum perempuan di masa India Kuno ini, misalnya; ekstrak dari tanaman seperti Mehendi yang digunakan untuk menghias telapak tangan dan penggunaan bunga sebagai ornamen untuk memberikan warna atau rona kecantikan terhadap wajah wanita seperti bunga Kohl dan sindoor.
6. Pendidikan
Pendidikan menempati urutan yang pertama dalam pembahasan ini, pada sub bab ini akan dipaparkan secara khusus. Pendidikan di masa India kuno menjadi sebuah keharusan dan menempati skala prioritas. “India has a rich tradition of learning and education right from the antiquity. These were handed over generations to generations either through oral or written medium”. Dalam kegiatan pembelajarannya pendidikan diberikan dari generasi ke generasi dilakukan dengan dua cara yaitu melalui media lisan dan media tulisan. Kitab Veda yang sudah ada semenjak 2000 tahun yang lalu menjadikan sebuah kitab utama dalam proses pendidikan di India yang diwariskan secara turun-temurun.
Isi dari kitab ini adalah sebuah pendekatan belajar adalah untuk mempelajari logika dan epistemology. Studi tentang logika tersebut yang kemudian diikuti oleh Hindu, Buddha dan Jain, salah satu topik yang paling penting dari pikiran India pramana atau sarana pengetahuan yang dapat diandalkan. Sekolah-sekolah Nyaya didirikan untuk memahami kata-kata dari kitab Veda seperti mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sekolah Vedanta didirikan untuk mempelajari sistem pemerintahan. Kegiatan ini dilakukan pula di rumah seorang Brahmana sebagai gurunya, syarat utamanya seorang murid harus mengakui sebagai petapa miskin dalam artian ia tidak boleh sombong dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Pelajaran pertama yang diajarkan kepada siswa adalah kinerja Sandhya dan juga membaca gayatri. Fasilitas asrama atau tempat bertapa dijadikan tempat pembangunan mental siswa yang diperhatkan secara terus-menerus oleh guru dan isntruktur pribadi. Tujuannya dalah untuk mengembangkan kepribadian murid berdasarkan bawaan dan bakat yang ia miliki. Jadi subjek utama pendidikan adalah pikiran itu sendiri.
Sebagaimana yang mereka anut dalam teori India kuno bahwa; According to the ancient Indian theory of education, the training of the mind and the process of thinking, are essential for the acquisition of knowledge. Dalam teori pendidikan India kuno proses berfikir untuk melatih fikiran merupakan hal yang paling pertama dalam menggali semua pengetahuan. Sehingga dari proses berfikir tersebut murid dapat mendidik dirinya sendiri untuk mencapai pertumbuhan mentalnya sendiri. Dalam konsep pendidikan di India kuno dibagi menjadi tiga bagian bahwa:
Education was reduced to the three simple processes of Sravana, Manana and Niddhyaasana. Sravana was listening to the truths as they fell from the lips of the teacher. Knowledge was technically called Sruti or what was heard by the ear and not what was seen in writing. The second process of knowledge called Manana implies that the pupil has to think out for himself the meaning of the lessons imparted to him orally by his teacher so that they may be assimilate fully. The third step known as Nidhyasana means complete comprehension by the pupil of the truth that is taught so that he may live the truth and not merely explain it by word. www.thisismyindia.com

1. Sravana adalah mereka mendengarkan kebenaran dari bibir guru. Metode ini disebut Sruti atau apa yang terdengar oleh telinga dan apa yang terlihat secara tertulis.
2. Manana, adalah pengetahuan yang menugaskan seorang murid tersebut harus berpikir sendiri dalam mencari arti dari sebuah pelajaran yang telah disampaikan kepadanya secara lisan oleh gurunya sehingga mereka dapat mengasimilasi sepenuhnya.
3. Nidhyasana berarti pemahaman lengkap oleh murid yaitu sebuah kebenaran yang diajarkan sehingga ia dapat mengaplikasikannya dalam hidup dan tidak hanya menjelaskan dengan kata-kata saja.
Dalam tahapan ini kemudia terdapat pula tahapan berikutnya yang disebut Upanayana yaitu, dimana seorang murid tidak membutuhkan seorang guru, orang tua untuk membimbingnya adapun yang akan membimbingnya adalah alamnya, hal inilah yang kemudian dikenal dengan konsep Dvijya yaitu, sebuah kelahiran kedua karena sudah memasuki rumah baru yaitu alam dimana tempat ia belajar dan tinggal dan sudah harus dapat meninggalkan rumah dan gurunya.
Selain sekolah regular di India kuno juga dikenal ada sekolah studi penelitian pengetahuan, dimana disebutkan dalam kitab Rig-Veda bahwa sekolah ini sering disebutkan dengan sekolah diskusi yaitu, seorang brahmana berdiskusi dengan seorang raja dan kalangan masyarakat sarjana pedesaan yang kemudian para sarjana tersebut melakukan hal yang sama di desa tempat ia tinggal dan dimanapun tempat yang telah dilaluinya.
Peninggalan universitas Nalanda Kuno These Academics were called parisads, there is a reference to the Pancala parisad in the Upanishads, in whose proceedings even kings participated, learning was also prompted by discussions at public meetings which were a regular of rural life, and were addressed by wandering scholars known as Carakas, These scholars toured the country to deliver public discourses and invite discussion. www.thisismyindia.com

Para akademisi ini biasanya disebut parisads dan para sarjana ini biasanya dikenal dengan istilah Carakas yang tugasnya berkeliling ke seluruh bagian wilayah negara untuk mengundang dan mengajak masyarakat berdiskusi. “In these deliberations at the highest level, a lady- philosopher named Gargi was a prominent participant beside men like Uddalaka Arni”. Diriwayatkan dalam kitab tersebut bahwa ada seorang wanita yang memiliki kemampuan filsafat yang cukup tinggi dan terkenal pada zamannya yang bernama Gargi. Gargi adalah peserta yang menonjol di samping itu ada wanita lainnya seperti Uddalaka Arni. Sehingga jelas, pada masa Gupta ini wanita-wanita pada masa itu mengakui pengetahuan tertinggi dan tidak menderita dan cacat dalam hal untuk mendapatkan pendidikan, yang menandakan adanya kesetaraan antara kedua jenis kelamin dalam mengajukan pengetahuan.
Kebijakan ini sebenarnya dilakukan atas dasar pelatihan yang dirasakan oleh Candragupta pada masa sebelumnya. Beliau selalu berhubungan dan berdiskusi dengan orang-orang Taxila yang bernama Panini yang kemudian oleh Candragupta dijadikan seorang menteri Brahmana pada saat dia naik tahta. Dalam bidang kedokteran juga sudah dikembangkan dengan mengangkatnya seorang menteri kedokteran yang bernama Charaka. Taxilia dan Ujjain kemudian dijadikan tempat belajar pada masa dinasti Gupta, adapun ilmu yang mereka pelajari adalah kedokteran, matematika dan ilmu astronomi. Dari dua universitas tersebut terkenal juga dua universitas lainnya yaitu Nalanda dan Vikramashila. Pada masa ini yang lebih penting adalah diaman seorang guru tidak dibayar oleh siswa dengan uang akan tetapi dibayar dengan pengabdian seorang siswa kepada gurunya. Dari keempat universitas tersebut menurut catatan Hiuen-Tsang, “Every facility existed for studying various kinds of subjects in the University. There were three great libraries as per Tibetan records. Nalanda attracted students not only from different parts of India but also from Tibet and China”. Nalanda adalah salah satu universitas terbaik yang mahasiswanya bukan hanya dari belahan India saja, melainkan ada juga yang berasal dari Tibet dan Cina yang berdatangan ke perpustakaannya.
Menurut Hiuen-Tsang bahwa “Over 10,000 students including teachers lived and studied at the university. They came from various parts of the world apart from India,Central Asia, China and Korea”. Lebih dari 10.000 siswa termasuk guru tinggal dan belajar di universitas ini. Mereka datang dari berbagai bagian dunia yang terpisah dari India, Asia Tengah, Cina dan Korea. Meskipun Nalanda merupakan basis Budha akan tetapi kitab yang dikoleksinya kebanyakan kitab Hindu, jurusan filasafat dan kedokteran memiliki tempat favorit bagi mahasiswa dimasa itu karena menuntut logika dan dibutuhkan oleh banyak masyarakat. dalam hal pembelajarannya guru dengan siswa terlihat akrab dan tidak adanya skat antara keduannya dengan dialog menentukan gagasan mengenai pemikiran diantara mereka untuk diseleksi untuk menjadi pengganti guru yang terdapat di Nalanda. Adapun murid berilian yang dijadikan guru melalui seleksi tersebut yang disebutkan dalam catatan Hiuen-Tsang bahwa:
Proses Berfikir seorang murid

The university had also succession of brilliant teachers. Dharmapala was a Tamil noble from Kanchi in the south. Janamitra come from another country. Silabhadra, the saintly guru of Hiuen-Tsang, came from Assam and he was a converted Brahmin. http://www.thisismyindia.com/ancient_india /ancient-india-education.html

Sebuah prestasi besar kemudian mereka melakukan peremajaan terhadap faham budha yang pada akhirnya berubah menjadi sebuah agama yang tersebar ke berbagai belahan dunia. Menurut catatan Tibet juga pada saat suksesi kerajaan Tibet ada seorang biarawan Nalanda yang belajar dan mengajar di negara mereka. Hal serupa juga diketahui ada seorang biara yang bernama Sudhakara Simha pergi ke Cina dan bekerja di sana untuk menterjemahkan kitab dalam teks-teks Buddhis kedalam bahasa Cina. Jadi dari sinilah kita dapat menemukan bahwa faham budha dalam perkembangannya menjadi sebuah agama baru dilakukan oleh murid yang menjadi seorang guru yang berasal dari biarawan universitas Nalanda. Dengan menyebarkan misi ke berbagai daerah dikarenakan murid atau mahasiswa yang belajar di Nalanda bukan hanya mahasiswa diberbagai penjuru India saja melainkan terdapat pula diluar India seperti Cina, Tibet, Asia Tengah dan Korea.

2.4. Dinasti Gupta Mencapai Puncak Peradaban Pada Masa India Kuno
Dalam pembahasan ini muncul, mengapa Dinasti Gupta dapat dikatakan masa dimana peradaban India mencapai puncak kejayaannya? Ada beberapa prestasi yang dihasilkan pada masa ini adalah sebagai berikut:
a) Dalam ilmu astronomi bernama Aryabhata, seorang Matematikawan India secara akurat dapat menghitung konstanta langit seperti rotasi bumi per orbit matahari, hari per surya orbit, hari per orbit lunar.
b) Menentukan rentan waktu astronomi bernama Brahma, selain orang-orang dari peradaban Maya, Hindu kuno sudah dapat berfikir jauh beribu-ribu tahun kedepan. Susastra Hindu sudah merujuk kepada skala waktu yang bervariasi dari waktu bumi pada siang hari dan malam hari dan subuah perkiraan ilmiah umur bumi beberapa milyar tahun ke depan.
c) Teori penciptaan alam semesta ini, bahwa karena waktu itu sendiri dunia diciptakan tanpa awal dan akhir
d) Bumi berjalan mengitari matahari oleh Aryabhata yang skeptic terhadap doktrin yang ada mengenai anggapan bahwa matahari berjalan mengelilingi bumi adan pada akhirnya ia dapat berbicara mengenai bumi yang mengelilingi matahari.Dan lain sebagainya
Akan tetapi yang lebih penting dari semua ini adalah bagaimana sebuah perubahan kebijakan yang terjadi dalam sistem sosial yang dilakukan oleh Dinasti Gupta dapat menciptakan sebuah tatanan kehidupan sosial yang sama-sama mendapatkan kesempatan kepada laki-laki maupun perempuan dalam mendapatkan hak untuk pendidikan. Sehingga dapat memunculkan pemahaman ilmu dan pengetahuan baru yang berkembang dalam menunjang terciptanya sebuah peradaban.

3.1. Kesimpulan
Arnold Toynbee (1889-1975) adalah seorang sejarawan Inggris, ia pendukung teori siklus lahir,-tumbuh-mandek-hancur. Seperti halnya Khaldun yang dikenal sebagai ‘jenius arab’, Toynbee melihat bahwa proses lahir-tumbuh-mandek-hancur suatu kehidupan sosial, lebih ditekankan pada masyarakat atau peradaban sebagai unit studinya yang lebih luas dan komprehensif dari pada studi terhadap suatu bangsa atau periode tertentu. Peradaban lembah sungai Indus merupakan sebuah bahan kajian yang dapat dikaji dalam bukunya Toynbee yang berjudul A Study of History yang terbit dala, 12 Jilid, setebal ±10.000 halaman yang pokok pikirannya dituangkan dalam teorinya Challenge and Response (tantangan dan tanggapan).
Dinasti Gupta adalah salah satu penguasa yang berhasil mempersatukan India Utara dengan India Selatan pada masa India Kuno, keberhasilan itu tidak terlepas dari sistem kemasyarakatan yang sangat demokratis dan peran dari seorang cendikiawan yang belajar di berbagai universitas yang ada di India. Selain dari menciptakan dan menemukan ilmu pengetahuan berdasarkan hasil pemikirannya sendiri juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain dari pada itu sebuah kebijakan seorang penguasa yang sangat berpengaruh dengan memberikan kesempatan kepada kaum wanita dalam mendapatkan hak yang sama bahkan lebih mulia dari pada laki-laki baik dalam sistem perkawinan, maupun dalam hal pendidikan yang pada masa sebelumnya seorang wanita selalu dikucilkan bahkan dianggap aib keluarga jika melahirkan seorang anak perempuan. Sehingga dengan berperannya kembali seorang perempuan dari sebuah sistem kemasyarakatan dapat menjadikan dinasti ini mencapai puncak peradabannya, khususnya pada masa pemerintahan Candragupta II dengan gelar Vikramaditya.


3.2. Saran
Pada dinasti Gupta seorang penguasa dapat merubah sebuah kebijakan, peraturan dan adat lama untuk dapat menjadikan masyarakatnya lebih sejahtera dan memiliki kesempatan dalam hak untuk mendapatkan pendidikan yang sama antara laki-laki dengan perempuan. sehingga dari kondisi sosial kemasyarakatan inilah yang dapat menunjang majunya sebuah kebudayaan dan mencapai pucak dari sebuah peradaban bangsa yang ada di India kuno.

DAFTAR PUSTAKA
BV . Giri, Saumi BV,. Giri Saumi. (2008). The Aryan Invasion [Online]. Tersedia: http://www.gosai.com/chaitanya/saranagati/html/vedic-upanisads/aryan-invasion.html [7 April 2010]
Frawley , Davis Frawley, Davis. (2008). The Myth of the Aryan Invasion of India [Online]. Tersedia: http://www.hindunet.org/hindu_history/ancient/aryan /aryan_frawley.html [07 April 2010]
Frawley , Davis Frawley, Davis. (2008). The Aryan-Dravidian Controversy [Online]. Tersedia: http://www.hindunet.org/hindu_history/ancient/aryan/aryan_ frawley_1.html [07 April 2010]
Hakim, Salman. (2010). Indus Valley Civilization The Beginnings and Origins of Indus Valley Civilization 2,000 BC Awal dan Asal Usul Peradaban Lembah Indus 2000 SM [Online]. Tersedia: http://www.mnsu.edu/emuseum/prehistory/india/
J.M. Kenoyer . (2010). Cultural Timeline and Elements of Indus Valley Civilization The Oldest Village, Mehgarh 6,000 BC [Online]. Tersedia: www.harappa.com
__________. (2010). The Early Harappan 4,000 BC to 3,000 BC [Online]. Tersedia: www.harappa.com
_________. (2010). The Arts, Technology and Trade of the Classical Harappan [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ancient-india-civilization.html [07 April 2010]
_________. (2010). Women Held Very Important Position In Ancient Indian Society [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ [07 April 2010].
_________. (2010). Arts in the Indus Valley Civilization [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ancient-india-art.html [08 April 2010]
_________. (2010). Ancient India Caste System [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ancient-india-caste-system.html [09 April 2010]
_________. (2010). Women in Ancient India [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/woman-in-ancient-india.html [10 April 2010]
_________. (2010). Ancient India Education [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia.com/ancient_india/ancient-india-education.html [10 April 2010]
__________. (2010). Ancient India Clothing [Online]. Tersedia: http://www.thisismyindia. com/ancient_india/ancient-india-clothing.html [12 april 2010]
Mulya, T.S.G. (1952). Sedjarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka.
Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Supardan, Dadang. (2008). Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumiaksara.
Su’ud, Abu. (_____). Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa di Asia Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Syed , GM. (2008). The Sindhudesh [Online]. Tersedia: http://www.sindhudesh. com/gmsyed/sindhudesh/saeen-book3-chap5.html [7 April 2010]

Senin, 01 Maret 2010

SEJARAH SINGKAT PIBUPI LPPM UPI

SEJARAH SINGKAT PIBUPI (PUSAT INKUBATOR BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA) LPPM UPI
Manusia adalah mahluk sosial, yang dalam kehidupnya tidak bisa sendiri oleh karena itu ia memerlukan kelompok. Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akanterlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak dijumpai kelompok-kelompok ini. Hamper pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar ataupun kecil adalah sangat kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, sering berjumpa, dan barangkali adanya kesamaan kesenangan bersama maka timbulah kedekatan satu sama lain. Mulailah mereka berkelompok dalam organisasi PIBUPI.
PIBUPI (Pusat Inkubator Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia) merupakan sebuah organisasi mahasiswa UPI yang didalamnya mencangkup kegiatan-kegiatan mentoring pendidikan bisnis yang bertujuan untuk membekali mahasiswa UPI yang memiliki jiwa wirausaha tinggi agar mereka siap dan mampu mandiri serta memiliki skill bukan hanya kemampuan untuk menjadi tenaga pendidikan tetapi juga menjadikan nilai plus bagi dirinya dalam melakukan kegiatan bisnis baik itu dalam sekala kecil maupun besar. Mahasiswa UPI diharapkan setelah ia memiliki ilmu pendidikan khususnya cara mengajar dan mendidik siswa ditambah lagi dengan ia memiliki ilmu bisnis mahasiswa tersebut bisa menjadi seorang lokomotif dimana pun ia berada agar senantiasa menjadi seorang mentor untuk masyarakat pada umumnya.
PIBUPI sendiri merupakan organisasi kecil dibawah LPPM UPI (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) yang dirintis oleh salah seorang mentor pendidikan bisnis yang bernama Muhammad Ridwan yang sudah berpengalaman dalam bidangnya khususnya dalam urusan KUKM (Kelompok Usaha Kecil Menengah) yang kini menjadi program andalan pemerintah dalam mendongkrak usaha ekonomi kecil dalam tataran masyarakat. Muhammad Ridwan juga di damping oleh salah satu dosen UPI dari Jurusan Pendidikan Sejarah yang bernama Lely Yulifar yang mengajarkan mahasiswa mengenai ilmu-ilmu sosial khususnya dalam bidang sosiologi dan antropologi pembangunan, dan anggotanya adalah mahasiswa dan mahasiswi yang benar-benar memiliki minat wirausaha yang tinggi serta peduli dengan pembangunan masyarakat.
PIBUPI merupakan wadah yang tepat dan mempersatukan mereka, disini terlihat bahwa adanya tujuan yang sama yang benar-benar mempersatukan mereka. LPPM sudah jelas merupakan lembaga didalam kampus UPI yang bertugas sebagai penyalur pengabdian pada masyarakat, Muhammad Ridwan memiliki kepedulian sosial yang tinggi dan memiliki jiwa bisnis yang sangat baik, Lely Yulifar sebagai dosen yang memiliki kemampuan motivasi yang baik karena sebagai pengajar ia juga memiliki tugas sebagai pendidik bagi mahasiswanya yang akan mencetak calon-calon guru agar memiliki mentalitas pembangunan serta mahasiswa UPI yang memiliki semangat belajar tinggi dan mempersiapkan diri untuk terjun langsung dan berperan aktif dalam pembangunan SDM dimana ia tinggal.
Tanggal 20 Januari 2010 tepatnya di LPPM UPI, dua inisiator ini yaitu Muhammad Ridwan dan Lely Yulifar menyampaikan gagasan kreatifnya kepada pimpinan LPPM UPI dan mendapatkan respon yang positif karena memiliki tujuan pembangunan untuk mahasiswa UPI dalam memberikan pendidikan keterampilan untuk dirinya dan masyarakatnya. Dengan diberikannya fasilitas ruangan organisasi yang cukup memadai untuk melakukan aktivitas kerja dan berdiskusi untuk mengembangkan organisasi tersebut agar menjadi organisasi yang besar dan sangat berkontribusi besar pula untuk membangun UPI menjadi Universitas Pelopor dan Unggul yang bukan hanya “selogan” saja. Tentunya dengan lahirnya sebuah organisasi ini yang berada dibawah LPPM merupakan sebuah organisasi pendidikan yang akan mencetak calon pendidik untuk menjadi seorang coach atau pelatih bagi dirinya sendiri dan masyarakat dalam bidang bisnis untuk mengembangkan perekonomian masyarakat dalam sekala kecil maupun menjadi seorang pelatih untuk perusahaan besar di masa yang akan datang.
Inkubator ini merupakan istilah yang dijadikan sebagai proses pendidiakn untuk calon pelatih bisnis, inkubator merupakan alat untuk menetaskan telur-telur ayam. Telur-telur itu diibaratkan sebagai mahasiswa UPI yang diinkubator (dilatih/diberikan pendidikan bisnis) baik itu di ruang kelas maupun di lapangan dengan cara menerjunkan mahasiswa untuk terlibat langsung dan mencari permasalahan serta data-data di lapangan tempat usaha masyarakat. Dengan pengalaman tersebut diharapkan menjadi bekal bagi mahasiswa untuk menjadi seorang pendidik yang professional baik dalam disiplin ilmu yang mereka kuasai dari hasil perkuliahan juga mendapatkan skill dalam mengajarkan atau melatih masyarakat untuk pembangunan ekonomi bisnis dari hasil pelatihan di PIBUPI.
Sampai saat ini PIBUPI mendapatkan respon positif dari LPPM maupun kalangan mahasiswa UPI sendiri karena memiliki sifat yang positif dalam membangun skill mahasiswa secara berkesinambungan, karena hal itu merupakan misi PIBUPI untuk melatih mahasiswa UPI dalam bidang bisnis secara continue yang bukan merupakan kegiatan “musiman”. Diharapkan pula organisasi PIBUPI ini mendapatkan respon baik dari pihak rektorat UPI sebagai program bantuan maupun DIKTI sebagai lembaga tinggi kampus dan negara.
Begitulah kurang lebihnya sejarah singkat dari berdirinya PIBUPI yang memang terlahir dari kepedulian dan niat yang tulus dari orang-orang yang memiliki jiwa peduli sosial yang tinggi dan semangat belajar yang tinggi dari mahasiswa dalam pembangunan pendidikan dan perekonomian bagi mahasiswa UPI dan masyarakat pada umumnya. Harapan kami semoga organisasi ini dilindungi oleh Yang Maha Kuasa serta dimudahkan dalam segala aktivitasnya. Terima kasih.

Selasa, 09 Februari 2010

SEJARAH KEBANGKITAN BANGSA-BANGSA ASIA (MALADEWA-INDONESIA)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu negara atau bangsa amat ditentukan oleh kemampuannya dalam mendiagnosis akar permasalahan dan potensi pembangunan yang dimilikinya, dan kemudian menggunakan seluruh potensi tersebut untuk mengatasi sejumlah permasalahan secara cerdas, cepat, dan tepat hal itu juga tidak terlepas dari menurut Hans J. Morgenthau tidak terlepas diantaranya dari unsur Letak Geografis dan Watak Nasional [karakter manusia] dalam suatu negara tersebut. Dari perspektif ekonomi misalnya, permasalahan yang dialami bangsa maladewa pada saat itu adalah ingin bangkitnya kembali Maladewa sebagai kawasan wisata bahari di Asia Selatan akibat dari bencana alam Gempa Bumi dan Tsunami pada tahun 2004 sehingga para akademisi-akademisi Maladewa mulai berpikir dengan mengadakan suatu kajian mengenai potensi yang mereka masih miliki. Maladewa adalah negara Asia bagian selatan yang terletak di samudera Hindia, berupa negara kepuluan dan memiliki potensi untuk menjadi negara yang maju dengan memanfaatkan sumber daya alam berupa atol-atol dan terumbu karang serta keindahan wisata bahari yang menjadi potensi Negara teresebut, begitu juga dengan Negara Indonesia yang memang seperti yang kita ketahui terkena pula imbasnya secara langsung di Kawasan Pulau Sumatera khususnya Aceh [NAD] dan pulau-pulau lainnya, yang menjadi permasalahan disini adalah Bagaimana cara dari kedua negara tersebut dalam memulihkan suatu kondisi geografis yang rusak akibat bencana alam agar kembali normal? Dan Mengapa hal itu dilakukan? Serta bagaimana hasilnya?
Dalam makalah ini juga saya bahas pula negara Indonesia yang memiliki keunikan yang sama dengan Maladewa dalam potensi sumber daya alam khususnya dalam sektor bahari, dengan dikaitkannya antara kemajuan sektor bahari di Maladewa dengan permasalahan yang terjadi di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah
Mengacu pada permasalahan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam makalah ini adalah Bagamana peran masyarakat dan pemerintahan Maladewa serta Indonesia dalam mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang negara tersebut miliki untuk kemajuan Negara dan meningkatkan investasi masyarakatnya? Agar dalam menguraikan permasalahan menjadi lebih terarah saya menggunakan ilmu bantu sejarah yaitu ilmu geografi maka kami membatasi permasalahan dalam bentuk pertanyaan, yaitu :
1. Bagamanakah peristiwa gempa dan tsunami samudera hindia itu berlangsung pada tahun 2004 yang berimbas kepada negara-negara di kawasan Asia?
2. Bagamanakah upaya pemerintahan Maladewa dapat bangkit pasca Tsunami tahun 2004-2005?
3. Bagamanakan upaya pemerintahan Indonesia dapat bangkit pasca Tsunami tahun 2004-2005?
4. Bagamanakah posisi potensi Indonesia dalam bidang letak geografis untuk kebangkitan nasional?

1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya maka tujuan dari permasalahan dalam makalah ini ialah untuk mengetahui dan menunjukan bagamana cara yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah Maladewa dalam mengoptimalkan potensi bahari untuk meningkatkan perekonomiannya. Adapun tujuan penulisan makalah ini dapat dirinci sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menunjukan letak geografis maladewa, pengertian dan potensi gempa dan tsunami dan imbas bencana tersebut kepada negara-negara di kawasan Asia.
2. Menjelaskan bagamana Maladewa menyayangi dan menjaga potensi bahari dalam kondisi geografis secara maksimal.
3. Untuk mengetahui potensi Indonesia yang memiliki kesamaan dengan Maladewa dalam potensi letak geografis yang strategis.
4. Untuk ikut serta membangun, memperbaiki dan menyumbangkan sebagai insan akademik dalam upaya perbaikan untuk umat dan bangsa Indonesia.

1.4. Metode Penulisan Makalah
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan menggunakan metode tinjauan pustaka baik dari buku sumber yang menurut kami terdapat kesesuaian dengan pembahasan dalam makalah ini maupun metode wawancara untuk proses heuristik dan kritik dan selanjutnya yaitu (1) penapsiran dan pengelompokan fakta-fakta dalam berbagai hubungan mereka yang dalam bahasa Jerman disebut Auffasung dan (2) formulasi dan presentasi hasil-hasilnya yang dalam bahasa Jerman disebut Darstellung dan (3) menentukan dari kritik dokumen-dokumen kepada penulisan teks yang sesungguhnya”. Carrard (Syamsudin, 2007: 155)
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sitematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
1.4. Metode Penulisan
1.5. Sistematika Penulisan

BAB 2 ANALISIS KEBANGKITAN NEGARA MALADEWA DAN INDONESIA PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SAMUDERA HINDIA 2004-2005 [PERSFEKTIF: HANS J. MORGENTHAU]
2.1. Pengertian Gempa Bumi, Tsunami dan Gambaran Umum Tentang Peristiwa Terjadinya Bencana Alam Gempa Tsunami Samudera Hindia 2004.
2.2. Kebangkitan Maladewa Pasca Bencana Gempa Bumi dan Tsunami 2004.
2.3. Kebangkitan Indonesia Pasca Bencana Gempa Bumi dan Tsunami 2004.
2.4. Dampak dan Rekomendasi.

BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- Gambar
- Kliping

BAB 2
ANALISIS KEBANGKITAN NEGARA MALADEWA DAN INDONESIA PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SAMUDERA HINDIA 2004-2005 [PERSFEKTIF: HANS J. MORGENTHAU]
2.1. Pengertian Gempa Bumi, Tsunami dan Gambaran Umum Tentang Peristiwa Terjadinya Bencana Alam Gempa Tsunami Samudera Hindia 2004 Melanda Bangsa-Bangsa Asia.
Mari kita perhatikan gambar di bawah ini:

Sumber Gambar: Australian Institute of Marine Science, 2006
Gambar diatas merupakan gambar pengindraan jarak jauh dalam ilmu geografi lebih dikenal dengan istilah SIG (Sistem Informasi Geografi) dengan menggunakan foto satelit, foto ini diambil ketika Gempa Bumi dan Tsunami berlangsung. Dalam foto tersebut terlihat wilayah kepulauan negara Maladewa dan Indonesia terkena imbas dari bencana alam tersebut yaitu bencana Gempa bumi dan Gelombang Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi secara mengejutkan dan merupakan hal baru bagi kebanyakan masyarakat yang terkena musibah tersebut di wilayah Samudera Hindia. Kejadian tersebut berlangsung tanpa peringatan pada hari dengan cuaca cerah; sehingga banyak masyarakat setempat dan wisatawan yang berada di pantai berjalan diatas rataan terumbu pada saat air laut menyurut agar dapat mengamati alam yang biasanya tersembunyi. Dalam beberapa menit saja, serangkaian gelombang kuat datang menyapu mereka dan menghempas daratan. Rangkaian tsunami tersebut mengakibatkan lebih dari 250.000 orang meninggal dunia atau hilang serta rusaknya infrastruktur dan sumberdaya pesisir. Dalam makalah ini, yang menjadi pusat perhatian saya adalah dampak yang menimpa sumber daya alam pesisir, terutama potensi geografis di negara Maladewa dan Indonesia, serta tanggapan yang dikeluarkan dunia internasional. Namun demikian, saya tidak dapat memungkiri bahwa dampak yang jauh lebih membekas terjadi pada kehidupan masyarakat wilayah setempat dan dunia.
Sesungguhnya tsunami bukan merupakan hal baru, karena terdapat sejarah panjang tentang tsunami dan gempa bumi yang pernah terjadi di Samudera Hindia. Sejarah ini tertanam secara mendalam pada cerita rakyat dan budaya masyarakat adat; yang berlari ke daratan tinggi sebelum gelombang-gelombang datang; sayangnya, masyarakat yang menjadi korban jiwa, tidak memiliki pengetahuan megenai dampak gempa bumi dan tsunami.
Kejadian tsunami mengejutkan berbagai institusi nasional, internasional, dan juga media, karena tidak pernah terjadi tsunami di negara-negara ini dalam catatan sejarah kurun waktu terakhir. Disamping itu, gempa berlangsung pada hari minggu pagi saat sebagian besar masyarakat dunia sedang memperingati hari raya Natal. Hal tersebut juga mengakibatkan berita-berita awal mengenai tsunami kurang menggambarkan dampak dan seluruh kerusakan yang terjadi, dan tertundanya kebanyakan respon baik nasional maupun internasional.
Gempa bumi 26 Desember 2004 di lepas barat laut Sumatra, Indonesia merupakan peristiwa seismic terbesar di bumi selama lebih dari 40 tahun terakhir. Gempa berasal dari 30 km di bawah dasar laut lepas pantai Sumatra dan memicu retakan pada segmen garis patahan antara Lempeng Hindia dan Eurasia sepanjang 1.300 km dan meluas sampai ke Kepulauan Andaman dan Nikobar. Energi yang dilepaskan setara dengan bom berkekuatan 11 giga ton, 1.500 kali lebih besar dari bom nuklir terbesar yang pernah diledakkan dan 100 kali lebih besar dari energi gempa bumi San Fransisco tahun 1906. Gempa di dasar laut ini memindahkan lebih dari 30 kilometer kubik air laut dan membuat tsunami yang paling menyengsarakan dalam sejarah; lebih dari 230.000 orang mati, dan lebih dari 1 juta orang telah terpindahkan di negara-negara yang terkena dampak tsunami di Asia Tenggara dan Asia Selatan serta Afrika Timur. Tsunami telah menyebabkan kerugian besar ekonomi di negara-negara Samudera Hindia, menyengsarakan industri primer dan sekunder, serta mengacaukan perekonomian pariwisata. Dampak peristiwa ini mendunia; tsunami diamati di seluruh samudera di dunia dan seluruh dunia terus ‘terkait’ dengan keterkejutan gempa bumi tersebut sampai berbulan-bulan. Bab ini memberikan ringkasan singkat tentang asal gempa bumi dan tsunami yang mengikutinya.
Detil teknis awal Gempa Bumi Dahsyat Sumatra - Andaman. Skala yang ada termasuk keseluruhan kegiatan 10 menit berikutnya, dimana gempa menuju arah barat laut sampai 1.300 km di utara Kepulauan Andaman (sumber www.earthquake.usgs.gov)

[gambar hal 20 buku utama]






A. Apakah Tsunami Itu?
Tsunami berasal dari kata dalam Bahasa Jepang – tsu, artinya pelabuhan dan nami, artinya gelombang yang sekarang digunakan di seluruh dunia untuk menyebut gelombang laut besar yang terjadi akibat perpindahan permukaan laut secara mendadak. Perpindahan air bisa disebabkan oleh gempa bawah laut, longsor, letusan gunung berapi, atau dampak hantaman meteor yang besar. Saat sejumlah besar lautan terpindahkan secara vertikal, gangguan menyebar luas dalam bentuk tsunami karena laut mencoba untuk kembali pada keseimbangan gravitasinya. Saat skala horisontal gangguan jauh lebih besar dibandingkan kedalaman air, seluruh kolom air dari permukaan sampai ke dasar laut bergerak koheren dalam arah horisontal. Biasanya, tsunami besar akan melintasi laut dalam sebagai gelombang kecil, bahkan sering kurang dari satu meter, tetapi kecepatannya 600 km/ jam atau lebih. Sehingga dapat melewati kapal tanpa diketahui, karena itu para nelayan Jepang menamainya tsunami untuk menggambarkan gelombang yang dapat menghancurkan rumah mereka di darat, tanpa dapat diketahui kedatangannya saat di laut. Saat tsunami mendekati perairan dangkal, gelombang melambat dan ukurannya meningkat secara dramatis, kadang mencapai ketinggian sepuluh meter.
Fisika tsunami adalah sama seperti gelombang perairan dangkal, karena memiliki periode yang panjang (waktu antara dua gelombang yang berurutan) dan panjang gelombang yang besar (jarak antara dua gelombang yang berurutan). Namun, mereka sangat berbeda dengan gelombang yang disebabkan oleh angin, yang merupakan gelombang normal di laut. Gelombang yang disebabkan oleh angin hanya mengakibatkan pergerakan air di dekat permukaan laut dengan periode 10 – 20 detik dan panjang gelombang 100 – 200 m pada umumnya. Secara kontras, tsunami melibatkan pergerakan air sampai ke dasar laut (kedalaman 3 – 4 kilometer di laut dalam) dengan periode 10 – 60 menit dan panjang gelombang 100 km atau lebih, berarti mereka melibatkan pergerakan massa air yang jauh lebih besar.
Kekuatan merusak timbul saat energi yang terkandung dalam gelombang berkedalaman ribuan meter, terkonsentrasi di perairan dangkal paparan benua dan terutama di estuaria dangkal.
Walaupun tsunami cukup besar untuk mempengaruhi keseluruhan cekungan laut, pada kenyataannya sangatlah jarang terjadi satu kali dalam satu generasi; tsunami besar hampir selalu menyebabkan kerusakan karena dapat mengangkat energi ke jarak yang jauh dengan kecepatan tinggi secara efisien. Tsunami adalah salah satu bencana alam yang menakutkan di dunia karena dapat berasal dari jauh, tak terlihat, dan dari sumber yang tak terasakan, sehingga dapat terjadi tanpa ada pertanda jelas. Beberapa tsunami di masa lampau telah menyebabkan kerugian jiwa dan properti. Sehingga, tsunami terkait erat dengan cerita rakyat dan diperkirakan menjadi penyebab utama kehancuran beberapa peradaban, seperti lenyapnya peradaban Minoan yang kemungkinan berhubungan dengan meletusnya Gunung Santorini dan menyebabkan tsunami sekitar tahun 1500 SM. Walaupun Samudera Pasifik memiliki frekuensi tsunami tertinggi diantara seluruh samudera di bumi, tsunami juga menyebabkan kerusakan berarti di Laut Mediterania dan Samudera Hindia serta Atlantik.

B. Tsunami Dan Zona Subduksi Gempa
Gempa bumi dan tsunami tanggal 26 Desember terjadi di sepanjang fitur khas di lempeng tektonik utama pada permukaan bumi yang disebut sebagai zona subduksi. Zona ini terbentuk akibat permukaan bumi yang terus bergerak, dimana lapisan terluar batuan yang disebut litosfer terbentuk dan terhancurkan. Lapisan terluar ini terdiri dari sejumlah lempengan kaku yang terbentuk di sepanjang jalur pertengahan samudera yang kemudian hancur di zona subduksi, dimana lempeng-lempeng tersebut bertumbukan dan saling tumpuk-menumpuk. Proses tumbukan dan hancurnya bagian lempeng-lempeng ini disebut subduksi, yang kemudian membentuk batasan lempeng baru tempat proses ini terjadi yang disebut zona subduksi.
Zona subduksi yang timbul saat gempa 26 Desember 2004, terbentuk akibat pergerakan lempeng Hindia dan Australia ke arah utara, yang terus bergerak sejak patahnya ‘benua-super’ Gondwana sekitar 50 sampai 150 juta tahun yang lalu. Karena lempengan-lempengan ini bergerak dengan kecepatan 6 sampai 7 sentimeter per tahun (serupa dengan pertumbuhan kuku jari), tepian litosfer samudera bergeser menuju ke bagian dalam bumi di bawah Lempeng Eurasia di sepanjang Busur Sunda (Sunda Arc). Busur ini terbentang dari Timor di sisi timurnya, terus ke selatan Indonesia sampai ke Kepulauan Andaman di barat laut. Walaupun pengukuran pergerakan permukaan tanah menunjukkan bahwa lempeng Hindia dan Australia merupakan satu kesatuan yang terpisah, batas diantara keduanya amat samar dan cenderung menyatu, sehingga tidak jelas lempeng mana yang meluncur ke dalam bagian utara Sumatra. Namun demikian, diketahui bahwa lempeng Hindia meluncur ke bawah Kepulauan Andaman dan Nikobar.
Struktur tektonik dari lempeng yang menindihnya juga rumit. Tidak hanya blok Sunda (sub-lempengan), dimana Sumatra terletak, terpisah dari lempeng Eurasia di bagian utara, tetapi juga tepi barat daya blok Sunda terpisah dari lempeng Hindia dan Australia oleh lempeng mikro yang sering disebut sebagai Lempeng Mikro Burma atau Potongan Andaman. Terlepas dari segala kerumitan ini, gempa bumi tersebut berasal dari gabungan tekanan 2 buah lempeng (seringkali disalahpahami sebagai ‘Lempeng Indo-Australia’) yang mensubduksi di bawah Sumatra.
Zona subduksi umumnya dicirikan oleh intensitas kegiatan geologi. Proses subduksi menarik lempeng yang tersubduksi dan lempeng yang menindihnya ke arah bawah di sepanjang sumbu zona subduksi sehingga menciptakan palung yang dalam. Palung ini merupakan bagian terdalam dari lautan, berkisar mulai kedalaman 4 km pada palung yang dangkal sampai kedalaman 10 km pada Palung Mariana di timur Phillipina. Elemen yang rapuh terseret ke bagian dalam bumi yang panas di zona subduksi dan melelehkan material sub-kerak di atas lempeng yang tersubduksi, dan seringkali mengarah pada pembentukan rantai gunung api aktif di lempeng yang menindih secara parallel terhadap sumbu zona subduksi. Krakatau adalah contoh sebuah gunung berapi diantara lebih dari 100 gunung berapi aktif di sepanjang nusantara Indonesia. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat gambar dibawah ini:

[gambar hal 22 buku utama]











Sumber Gambar: Ó dari Commonwealth of Australia, Geoscience Australia 2006

Saat ‘benua super’ Gondwana terpecah belah sekitar 150 juta tahun yang lalu, 2 lempeng tektonik besar Hindia dan Australia terpisah dan bergeser ke arah utara dengan kecepatan yang amat sangat lambat namun konsisten dan kuat. Mereka bergabung dengan benua super Eurasia, sehingga membentuk kondisi gempa bumi 26 Desember

Gunung-gunung berapi ini merupakan sumber utama tsunami. Sebelum tahun 2004, satu-satunya tsunami di Samudera Hindia yang terdokumentasi adalah saat letusan Krakatau tahun 1883. Tsunami ini menelan 36.000 korban di Indonesia dan menyebabkan kerusakan yang cukup nyata di sepanjang Samudera Hindia, termasuk Seychelles:
“Pukul 4:00 sore tanggal 27 Agustus, gelombang pasang tiba-tiba datang menyerbu dengan kecepatan 4 mil per jam, dan mencapai ketinggian sekitar 2,5 kaki di atas pasang tertinggi pada umumnya. Gelombang tertarik kembali setelah seperempat jam, meninggalkan kapal-kapal yang terdampar ke daratan. Gelombang kemudian kembali lagi, dan hal yang sama terjadi lagi, …” (H.W. Estridge, Pengutip Bea Cukai di Mahe, Seychelles, 1993).

Tsunami besar lainnya di Laut Arabia, Teluk Bengal, dan di Samudera Hindia antara Jawa dan Australia (lihat Tabel halaman 27), seperti juga tsunami tahun 2004, disebabkan oleh gempa bumi di zona subduksi.

[gambar hal 23 buku utama]











Sumber Gambar: copyright@ga.gov.au. 2006

Ketiga diagram ini mengilustrasikan runutan peristiwa gempa bumi akibat subduksi. Pada (a) lempeng tektonik di sebelah kiri mencoba untuk subduksi di bawah lempeng sebelah kanan. Namun, karena adanya kekuatan friksional, lempeng menyatu dengan lempeng atasnya selama beberapa waktu yang menyebabkan kedua lempeng terdeformasi, terutama lempeng bagian atas yang membengkok ke arah dua buah panah merah; saat ikatan friksi (garis bergelombang) terputus saat gempa bumi (b), lempeng di sebelah kanan terpental kembali ke posisi aslinya (panah merah kini berlawanan arah), sehingga memindahkan sejumlah besar volume air. Air yang dipindahkan ini kemudian menyebar ke segala arah sebagai tsunami (c).

C. Gempa Dahsyat Sumatra-Andaman Pada 26 Desember 2004
Gempa dahsyat ini memisahkan 1.300 km segmen mega sungkup Busur Sunda yang membentang dari Sumatra (kira-kira 3oLU) sampai Kepulauan Andaman (kira-kira 14oLU). Gempa dimulai di lepas barat laut Sumatra di dekat Pulau Simeulue pukul 7:59 pagi, saat pemisahan awal timbul jauh di dalam kerak bumi. Pergerakan sesar sampai pada titik maksimumnya di 15-20 meter dekat pucuk utara Sumatra saat pemisahan menjalar ke arah utara di sepanjang tepi lempeng pada kecepatan 2,4 kilometer per detik (8.640 kilometer per jam). Saat pemisahan menjalar ke arah utara menuju Kepulauan Andaman, ternyata kecepatannya berkurang dan pergerakan sesar pun berkurang, kira-kira 8 menit setelah pemisahan awal, pergerakan maksimum sesar sebesar 10 meter di Kepulauan Andaman. Keseluruhan proses pemisahan berlangsung selama sekitar 10 menit. Gempa pertama adalah gempa terbesar sejak gempa Alaska tahun 1964. Gempa menyebabkan guncangan hebat di Sumatra dan Kepulauan Nikobar, dan dapat dirasakan sampai berkilo-kilometer jauhnya di Sri Lanka, utara Thailand, dan Maladewa. Gempa juga menyebabkan gelombang seismik yang mengitari bumi berulang kali, dan menstimulasi getaran harmonis di seluruh bumi yang masih dapat dideteksi oleh peralatan seismometrik berbulan-bulan setelah gempa. Sejumlah gempa susulan masih terus terjadi di sepanjang dangkalan tepi lempeng yang terpisah karena gempa; ini merupakan kelompok gempa paling aktif yang pernah teramati.
Gempa menyebabkan pergerakan permanen yang meluas di permukaan bumi. Terdapat lebih dari 6 meter pergeseran horizontal di sebagian Kepulauan Andaman dan Nikobar, dan ada juga pengangkatan dan penyusupan: sisi barat terangkat sekitar 1 m (pengangkatan maksimum sebesar 1,5 m di Nikobar Besar), sementara sisi timur menyusup sejauh nilai yang sama, sehingga secara permanen menenggelamkan beberapa bagian kepulauan ini. Terdapat fakta visual yang luar biasa tentang perubahan ini: beberapa pantai terangkat, terumbu karang mencuat keluar dari air (lihat gambar di halaman berikutnya), dan hutan mangrove serta bangunan terangkat dan hancur. Pergerakan kecil bumi sebesar beberapa sentimeter, terdeteksi dari jarak ribuan kilometer dengan menggunakan observasi GPS.

[gambar hal 25]

Terdapat beberapa data kerusakan potensi geografis di negara-negara Asia yang disebabkan oleh Gempa dan Tsunami yang terlihat pada gambar:
1. Sisi barat laut Pulau Simeulue terangkat 1,5 m;
2. Ujung tenggara Kepulauan Nikobar turun sekitar 2 m, menggenangi Mercu Suar Campbell secara permanen di Pulau Nikobar Besar;
3. Pulau Car Nikobar bergeser lebih dari 6 m secara horizontal dari arah barat ke tenggara;
4. Pulau Langkawi di Malaysia terus meluncur ke arah barat daya sampai 80 hari setelah pergeseran cepat pertama, dan menjauhkannya 6 cm dari peluncuran awal; dan
5. Singapura bergeser 2 cm ke arah barat.


Gambar: Kepulauan Andaman dan Nikobar pada sebelum Tsunami berlangsung yang mengalami menyusutan air laut akibat gempa bumi [www.newscientist.com]

D. Tsunami Samudera Hindia 26 Desember 2004
Gempa Dahsyat Sumatra-Andaman menyebabkan dasar laut terangkat dan menyusup, menghasilkan pergeseran sekitar 30 kilometer kubik air laut secara langsung di atas sesaran. Ini menyebabkan gelombang yang menyebar ke seluruh penjuru Samudera Hindia dan dikenal sebagai Tsunami Samudera Hindia atau Boxing Day Tsunami.
Efek bencana tsunami hampir segera dirasakan di sepanjang pesisir barat laut Sumatra, terdekat dengan episentrum gempa. Tsunami datang dalam waktu 30 – 40 menit, dengan ketinggian melebihi 30 m. Seluruh desa diratakan dan hanya ada sedikit waktu untuk melarikan diri. Ketinggian tsunami juga dipengaruhi oleh kondisi geografis; gelombang yang memasuki teluk seringkali bertambah tingginya sebagaimana sisi teluk mengurangi pergerakan air sehingga memperbesar tinggi gelombang. Lebih jauh lagi, gelombang bertambah tinggi saat menjelajahi lembah sempit, dengan ketinggian gelombang 48 m tercatat di Indonesia. Gelombang setinggi 5 – 10 m menerjang Thailand dan Sri Lanka sekitar 1,5 – 2 jam setelah gempa. Karena adanya geometri dalam pergerakan dasar laut, dimana terjadi pengangkatan pada tepi barat lempengan yang telah terangkat dan kemudian menyusup di timur jauh, gelombang awal tsunami yang menuju ke timur menghasilkan peristiwa surut di laut, sementara gelombang awal yang menuju ke barat menghasilkan penggenangan. Sehingga, orang yang pertama kali melihat gelombang di Thailand mendapatkan pertanda yang jelas dengan adanya peristiwa surut mendadak di laut; di beberapa kasus banyak orang yang selamat saat menyadari pertanda ini dan mereka menyelamatkan diri. Namun demikian, tanda-tanda alam ini tidak dipahami, dan banyak orang menuju ke rataan terumbu. Gelombang berikutnya menelan banyak korban. Di Sri Lanka, efek pertama gelombang adalah berupa penggenangan, dan masyarakat hanya mendapatkan sedikit pertanda atau bahkan tidak sama sekali.
Walaupun tinggi tsunami yang menyebar ke seluruh Samudera Hindia tidak lebih dari 1 m (seperti yang terukur oleh radar satelit yang mengukur ketinggian laut di daerah tempat tsunami terjadi), tetap saja tingginya mencapai 1 – 2 meter saat memasuki perairan dangkal yang jauhnya ribuan kilometer dari gempa. Sebagai contoh, gelombang setinggi 1,5 m teramati di Afrika Selatan, 8.500 km dari tsunami. Energi yang dihasilkan tegak lurus dari garis sesar, lebih besar bila dibandingkan dengan yang mendatar; ini merupakan ciri umum gempa yang menghasilkan tsunami. Sehingga, sebagian besar energi tsunami dihasilkan dari arah timur-barat setelah Gempa Dahsyat Sumatra-Andaman, yang timbul di sepanjang garis sesar utara-selatan. Ini menjelaskan mengapa Thailand dan Sri Lanka terkena hantaman gelombang besar, dan Myanmar serta Bangladesh tidak.

Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 sangatlah luar biasa dimana gelombangnya menjelajahi seluruh dunia. Peta ini menunjukkan bahwa gelombang mengikuti jalur mid-samudera dibawah Samudera Hindia yang memecah di dinding es Antartika serta di sekitar Afrika Selatan dan di sepanjang Jalur Mid-Atlantik yang memecah di Rio de Janeiro (dicetak ulang seizin New Scientist, ©2005).
[gambar hal 29]

E. Belajar Sejarah Yang Memandang Ke Masa Depan
Gempa Sumatra-Andaman 26 Desember adalah gempa berukuran besar pertama yang tercatat sejak kehadiran instrumen seismik modern. Alat tersebut menghimpun data yang akan digunakan untuk mempelajari gempa dan struktur bagian dalam bumi bertahun-tahun ke depan. Tsunami tersebut merupakan yang pertama dicatat dan diselidiki dengan pengukur pasang berkualitas tinggi di seluruh dunia, serta satelit yang terus-menerus melewati tinggi gelombang di samudera terbuka. Lama setelah tsunami menerjang Samudera Hindia, para ilmuwan yang memantau tinggi permukaan laut dapat melihat gelombang menyebar menuju Samudera Atlantik dan Pasifik. Instrumen-instrumen tersebut mencatat lintasan tsunami sampai jauh ke utara di Kamchatka, Rusia di Samudera Pasifik, Nova Scotia, Kanada di Samudera Atlantik, dan sampai ke Antartika. Ini adalah tsunami pertama yang dipantau secara terusmenerus ke seluruh samudera, dan sekarang disebut serta diakui sebagai ‘tsunami global’ pertama.
Peristiwa bencana Desember 2004 bukanlah peristiwa terisolasi di Samudera Hindia saja. Lempenglempeng tektonik akan terus bergerak dan menekan lempeng lain, dan beberapa gempa serta tsunami akan terjadi di masa depan pada skala yang sama atau bahkan lebih. Tingkat kerusakan dari Gempa Dahsyat Sumatra-Andaman dan tsunami Samudera Hindia memanglah besar, dilihat dari skala gempa dan jumlah korban jiwa yang direnggutnya. Sebagaimana populasi manusia terus bertambah dan terus mengembangkan daerah pesisir dengan cara menebangi hutan di pesisir dan mereklamasi lahan, ancaman terhadap tsunami semakin meningkat, dan berpotensi untuk menghasilkan kerugian besar terhadap jiwa dan kerusakan properti. Mudah-mudahan saja, gempa dan segala hal yang terkait dengan tsunami akan menjadi peringatan bagi pemerintah dan lembaga internasional untuk menyediakan sistem peringatan dini yang lebih efektif dan mengadakan penilaian resiko bencana alam untuk memastikan desa-desa, kelurahan, dan kota tidak dibangun di daerah yang paling rentan serta jauh dari tepi perairan. Kerusakan yang disebabkan oleh tsunami juga menggarisbawahi kebutuhan akan perlindungan pelindung alami pesisir, yaitu mangrove dan terumbu karang. Terdapat beberapa bukti di beberapa bab berikut Gempa Bumi, Lempeng Tektonik, dan Tsunami Samudera Hindia menunjukkan bahwa mangrove meredam energi tsunami dan menyediakan naungan langsung terhadap populasi manusia dari puing yang terbawa oleh gelombang seperti pecahan kapal, dan mencegah orang terseret ke laut. Terdapat juga bukti yang serupa bahwa terumbu karang lepas pantai dapat mengurangi tekanan tsunami dan perlahan mengurangi kerusakan akibat gelombang.
Gempa Dahsyat Sumatra-Andaman dan Gempa Nias 28 Maret 2005 melepaskan akumulasi tekanan energi di sepanjang 1.500 km Busur Sunda-Andaman. Karena itu, kecenderungan gempa besar lain yang timbul di masa depan, di sepanjang bagian zona subduksi ini, adalah kecil. Namun, peristiwa gempagempa ini mungkin meningkatkan kecenderungan munculnya gempa besar lain baik di sebelah utara atau timur dari segmen ini. Zona subduksi sampai ke tenggara (dekat Sumatra tengah), menyebabkan gempa besar tahun 1833 dan sejak itu mengakumulasikan energi tekanan yang cukup signifikan. Walaupun struktur tektonik dan sejarah gempa dari perpanjangan Palung Andaman di daerah utara tidak cukup diketahui, gempa besar lain yang serupa tahun 1762 di sepanjang pesisir Arakan, Myanmar mungkin saja terjadi.
Usaha internasional yang lebih besar diperlukan untuk menyempurnakan pemahaman kita tentang ancaman bahaya tsunami serta untuk mengembangkan kapabilitas peringatan tsunami di Samudera Hindia sehubungan dengan penanganan yang lebih baik terhadap perkiraan gempa di masa depan. Tidak terdapat sistem peringatan dini di Samudera Hindia sebelum tsunami Desember. Keberadaan sistem yang efektif dapat menyelamatkan ribuan nyawa dengan menyediakan peringatan akan adanya tsunami sehingga tersedia waktu untuk mengevakuasi diri ke tempat yang lebih tinggi. Sebagai contoh, tsunami membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke Thailand dan Sri Lanka, dan lebih dari 4 jam untuk sampai ke Australia. Pada Konferensi Dunia tentang Pengurangan Resiko Bencana di awal 2005, Persatuan Bangsa-Bangsa mulai merencanakan untuk membangun sistem peringatan global untuk mengurangi ancaman bencana alam yang mematikan sebagaimana sejarah telah menunjukkan bahwa peristiwa serupa tidak dapat dihindari.

Lihatlah gambar dibawah ini:



Peta ini memperlihatkan zona-zona kegiatan seismik utama untuk gempa bumi dan gunung api yang dapat menyebabkan tsunami. Gempa bumi tanggal 26 Desember 2004 terjadi kira-kira di pertengahan garis patahan dari Timor di daerah timur hingga Kep. Nikobar di utara (dari Viacheslav Gusiakov).

2.2. Kebangkitan Maladewa Pasca Bencana Gempa Bumi dan Tsunami 2004.


Sumber Gambar: Australia Govermen (UNESCO) 2006 hal 116
Kemajuan suatu negara atau bangsa amat ditentukan oleh kemampuannya dalam mendiagnosis akar permasalahan dan potensi pembangunan yang dimilikinya, dan kemudian menggunakan seluruh potensi tersebut untuk mengatasi sejumlah permasalahan secara cerdas, cepat, dan tepat. Dari perspektif ekonomi misalnya, permasalahan yang dialami bangsa maladewa pada saat itu adalah ingin bangkitnya maladewa dari bangsa yang miskin sehingga para akademisi-akademisi maladewa mulai berpikir dengan mengadakan suatu kajian mengenai potensi yang mereka miliki. Seperti yang kita ketahui bahwa Maladewa merupakan negara kecil yang memiliki sekitar 1.191 pulau kecil-kecil yang `berserakan` di Samudra Hindia (dekat atau bawah India dan Srilangka), dengan penduduk sekitar 250 ribu jiwa. Pulaunya kecil-kecil tanpa penghuni, hanya lima pulau berpenghuni dan terbesar seluas dua kilometer persegi, di mana ibukota negara tersebut berada, yaitu Male.

Malé, ibu kota Maladewa, adalah salah satu pulau terpadat di dunia dengan lebih dari 80.000 orang tinggal dalam 2 kilometer persegi. Tsunami menggenangi beberapa bagian dari pulau dan merusak dinding laut penahan gelombang (sea wall), bangunan, dan kendaraan yang parkir di jalan (Foto dariHussein Zahir).
Gugusan pulau di Maladewa selain kecil-kecil, juga dangkal dengan hamparan pasir di pantainya dominan putih, sehingga flora dan fauna maupun terumbu karang sekitar pantainya tampak terlihat cukup jelas namun negara itu tidaklah subur dan sekaya dengan negara Indonesia namun karena potensi yang cukup jelas tersebut kemudian pengembangan sebagai kawasan wisata bahari dimulai sekitar tahun 1971-an, dengan dibuat `master plan` dengan sistem sewa. Investor menyewa dan boleh membangun fasilitas wisata di atas lautan sekitarnya, sementara daratannya yang mungil untuk fasilitas penunjang.
“Republik Maladewa adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kumpulan atol di Samudra Hindia. Maladewa terletak di sebelah selatan-barat daya India, sekitar 700 km sebelah barat daya Sri Lanka. Negara ini memiliki 26 atol yang terbagi menjadi 20 atol administratif dan 1 kota” www.wikipedia/maladewa.htm
Pulau disewa tersebut umumnya tidak berpenghuni dan yang telah dibangun fasilitas wisata sebanyak 86 pulau. Menurut sebuah surat kabar dalam situs internet http//www.gatra.com menjelaskan bahwa:
"Penghasilan negara kecil ini (devisa) setiap tahun sekitar 600 juta dolar AS, 70 persen merupakan peran pariwisata bahari ini secara langsung maupun tidak langsung, devisa dari kehadiran sekitar 600 ribu wisatawan yang didominasi oleh asing setiap tahun tersebut, untuk ukuran negara kecil seperti Maladewa nominalnya tergolong cukup besar”. http://www.gatra.com/2002-09-21/artikel.php?id=20759

A. Maladewa Bangkit Pasca Tsunami oleh Watak Nasional [Karakter Manusia] dan Kualitas Pemerintah.
Kira-kira 3 jam setelah gempa bumi 26 Desember 2004, dilaporkan gelombang setinggi 1 – 3 meter menyapu Maladewa. Tsunami menyebabkan naiknya air secara cepat melewati terumbu-terumbu dan kepulauan, bukan merupakan gelombang besar seperti yang terjadi di Thailand dan Sumatera. Genangan pertama adalah yang terbesar, berlangsung selama sekitar 20 menit sebelum akhirnya diikuti penyurutan air dalam jumlah besar. Kekuatan gelombang dan banjir menyebabkan kerusakan pada pulau berpenghuni ini, 80% dari 25 atol di Maladewa terletak hanya 1 meter di atas permukaan laut. Kurang lebih 69 dari 199 pulau berpenghuni mengalami kerusakan di sana-sini, sementara hampir sepertiga dari 300.000 penduduk kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, atau infrastruktur lokal lainnya. Kerugian total diperkirakan berkisar antara US$ 480 – 1.000 juta; nilai perkiraan berdasarkan catatan kerusakan pada infrastruktur, armada perikanan, harta pribadi, pariwisata, dan sedikit kerugian pada pertanian yang berarti besar bagi produksi lokal. Lebih dari 50% pendapatan kotor Maladewa berasal dari industri pariwisata terumbu karang dan kepulauan, dan 12% berasal dari perikanan karang. Terdapat keprihatinan bahwa tsunami semakin memperparah kondisi terumbu karang yang telah menurun akibat adanya fenomena pemutihan karang di tahun 1998.
Tsunami telah menghancurkan masyarakat Maladewa yang keseluruhannya merupakan masyarakat pesisir. Banjir telah menyebabkan padamnya listrik, gangguan pasokan air bersih, kerusakan pada pelabuhan dan dermaga, erosi daerah pesisir, dan penetrasi air laut ke dalam tanah yang menyebabkan hancurnya pertanian. Gelombang tsunami juga menyebabkan rusaknya sistem pembuangan yang mengarah pada kontaminasi cadangan air tanah, pasir dan laut di sekeliling kepulauan. Terumbu karang menjadi rusak akibat terkena hantaman puing infrastruktur yang tersapu ke laut. Kebanyakan masalah-masalah ini telah ada sebelum tsunami. Namun tsunami telah memaksakan adanya kebutuhan untuk menyelesaikan masalah yang berkenaan dengan pemanfaatan terumbu karang secara tak berkelanjutan dan lemahnya pengelolaan daerah pesisir. Tsunami juga menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan adanya system peringatan dini yang efektif dan rencana penanggulangan bencana yang proaktif. Pariwisata sangat bergantung pada kesehatan terumbu karang, sehingga beberapa hotel telah membantu pemerintah dalam membangun dan mengelola daerah perlindungan laut (MPA) untuk konservasi terumbu karang. Sejumlah besar usaha perikanan beroperasi di daerah terumbu karang: ikan segar seperti tuna ditangkap di laguna terumbu karang sedangkan ikan karang diambil untuk dikonsumsi turis dan diekspor, terutama kerapu untuk perdagangan ikan segar. Selain itu, teripang, hiu (bagian siripnya), dan ikan hias diambil untuk diekspor. Kegiatan-kegiatan ini memberikan dampak nyata dimana jumlah kerapu dan hiu semakin berkurang, yang berpotensi menyebabkan menurunnya kesehatan terumbu karang dalam jangka waktu yang lama. Walaupun keragaman hayati belum pernah diteliti secara rinci, tercatat lebih dari 250 jenis karang keras dan lebih dari 1.200 jenis biota telah ditemukan, membuat Maladewa termasuk ke dalam salah satu daerah laut terkaya di kawasannya. Namun hal tersebut tidak menjadi sebuah kendala penduduk Maladewa
[tambahkan peran penduduk dan pemerintahan maladewa dalam proses pemulihan dan pelestarian wisata laut]
B. Status Terumbu Karang Sebelum Tsunami yang Menguntungkan dari Letak Geografis
Republik Maladewa terdiri dari 1.190 pulau yang berada dalam 25 atol yang tersebar sepanjang 900 kilometer di tengah Samudera Hindia. Sebagian besar pulau dikitari oleh terumbu karang yang kondisinya baik sampai sangat baik sebelum tahun 1998, dimana fenomena perubahan iklim akibat El Niño berdampak pada memutihnya karang dan kematian pada sekitar 90% karang di sebagian besar terumbu Maladewa, menyisakan hanya 2% tutupan karang hidup. Sisi utara dan tengah adalah daerah yang paling parah mengalami kerusakan dan pemulihan berjalan dengan lambat dan bervariasi. Pemutihan tidak terlalu merusak karang di sepanjang atol selatan, menyisakan sekitar 40-55% tutupan karang hidup. Terdapat sedikit perkiraan tentang prosentase tutupan karang sebelum tahun 1998. Satu studi mengatakan 37% tutupan di 3 lokasi dan 47% di 7 lokasi, sehingga diperkirakan prosentase tutupan karang di sisi selatan, tengah, dan utara atol adalah 25 sampai 50% (dengan kisaran antara 5 – 10%) sebelum terjadi gangguan.
Fenomena pemutihan tahun 1998 telah menggeser keseimbangan terumbu, dimana karang masif yang tumbuh lambat menjadi berlebih dibandingkan dengan karang bercabang atau berbentuk piringan yangndapat tumbuh dengan cepat (merupakan pilihan industri pariwisata). Di tahun 2002, terdapat sejumlah kemunculan karang muda yang baru dari marga Acropora dan Pocillopora yang memberi harapan akan adanya pemulihan struktur komunitas karang seperti sebelumnya. Karang-karang ini sangat terkenal di Malé Utara dan Atol Ari sebelum terjadi tsunami.
Banyak karang meja besar Acropora yang tadinya tampak mati, mulai menunjukkan regenerasi jaringan; proses pemulihan terbantu dengan rendahnya tingkat penangkapan ikan. Ikan pemakan rumput laut melimpah dan menghabiskan rumput laut serta memfasilitasi penempatan larva karang baru. Sebaliknya di Malé Utara dan Atol Ari kehilangan karang masif yang lambat tumbuh yang dapat mengurangi kapasitas pertumbuhan terumbu dan menambah batuan baru di masa depan. Sebagai tambahan, fenomena pemutihan karang skala kecil di tahun 2003 dan badai besar pada Mei 2004 semakin memperlambat proses pemulihan.
Terdapat perkiraan yang menyatakan bahwa kondisi terumbu akan berbeda di masa datang dengan adanya jenis yang lambat tumbuh (seperti Agaricidae dan Favidae) yang terus mendominasi karang bercabang Acropora dan Pocillopora. Namun, terdapat indikasi kuat adanya kemunculan karang baru dari jenis-jenis karang yang cepat tumbuh, sehingga struktur terumbu di masa depan adalah tidak pasti.
Berkembangnya wisata bahari yang membuat Maladewa berubah dari negara miskin menjadi cukup makmur, karena pulau-pulaunya kosong mudah ditata, sebelum pariwisata berjalan UU dan peraturannya dibuat dulu serta pariwisata merupakan sektor dominan, sementara sektor atau instansi lain mendukung.
Maladewa, negara kecil di barat daya Srilanka, hanya punya 99 pulau. Tapi, wisata baharinya sangat maju berkat konsep one island one resort. Meluasnya lapangan kerja dan pemasukan uang yang dihasilkan sangat tinggi, baik bagi negara maupun masyarakatnya. "Tenaga kerja asing dibatasi di level manajer. Selebihnya menjadi hak warganegara Maladewa,"
Maladewa sejak dulu telah dijelajahi oleh pelayar dan penjelajah dunia sebagaimana diungkapkan dalam media Bisnis Indonesia bahwa:
“Musafir Islam, Ibnu Batutah datang ke kepulauan ini pada abad ke-14 dengan membawa ajaran Islam yang kemudian menjadi agama mayoritas penduduk Maladewa hingga saat ini. Pernah dijajah oleh Portugis dan kemudian berpindah-pindah ke tangan Belanda, Perancis serta Inggris, barulah tahun 1965 akhirnya Maladewa berhasil meraih kemerdekaannya”.
Negara kepulauan Maladewa atau Maldive yang terdiri dari kumpulan atol di Samudra Hindia menjadi daya tarik utama wisatawan dari seluruh dunia. terletak di sebelah selatan-barat daya India, sekitar 700 km sebelah barat daya Sri Lanka. Negara ini memiliki 26 atol yang terbagi menjadi 20 atol administratif dan 1 kota yang seluruh wilayahnya merupakan daerah wisata.

2.3. Kondisi Indonesia Pasca Bencana Gempa Bumi dan Tsunami 2004

A. Potensi Letak geografis Negara Indonesia dalam Sektor Wisata Bahari untuk Kebangkitan Perekonomian
Marine Ecotourism merupakan proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka yang tentunya harus dapat memberikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi langsung ke masyarakat. Setelah puluhan tahun seakan diabaikan, kesadaran untuk menjadikan pembangunan berbasis sumber daya kelautan dan menjadikan potensi kelautan sebagai tumpuan harapan sekaligus fokus pembangunan di masa depan, baru mulai tumbuh di era reformasi. Bahkan akhir-akhir ini, industri wisata laut (marine tourism) menunjukkan perkembangan yang pesat dan telah menjadi salah satu produk wisata yang penting.
Padahal, sejarah menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara maritim sehingga dalam beberapa abad lamanya, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan peradaban di wilayah nusantara memiliki kekuatan ekonomi dan politik dengan berbasis pada sumber daya kelautan. Itu karena karakteristik kekayaan dan keragaman hayati biodiversity laut terbesar dunia, berbagai bentuk alam, struktur historic, dan kawasan berupa pulau-pulau kecil, perairan laut dengan ekosistem pantai, terumbu karang, lamun, dan biota-biota laut, ada di Indonesia.

B. Konsep Wisata Laut
Pengembangan sektor wisata laut pada hakikatnya adalah upaya mengembangkan dan memanfaatkan objek serta daya tarik kawasan pesisir dan laut berupa kekayaan alam pantai yang indah, keragaman taman laut berupa flora dan fauna dan hewan seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias, serta budaya tradisional yang berkaitan dengan legenda kelautan.
Seiring dengan kenyataan bahwa masyarakat global sudah jenuh dan penat hidup dalam lingkungan buatan, salah satu indikasinya adalah adanya semboyan back to nature, yang banyak dianut bangsa-bangsa maju di dunia saat ini, maka pemanfaatan wisata laut menjadi sebuah jalan keluar.
Pembangunan tersebut tentunya bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan. Sebaliknya, juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan. Sekaligus, pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir, baik di masa kini terlebih lagi masa yang akan datang.

Konsep wisata laut didasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Marine ecotourism merupakan proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka yang tentunya harus dapat memberikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi langsung ke masyarakat.
Agar supaya wisata laut ini dapat berkelanjutan maka produk pariwisata bahari yang ditampilkan harus harmonis dengan lingkungan lokal spesifik. Pengembangan wisata laut Indonesia lebih diarahkan dan dipacu guna menuju upaya pengembangan Ekowisata/Wisata Ramah Lingkungan yang justru berpola pada upaya pemanfaatan optimal yang sekaligus menyelamatkan lingkungan daya alam laut. Dengan demikian, masyarakat akan peduli terhadap sumber daya wisata karena memberikan manfaat karena pada akhirnya, masyarakat akan merasakan kegiatan wisata sebagai suatu kesatuan dalam kehidupannya.

C. Prospek Wilayah
Indonesia memiliki potensi menjadi negara tujuan wisata laut terbesar di dunia. Namun, secara umum kegiatan wisata laut di tanah air belum berkembang baik dan menimbulkan keprihatinan. Itu antara lain disebabkan oleh tidak terjaganya ekosistem laut, seperti terjadi di Kepulauan Seribu di utara Jakarta. Di era 1970 hingga 1990, kawasan itu masih disebut sebagai salah satu tempat wisata bahari yang paling eksotis di dunia. Kini yang tersisa hanyalah sampah dan limbah dari ibukota, ikannya pun tak direkomendasikan untuk dikonsumsi.
Padahal jika potensi wisata bahari ini bisa dimanfaatkan dengan baik dan dijadikan sebagai andalan utama wisata, potensinya cukup besar. Bandingkan dengan Maladewa misalnya yang hanya memiliki 99 pulau tapi penghasilannya dari sektor ini jauh lebih tinggi. Itu juga karena kebijakan dasarnya cukup tegas dan prospektif, yakni tenaga kerja asing dibatasi hanya sampai pada level manager, serta dengan target one island one resort.
Indonesia dengan jumlah pulau yang jauh di atas Maladewa, plus sumber daya hayati pesisir dan lautan yang luar biasa seperti populasi ikan hias terbesar dunia, terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove dan berbagai bentang alam pesisir atau coastal landscape yang unik dan menakjubkan, jelas merupakan daya tarik sangat besar bagi wisatawan. Karenanya, pantas bila dijadikan sebagai objek wisata laut yang bernilai strategis.
Sebagai gambaran, pada tahun 2000 nilai yang diperoleh dari wisata bahari per tahun kita baru mencapai USD 2 miliar. Nilai tersebut jelas jauh dari maksimal, mengingat potensi ekonomi wisata laut diperkirakan dapat mencapai USD52.809,37 per hektare. Bila dibandingkan dengan Queensland yang mempunyai karang laut yang dikenal dengan The Great Reef di Australia sebagai tempat tujuan wisata dengan panjang garis pantai hanya 2,1 km, negara bagian Australia itu pada tahun 2002 mampu menghasilkan devisa sebesar USD2 miliar.
Nilai yang diperoleh Indonesia tentu saja sangat kecil jika dilihat dari potensinya sebagai negara kepulauan (Archipilagic State) terbesar di dunia dengan 17.504 pulau, serta panjang garis pantai 95.181 km (terpanjang setelah Kanada, USA dan Rusia Federasi).
Selain Taman Nasional Bunaken, Manado, Sulawesi Utara yang telah telanjur dikenal dunia sebagai surga pemandangan bawah laut, sesungguhnya Sulawesi Selatan adalah salah satu daerah yang cukup potensial pengembangan industri wisata laut. Itu jika menilik posisi geografis strategis di mana daerah ini memiliki wilayah pesisir dengan panjang pantai 1.973,7 km, luas perairan lautnya kurang lebih 48.000 km2 plus memiliki 263 pulau-pulau kecil. Semua itu jelas memiliki arti penting dan strategis baik dari segi ekologis, ketahanan pangan, ekonomi, sosial budaya maupun keindahan alamnya.
Sebagai contoh Kabupaten Selayar yang memiliki Taman Nasional Takabonerate, yang diklaim sebagai karang atol terbesar ke tiga di dunia (sekitar 220. 000 km2) setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di kepulauan Moldiva. Daya tarik kehidupan bawah air di perairan Taman Nasional Takabonerate ini yang sangat variatif, spesifik, unik dan excotic, telah menyebabkan kawasan ini menjadi primadona pariwisata Sulawesi Selatan dan tumbuh sebagai salah satu objek wisata laut yang menjanjikan. Potensi dan kondisi tersebut sangat mendukung dan menjadi daya tarik besar bagi wisatawan mancanegara sehingga pantas bila dijadikan sebagai objek marine tourism yang memilki keunggulan yang komparatif dan kompetitif.
Masalahnya memang, keindahan terumbu karang yang ada tersebut, terancam oleh pola dan sistem penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Belum lagi akibat penambangan batu karang untuk bangunan, sedimentasi akibat erosi di darat, eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya perikanan karang, termasuk akibat pemanasan global.
Semua itu terjadi akibat rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, pencemaran laut dan pesisir, serta mungkin keterbatasan dana. Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI, 2003) terhadap kondisi terumbu karang Taman Nasional Takabonerate, ditemukan bahwa kondisi karang yang sangat baik tersisa 6,45 persen, kondisi baik 22,35 persen, kondisi kritis 28,39 persen, dan dalam keadaan rusak berat 42,95 persen.
Karena itu, untuk mengatasi berbagai kendala yang ada, maka faktor penting yang perlu dilakukan dalam rangka mengembangkan kegiatan marine tourism adalah berupa strategi terukur manajemen daya tarik objek industri wisata yang terkait. Mulai dari aspek teknis, strategi jasa pelayanan sampai kepada strategi penawaran. Selanjutnya, berupa dukungan perangkat kebijakan dari pemerintah serta penciptaan iklim keamanan yang kondusif bagi kegiatan pariwisata di Indonesia.
Upaya yang harus dilakukan dalam membenahi strategi pengembangan wisata laut adalah peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pengembangan wisata laut, serta penyediaan sistem informasi pariwisata dan program promosi yang tepat. Bila sektor industri wisata laut ini dikelola secara baik, diyakini dapat menjadi lokomotif penggerak ekonomi dan menambah pemasukan daerah, serta mengurangi pengrusakan secara langsung dari kegiatan eksploitasi.
Menghadapi isu dan permasalahan pengelolaan wilayah pesisir diperlukan upaya penanganan terpadu. Tentunya, komitmen dan peran serta pemerintah, industri wisata laut swasta dan kemitraan pengusaha dan masyarakat sangat dibutuhkan sehingga marine tourism dapat menjadi strategi dasar pengembangan pariwisata di Indonesia seperti yang dapat kita pelajari dari kesuksesan Negara Maladewa.

2.4. Analisis dan Rekomendasi
A. Analisis
Menurut prediksi saya dalam kebangkitan asia menjelang 2020 Asia akan memiliki:
• Suatu pasar terpadu yang bebas dari hambatan terhadap aliran barang, jasa dan modal regional;
• Pasar-pasar keuangan yang cair, dalam dan terbuka bagi aliran keuangan lintas batas, dengan standar pengawasan yang tinggi dan perlindungan yang kuat untuk investor nasional dan asing;
• Kerangka kerja yang efektif untuk mengkoordinasikan kebijakan ekonomi makro dan kebijakan nilai tukar, mengingat tantangan global dan keadaan nasional yang berbeda-beda;
• Upaya kolektif untuk menangani isu-isu sosial yang vital, seperti kemiskinan, eksklusi, ketidakstabilan penghasilan, migrasi, ketuaan, kesehatan, dan ancaman lingkungan;
• Suara yang konsisten untuk memproyeksikan keprihatinan negara-negara Asia dalam forum kebijakan global dan mendorong tata kelola global yang bertanggungjawab; dan
• Institusi vital, dengan staf yang memadai dan sangat professional, untuk menyediakan dukungan analisa terbaik dan logistik bagi usaha ini. Inilah yang kemudian menjadi Intisari Kebangkitan Regionalisme Asia.

Oleh karena itu Indonesia menurut saya perlu kiranya melakukan hal-hal sebagai berikut diantaranya adalah:

B. Rekomendasi:
1. Untuk itu pembangunan infrastruktur guna menunjang pengembangan wisata bahari dan kegiatan promosi dijalankan bersamaan agar mempercepat realisasi mimpi indah meraup devisa dari kegiatan wisata bahari
2. Karena itu, untuk mengatasi berbagai kendala yang ada, maka faktor penting yang perlu dilakukan dalam rangka mengembangkan kegiatan marine tourism adalah berupa strategi terukur manajemen daya tarik objek industri wisata yang terkait. Mulai dari aspek teknis, strategi jasa pelayanan sampai kepada strategi penawaran. Selanjutnya, berupa dukungan perangkat kebijakan dari pemerintah serta penciptaan iklim keamanan yang kondusif bagi kegiatan pariwisata di Indonesia.
3. Upaya yang harus dilakukan dalam membenahi strategi pengembangan wisata laut adalah peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pengembangan wisata laut, serta penyediaan sistem informasi pariwisata dan program promosi yang tepat. Bila sektor industri wisata laut ini dikelola secara baik, diyakini dapat menjadi lokomotif penggerak ekonomi dan menambah pemasukan daerah, serta mengurangi pengrusakan secara langsung dari kegiatan eksploitasi.
4. Menghadapi isu dan permasalahan pengelolaan wilayah pesisir diperlukan upaya penanganan terpadu. Tentunya, komitmen dan peran serta pemerintah, industri wisata laut swasta dan kemitraan pengusaha dan masyarakat sangat dibutuhkan sehingga marine tourism dapat menjadi strategi dasar pengembangan pariwisata di Indonesia.
5. Pengembangan wisata laut Indonesia lebih diarahkan dan dipacu guna menuju upaya pengembangan Ekowisata/Wisata Ramah Lingkungan yang justru berpola pada upaya pemanfaatan optimal yang sekaligus menyelamatkan lingkungan daya alam laut. Dengan demikian, masyarakat akan peduli terhadap sumber daya wisata karena memberikan manfaat karena pada akhirnya, masyarakat akan merasakan kegiatan wisata sebagai suatu kesatuan dalam kehidupannya.
6. Indonesia juga bisa mengelola pulau terluar dengan baik dengan cara kegiatan konservasi, taman nasional laut, daerah persinggahan/tempat kapal berlabuh, pariwisata atau pengembangan laboratorium alam untuk penilitian dan pengembangan sumber daya kelautan.
C. Strategi Pengembangan Pariwisata Bahari
Telah kita ketahui bahwa potensi wisata bahari kita sangat beragam dan nilai keindahaanya tiada bandingannya di dunia. Seperti di Kep. Padaido di Papua yang memiliki taman laut yang indah, keindahnya bahkan menepati peringkat tertinggi di dunia dengan skor 35. Dan telah mengalahkan taman laut Great Barrier Reef [skor 28] di Queensland, Australia. Lebih dari itu selain jenis wisata alam (Eco Tourism) seperti taman laut kep. Padaido kita juga masih memiliki banyak jenis wisata bahari lainya yang tersebar di seluruh wilayah nusantara yaitu di antaranya: Wisata Bisnis (Business Tourism), Wisata Pantai (Seaside Tourism), Wisata Budaya (Cultural Tourism), wisata pemancingan (fishing tourism), Wisata Pesiar (Cruise Tourism), Wisata Olahraga (Sport Tourism), dan masih banyak jenis wisata bahari lainya.
Namun potensi yang di miliki tersebut saat ini belum sepenuhnya menjadi keunggulan kompetitif (competitive advantage) bangsa Indonesia yang dapat memberikan kontribusi besar pada perekonomian nasional. Oleh karena itu agar pariwisata bahari benar-benar menjadi salah satu penopang perekonomian negara secara berkelanjutan (an economically sustainable area/ecosytem), maka pariwisata bahari harus di bangun dengan strategi yang terencana dan bervisi jangka panjang.
1. Dalam pengelolaan pariwisata bahari tersebut pemerintah harus mengubah dari pendekatan dari sistem birokrasi yang berbelit menjadi sistem pendekatan entrepreurial. Dimana pemerintah dituntut untuk tanggap dan selalu bekerja keras dalam melihat peluang dan memanfaatkan peluang tersebut sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam hal ini pemerintah sebagai pemegang kebijakan harus meyiapkan sebuah regulasi/kebijakan yang mendukung pengembangan pariwisata bahari. Kebijakan tersebut antara lain, menciptkan kawasan ekonomi khusus di kawasan yang sedang mengembangkan pariwisata bahari, misalnya memberikan kebijakan bebas visa pada wisatawan yang akan berkunjung dan lain-lain.
2. melakukan pemetaan terhadap potensi pariwisata bahari yang dimiliki, yaitu berupa nilai, karakteristiknya, infarstruktur pendukungnya, dan kemampuanya dalam menopang perekonomian. Dengan demikian dapat ditentukan parawisata bahari mana yang harus segera dibangun dan mana yang hanya perlu direvitalisasi. Selain itu kita juga perlu memetakan lingkungan yang terkait dengan pariwisata bahari baik lingkungan internal maupun ekternal. Lingkungan internalnya yang perlu dipetakan adalah sejauh mana kekuatan dan kelemahan (strength and weakness) pariwisata bahari tersebut. Sedangkan Lingkungan eksternal yang perlu dipetakan adalah sosial-budaya, politik/kebijakan, ekonomi-pasar, dan kemampuan teknologi. Selain itu juga perlu di ketahui sejauh mana negara-negara lain melangkah dalam pengembangan pariwisata bahari, sehingga kita bisa belajar dari keberhasilan dan kegagalan mereka dalam mengembangkan pariwisata bahari.
3. Menyusun rencana investasi dan pembangunan atas berbagai informasi yang telah kita dapatkan dari pemetaan diatas. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ini adalah, bahwa kita tidak hanya akan membangun sebuah pariwisata bahari saja Namun juga perlu di perhatikan faktor pendukungnya seperti akses transportasi, telekomunikasi dll. Dengan demikian rencana pengembangan pariwisata bahari dapat terukur dan tetap sasaran.
4. menciptakan kualitas SDM yang tangguh di bidang paraiwisata bahari, baik skill-nya, kemampuan dalam inovasi, adaptabilitas dalam menghadapi berbagai perubahan lingkungan eksternal, budaya kerja dan tingkat pendidikan serta tingkat pemahaman terhadap permasalahan strategis dan konsep yang akan dilaksanakannya. Karena di masa mendatang keunggulan SDM dalam berinovasi akan sangat penting setara dengan pentingnya SDA dan permodalan. Hal ini terkait dengan perkembangan teknologi yang pesat, khususnya teknologi informasi.
5. Melakukan strategi pemasaran yang baik, seperti yang dilakukan negara tetangga kita Thailand yang memasarkan objek wisatannya di televisi-televisi internasional dan berbagai media seperti internet, majalah dan pameran-pameran pariwisata di tingkat internasional. Bahkan mereka menghabiskan dana sekitar US$ 1 miliyar untuk mempromosikan wisata mereka di beberapa jaringan televisi internasional. Bahkan saking kreatifnya, beberapa negara melakukan segmentasi pasar wisatawan, ini seperti yang dilakukan Hong Kong dan Thailand untuk memudahkan merencanakan pengembangan pariwisatanya dengan tidak menyamaratakan pasar wisatawannya.
Agar supaya wisata laut ini dapat berkelanjutan maka produk pariwisata bahari yang ditampilkan harus harmonis dengan lingkungan lokal spesifik oleh karena itu sejarah lokal perlu dilakukan dalam menggali potensi dan menunjang sector pariwisata bahari tersebut.
D. Studi Kasus: Potensi Pulau Sekatung
Pulau Sekatung adalah salah satu pulau terluar Indonesia yang potensial bagi wisata. Letaknya berbatasan langsung dengan Vietnam di Laut Cina Selatan. Memang, pulau ini rawan konflik karena berada di antara 12 pulau terluar yang rawan sengketa. Pulau Sekatung berada di bagian utara Kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Secara geografis, Sekatung terletak di Laut Cina Selatan pada posisi 40 47' 38" - 40 46' 41" Lintang Utara dan 1080 0' 39"-1080 1' 20" Bujur Timur. Sekatung termasuk dalam gugusan Pulau Natuna selain Pulau Sedanau, Bunguran, dan Midai.
Sekatung tidak berpenduduk dan ukurannya relatif kecil sehingga pengembangan pulau ini lebih cocok untuk daerah persinggahan nelayan. Agar kapal-kapal yang melintasi pulau kecil tertarik singgah di Sekatung, perlu dibangun sarana dan prasarana seperti dermaga tradisional, pelindung pantai, tempat istirahat sejenis resort, atau pun rumah-rumah dari bahan baku lokal. Secara administratif, Sekatung masuk wilayah Desa Air Payang, Kelurahan Pulau Laut, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna. Jarak dari Sekatung ke lbukota Kecamatan Bunguran Barat di Sedanau sekitar 65 mil dan dipisahkan oleh Laut Natuna.
Sekatung berada di utara Pulau Laut dan dipisahkan Selat Setakong. Pantai bagian utara dari pulau ini berbentuk curam dan sulit didarati dari arah laut. Di bagian selatan, topografinya bergelombang dan sering digunakan sebagai tempat persinggahan nelayan lokal maupun asing. Secara umum, kondisi lingkungan Sekatung hampir sama dengan wilayah lain di Kabupaten Natuna, yaitu dipengaruhi perubahan angin dan cuaca. Kawasan pantai di Sekatung bagian utara dipengaruhi perilaku Laut Cina Selatan yang bergelombang besar. Kawasan pantai bagian selatan dipengaruhi Laut Natuna yang lebih tenang.
Pulau Sekatung berbentuk bukit kecil dengan ketinggian 5-6 meter di atas permukaan laut. Lereng sebelah utara agak curam dan di sebelah selatan topografinya bergelombang. Batuan tersusun dari endapan permukaan dan batuan sedimen. Secara umum, struktur geologi Sekatung terdiri atas Formasi Aluvial (QA), Formasi Batuan Mafik, dan Ultramafik (Jmu). Sekatung memiliki iklim tropis basah dengan suhu udara berkisar 23-32 derajat Celsius. Iklim di pulau ini dipengaruhi perubahan arah angin, yaitu Angin Muson Timur (Mei-September) dan Angin Muson Barat (November-Maret). April dan Oktober merupakan masa transisi antara dua angin tersebut.


BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kemajuan suatu negara atau bangsa amat ditentukan oleh kemampuannya dalam mendiagnosis akar permasalahan dan potensi pembangunan yang dimilikinya, dan kemudian menggunakan seluruh potensi tersebut untuk mengatasi sejumlah permasalahan secara cerdas, cepat, dan tepat. Dari perspektif ekonomi misalnya, permasalahan yang dialami bangsa maladewa pada saat itu adalah ingin bangkitnya maladewa dari bangsa yang miskin sehingga para akademisi-akademisi maladewa mulai berpikir dengan mengadakan suatu kajian mengenai potensi yang mereka miliki. Seperti yang kita ketahui bahwa Maladewa merupakan negara kecil yang memiliki sekitar 1.191 pulau kecil-kecil yang `berserakan` di Samudra Hindia (dekat atau bawah India dan Srilangka), dengan penduduk sekitar 250 ribu jiwa. Pulaunya kecil-kecil tanpa penghuni, hanya lima pulau berpenghuni dan terbesar seluas dua kilometer persegi, di mana ibukota negara tersebut berada, yaitu Male. Maladewa memiliki potensi bahari yang baik sehingga pendapatan Negara sebesar 70% didapatkan dari sector pariwisata bahari dan sisanya dari perikanan dan lain-lain.
Indonesia memiliki potensi menjadi negara tujuan wisata laut terbesar di dunia. Namun, secara umum kegiatan wisata laut di tanah air belum berkembang baik dan menimbulkan keprihatinan. Itu antara lain disebabkan oleh tidak terjaganya ekosistem laut, seperti terjadi di Kepulauan Seribu di utara Jakarta. Di era 1970 hingga 1990, kawasan itu masih disebut sebagai salah satu tempat wisata bahari yang paling eksotis di dunia. Kini yang tersisa hanyalah sampah dan limbah dari ibukota, ikannya pun tak direkomendasikan untuk dikonsumsi. Padahal jika potensi wisata bahari ini bisa dimanfaatkan dengan baik dan dijadikan sebagai andalan utama wisata, potensinya cukup besar. Bandingkan dengan Maladewa misalnya yang hanya memiliki 99 pulau tapi penghasilannya dari sektor ini jauh lebih tinggi. Itu juga karena kebijakan dasarnya cukup tegas dan prospektif, yakni tenaga kerja asing dibatasi hanya sampai pada level manager, serta dengan target one island one resort.
Indonesia dengan jumlah pulau yang jauh di atas Maladewa, plus sumber daya hayati pesisir dan lautan yang luar biasa seperti populasi ikan hias terbesar dunia, terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove dan berbagai bentang alam pesisir atau coastal landscape yang unik dan menakjubkan, jelas merupakan daya tarik sangat besar bagi wisatawan. Karenanya, pantas bila dijadikan sebagai objek wisata laut yang bernilai strategis.
3.2. Saran
Indonesia harus dapat belajar dari Maladewa dalam pemanfaatan dan pengoptimalan potensi bahari agar menjadi Negara yang bangkit dari kemiskinan, membangun wisata bahari, dengan tidak langsung masyarakat dapat memelihara kekayaan bahari alam dan lingkungannya karena disanalah tempat mereka berinvestasi seperti masyarakat Maladewa.

DAFTAR PUSTAKA
Asian Development Bank. (2008). KEBANGKITAN REGIONALISME ASIA, Kemitraan bagi Kemakmuran Bersama. Mandaluyong City: ABD
Bisnis Indonesia.(2009). Ketika Maluku Utara Terinspirasi Maladewa [Online]. Tersedia: http://cybertech.cbn.net.id/cbprtl/cybertravel/detail.aspx?x=Travel+News&y=cybertravel%7C0%7C0%7C4%7C2099 [01 November 2009]
Burhanuddin, Andi Iqbal. (2009) Potensi Wisata Laut Menyambut “Visit Indonesia 2008”. Aceh: Universitas Hasanuddin Press
Dahuri, Rokhmin. (2009). PARIWISATA BAHARI: Raksasa Ekonomi Indonesia Yang Masih Tidur [Online]. Tersedia: http://rokhmindahuri.wordpress.com/ tag/pariwisata-bahari/ [30 Oktober 2009]
Gatra forum. (2009). Gugusan Pulai di Nusa Tenggara bisa di "Maladewa"-kan [Online]. Tersedia: http://www.gatra.com/2002-09-21/artikel.php?id=20759 [04 November 2009]
Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Australia Govermen. (2006). Status Terumbu Karang di Negara-Negara yang terkena Tsunami 2005 Diterjemahkan oleh Ayu Ratri Khairuna Ahza, Wasistini Baitoningsih (UNESCO Office Jakarta, dan Putu Liza Kusuma Mustika (Praktisi Kelautan). Darwin: Northern Territory.